
The Da Vinci Code adalah sebuah novel detektif misteri karya Dan Brown. Novel ini menceritakan simbolog Robert Langdon dan kriptolog Sophie Neveu setelah suatu peristiwa pembunuhan di Museum Louvre di Paris, ketika mereka menjadi terlibat dalam pertarungan antara Biarawan Sion dan Opus Dei terkait kemungkinan bahwa apakah Yesus Kristus menikahi Maria Magdalena. Judul novel ini antara lain merujuk pada temuan korban pembunuhan pertama di Museum Louvre dengan kondisi telanjang dan posisi seperti Vitruvian...
Sebagai salah satu penggemar karya - karya Dan Brown, saya pernah dilanda kebingungan ketika membaca novel - novelnya, terutama The Da Vinci Code Dan The Origin. Pernah saya berpikir, "Bagaimana kalau apa yang ditulis dalam novel tersebut adalah sebuah kebenaran yang selama ini ditutup - tutupi oleh gereja? Apakah benar Templar itu Persengkongkolan Jahat..? Gereja dan ambisi penyembara agama yang progresif” Agama menutupi kaidah befikir?
Bagaimana dengan kamu? Apa pernah kamu berpikir tentang hal seperti itu, atau malah membenci Dan Brown karena dia berhasil populer lewat kontroversi novelnya, atau semacan marketing terbaik dikala intenet belum marak seperti sekarang apalagi smartsphone, memang kontroversi yang berujung pencekalan bukan hal yang kepada penjualan produk, itu juga yang dialami oleh salah satu game Development terbesar yaitu RockStar Studio dengan Game Franchise mereka yaitu GTA (Grand Thief Auto) Series yang legendaris
Dan Brown adalah fenomena. Hampir semua novel yang ia hasilkan menjadi menjadi pembicaraan besar, dimulai dari novel The Da Vinci Code yang menjadi perdebatan, terutama bagi kaum kristiani yang merasa bahwa ada cerita yang ada mengandung unsur - unsur pelecehan terhadap agama Kristen.. Ada Origins karya dan brown yang membahas Agama Dan Sains, membahas fundamental pertanyaan umat manusia “dari mana kita berasal? Siapa kita? Dan kita akan pergi kemana?” dan The Origins yang mendikan perdebatan pemuka agama. Terutama para cendikiawan agama dan ilmuan beragama. Tidak sedikit orang yang merasa terganggu dengan apa yang tersaji dalam novel The Da Vinci Code dan The Origins
Nah, kebingungan - kebingungan yang saya alami akhirnya terjawab berkat buku yang berjudul "The Da Vinci Code & Tradisi Gereja" ini. Buku ini merupakan penjelasan dari berbagai kontroversi yang ada di dalam novel maupun film The Da Vinci Code tersebut. Memuat 101 pertanyaan yang dianalisis secara cukup kritis dan mendalam, buku ini bisa menjadi jawaban bagi para pembaca mengenai hal - hal yang dijabarkan dalam film tersebut, misalnya kontroversi tentang hubungan Maria Magdalena dan Yesus Kristus, keilahian Yesus, Gnostisisme, sejarah kekristenan mula - mula, kontroversi Cawan Suci hingga penjelasan mengenai Freemason, Biarawan Sion, Ksatria Templar dan lain sebagainya.
101 pertanyaan yang ada dalam The DaVinci Code dikelompokkan menjadi 12 bagian yang terdiri dari; Bagaimana Sejarah Ditulis, Perjanjian Baru, Gnostisisme, Konstantinus dan Kekaisaran Romawi, Perempuan Suci dan Kekristenan, Maria Magdalena, Cawan Suci, Biarawan Sion Ksatria Templar dan Freemason, Gereja dan Kapel - Kapel, Opus Dei, Tradisi Yahudi dan Leonardo Da Vinci. Penjelasan yang ada di dalam buku ini memang lebih memfokuskan ke ajaran dan doktrin katolik yang fundamental, namun hal ini tidak berarti bahwa denominasi Kristen yang lain seperti Protestan, Kharismatik dan lainnya tidak bisa membaca buku ini. Kita bisa memilih bagian mana yang ingin dibaca lebih dahulu (yang dirasa sesuai untuk kita), karena setiap penjelasan yang ada dijabarkan dengan kalimat - kalimat yang sederhana dan cukup mendetail. Selain itu, buku ini disusun dengan konsep tanya-jawab sehingga kita akan sangat mudah untuk memahami bahasannya.
The Origins Sudah lebih dari 10 tahun yang lalu saya membaca buku karya Dan Brown. Buku pertama yang saya baca berjudul The Da Vinci Code, berikutnya menyusul Angels and Demons, keduanya saya pinjam Dari om saya . Nah, maka pas harbolnas saya beli buku ini di mizanstore, dan dua hari yang lalu saya sudah membaca buku The Origins . Buku-bukunya Dan Brown yang bergenre Thriller membuat saya rasanya gak pengen berhenti baca. Jika The Davinci Code lokasinya di Perancis, Angels and Demons di Italia, maka untuk Origin lokasinya di Spanyol.
Kita harus mengakui bahwa Dan Brown adalah seorang yang cerdas. Benar- benar cerdas. Saya sebagai salah satu pengagumnya memiliki penilaian tersendiri terhadap karya - karya Dan Brown, bahwa terlepas dari kontroversi yang ada dari novelnya, cerita yang ia sajikan tetaplah sebuah karya fiksi. Bagi saya, ia hebat karena mampu mengkombinasikan fakta dan fiksi menjadi sebuah karya yang seolah - olah adalah pengungkapan kebenaran sejarah. Ada fakta sejarah yang ia tulis dalam bukunya, dan penulisan fakta tersebut ia gabungkan dengan hal -hal fiksi berdasarkan interpretasi dan imajinasinya hingga akhirnya menjadi sebuah novel yang seolah - oleh adalah karya nyata yang benar - benar "benar." Disinilah Dan Brown perlu diancungi jempol. Ia berhasil mendobrak imajinasi pembaca dan membuat kita lupa bahwa novelnya merupakan sebuah tulisan fiksi yang juga dipengaruhi subyektifitas penulis. Ketika kita masih merasa bahwa Dan Brown melakukan sebuah penyimpangan sejarah, disitulah kita menunjukkan kekurangan kita sebagai pembaca bahwa kita tidak mampu untuk mengapresiasi sebuah karya besar seseorang. Seorang pembaca yang cerdas tentu tahu bagaimana memilah antara fakta dan fiksi dalam sebuah karya.
Apakah kamu suka membaca buku genre Thriller? Suka buku yang bikin kamu deg-degan, tidak tahu mau dibawa ke mana cerita ini? Mau di bawa ke lokasi mana lagi setelah ini? Butuh referensi genre thriller? selamat menikmati review buku The Davinci Code Origin
Identitas Buku
Judul : The Da Vinci Code
Penulis : Dan Brown
Kategori : Fiksi, Misteri, Petualangan, Thriller
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi
Jumlah Halaman : 631
Ukuran Buku : 23,5x15 cm
ISBN : 979-3335-80-7
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Soft Cover Cetakan Pertama, Juli 2004
Review
Lagi, novel karya Dan brown ini bercerita tentang petualangan Robert Langdon, sang Profesor ahli simbologi dari Universitas Harvard. Pada petualangannya kali ini terjadi di kota Paris, Prancis.
Diawali dengan peristiwa terbunuhnya seorang kurator (pengurus atau pengawas Museum) besar yang bernama Jacques Sauniere di kantornya, Museum Louvre. Mayat Saunière ditemukan telanjang di dalam Louvre dan posisi seperti gambar terkenal Leonardo da Vinci, Vitruvian Man, dengan suatu pesan acak (cryptic) yang tertulis di samping tubuhnya dan sebuah Pentagram tergambar di perutnya dengan darahnya sendiri.
Mengapa Langdon terkait dalam kasus ini? Karena beberapa jam sebelum pembunuhan, Langdon yang saat itu usai mengisi ceramah di The American University Of Paris dijadwalkan bertemu dengan kurator tersebut. Terlebih, sebelum tewas, Sauniere meninggalkan pesan-pesan rahasia yang mengherankan ditemukan di dekat tubuhnya yang salah satunya kemudian diartikan sebagai sebuah kalimat yang berbunyi : Cari Robert Langdon.
Pihak kepolisian yang menangani kasus pembunuhan tersebut, yang saat itu dipimpin oleh Kapten Fache, tanpa pikir panjang langsung membuat kesimpulan bahwa Langdon lah pelaku pembunuhan tersebut. Untuk semakin meyakinkan kesimpulan yang telah dibuat, Fache tidak mau langsung menangkap Langdon. Ia sengaja menjebak Langdon, dengan cara mengundangnya sebagai saksi, sekaligus memanfaatkan keahlian yang dimiliki Langdon untuk membantu timnya memecahkan sisa petunjuk yang berupa simbol-simbol yang belum dipahami maknanya oleh mereka.
Awalnya, Langdon sama sekali tidak menduga bahwa ia tengah dicurigai. Kemudian muncullah Sophie Neveu, seorang agen dari Departemen Kriptologi (sebuah departemen yang bertugas memecahkan sandi-sandi) ke tempat terjadinya pembunuhan sang Kurator. Sophie yang juga merupakan cucu dari Sauniere tidak sependapat dengan Fache. Bahkan Sopihie berbaik hati memberitahukan pada Langdon bahwa ia sedang dicurigai. Mengapa Sophie melakukan itu? Karena, menurutnya pesan yang oleh pihak kepolisian diartikan sebagai "Cari Robert Langdon" yang ditulis oleh Sauniere artinya bukanlah : "Langdon pembunuh Sauniere", melainkan : "Langdon lah yang dipercaya Sauniere untuk memecahkan sekaligus mengamankan sebuah rahasia besar yang sedang diincar oleh sang pembunuh".
Sejauh ini, motif pembunuhan Sauniere memang diduga bahwa pembunuhnya mengincar sebuah rahasia besar yang dijaga oleh sang kurator. Rahasia besar itu terkait dengan keberadaan Misteri Cawan Suci (Holy Grail). Dan hal inilah yang kemudian membuat novel The Da Vinci Code sebagai salah satu novel kontroversial.
Bahkan, di cover depan versi bahasa Indonesia terbitan Serambi ditulis sebuah tagline :
Memukau Nalar Mengguncang Iman!
Dan Brown dianggap terlalu berani mengklaim bahwa makna Holy Grail sesungguhnya bukanlah sebuah cawan dalam arti harfiah, melainkan perlambang untuk menggambarkan istri Yesus. Lalu benarkah klaim Dan Brown ini? Benarkah Yesus, yang dalam pemahaman Umat Islam adalah Nabi Isa A.S mempunyai istri dan anak?
Menurut saya, rasanya saya tidak perlu membahas detail benar atau tidaknya hal tersebut, mengingat buku ini hanyalah sebuah novel. Sekali lagi, hanya sebuah novel. Dimana kata "Novel" memiliki pengertian sebagai sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Kata "Fiksi" pada kalimat tadi sengaja saya tebalkan, dan pengertian dari kata "Fiksi" itu sendiri adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, artinya hanya terdapat dalam angan-angan (bukan yang sebenarnya) alias hanya khayalan belaka. Meskipun memang benar, bahwa pada sebuah novel pastilah mengandung kebenaran atau fakta-fakta yang akan mendukung keutuhan cerita. Termasuk novel The Da Vinci Code ini, sebagai pembaca (yang cerdas) pastilah kita (harus) tahu dan mampu memilih mana yang murni fiksi mana yang memang mengandung kebenaran.
Konflik utama pada novel ini seputar pemecahan dua misteri:
1. Rahasia apa yang dilindungi Saunière sehingga mendorong pembunuhannya?
2. Siapakah dalang di belakang pembunuhannya?
Kusutnya misteri membutuhkan solusi bagi rangkaian problem yang sangat sulit, mencakup anagram (permainan huruf-kata) dan teka-teki angka.
Solusinya sendiri menemukan hubungan erat dengan kemungkinan lokasi Holy Grail dan suatu perkumpulan misterius yang disebut Priory of Sion, juga Knights Templar. Organisasi Katolik Opus Dei juga digambarkan secara menyolok dalam alur cerita.
Novel ini mempunyai beberapa alur cerita yang berdampingan yang menyertakan tokoh-tokoh berbeda. Kemudian semua alur cerita berjalan bersama-sama dan terpecahkan pada akhir buku.
Akhir buku? Ya, benar. Bagaimanakah akhir ceritanya?
Sanggupkah Langdon dan Neveu mengungkap kasus pembunuhan terhadap sang kurator
Lagi, Dan Brown sukses membuat saya jatuh cinta pada gaya berceritanya. Brown juga sekaligus membuat saya semakin jatuh cinta pada Langdon, pada kecerdasannya dalam memecahkan pesan-pesan berupa simbol-simbol rahasia.
Dengan menggabungkan gaya detektif, thriller dan teori konspirasi, serta kemampuan Brown dalam mengemas tema yang "berat" menjadi sebuah cerita petualangan yang cerdas, menegangkan namun tetap mudah untuk diikuti, saya sangat menyukai buku ini. Tidak hanya itu, Brown juga sangat piawai dalam mendeskripsikan suasana, setting tempat dan beberapa karya seni seperti lukisan Monalisa dan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci. Yang pada sebelumnya saya tidak tahu banyak tentang dua lukisan tersebut.
Bagian lain yang saya sukai dari cerita ini adalah ketika Langdon menjelaskan kepada para mahasiswanya tentang angka tercantik di dunia, yang disebut juga sebagai Proporsi Agung yang tidak lain dan tidak bukan adalah 1, 618 alias bilangan Phi.
Jadi??
Jadi, secara keseluruhan saya sangat, sangat, sangat menyukai karya Dan Brown ini, 10/10
Oh iya, pada November 2004, Random House menerbitkan "Edisi Spesial Ilustrasi", dengan 160 gambar yang menjadi pusat cerita novel ini terhampar dengan menawan di sela-sela teks. Begitupun di Indonesia, penerbit Serambi Ilmu Semesta menerbitkan The Da vinci Code Edisi Khusus Bergambar, sehingga memberikan kepuasan membaca yang lengkap dan mengasyikkan.
Museum Louvre, Paris, Prancis


Gereja St. Sulpice, Paris, Prancis


Temple Church, London, Inggris


Rosslyn Chapel, Skotlandia, Inggris

Rennes-le-Chateau, Aude, Prancis

Judul : ORIGIN
Genre : Thriller
Penulis : Dan Brown
Penerbit : Penerbit Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-291-442-6
Tahun Terbit : Cetakan sembilan, Oktober 2019
Jumlah Halaman: 516 halaman; 23,5 cm
Penerjemah : Inggrid Dwijani Nimpeon, Reinitha Amalia Lasmana, Dyah Agustine
Pada bagian epilog, dibuka dengan lokasi yang memukau: Montserrat. Di sini, Edmond bertemu dengan tiga tokoh dunia untuk memberitahu penemuannya, sebelum dipublikasikan. Ya, Edmond diterima di ruang perpustakaan Montserrat yang legendaris untuk membicarakan penemuannya, hanya dengan tokoh penting yang sedang menghadiri konferensi Parlemen Agama-Agama di Dunia, diantaranya: Uskup Valdespino, Rabi Koves dan Syed Al-Fadl. Pembicaraan seperti apa yang didiskusikan oleh mereka berempat?

Sumber foto: http://baltyra.com/2012/02/22/montserrat/
Tiga hari kemudian, setelah pertemuan dengan tiga tokoh agama, Edmond akan mengabarkan kepada dunia tentang hasil penemuannya yang bertempat di Museum Guggenheim Bilbao. Malam itu, ada banyak tamu undangan yang datang. Salah satunya, Robert Landon dari universitas Harvard, mantan dosennya. Tentu saja, pengunjung yang datang ke sana sangat ketat sekali. Namun, ada yang luput dari perhatian. Sebelum acara di mulai, ada salah satu nama yang terakhir di daftarkan, mantan panglima perang angkatan laut. Dan yang memperbolehkan masuk, kurator dari museum tersebut bernama Ambra, seorang wanita cantik, calon ratu Spanyol. Apa yang terjadi malam itu? Sesaat Edmond akan mengungkapkan hasil penemuannya kepada para tamu, dan disiarkan live streaming ke seluruh dunia, makan terjadilah pembunuhan yang menewaskan Edmond dihadapan para tamunya, termasuk Langdon, yang belum sempat mengetahui apa hasil penemuan Edmond tersebut. Siapakah pembunuh Edmond? Bagaimana dia berhasil kabur dari museum? Bagaimana nasib Langdon dan Ambra? Bagaimana cara memecah teka teki tentang hasil penemuan Edmond? Apakah pihak kerajaan Spanyol bertanggun jawab atas peristiwa yang terjadi malam itu? Apakah Uskup Valdespino ikut terlibat? Maka dimulailah kisah seru tentang perjalanan Langdon yang harus berpacu dengan waktu untuk menemukan jawaban atas teka teki yang sedang dihadapinya.

source: https://www.basquecountry-tourism.com/directory/guggenheim-museum-bilbao/
Mulai dari Museum Guggenheim di Bilbao, akhirnya Langdon dan Ambra bersepakat untuk menuntaskan misi memecahkan misteri demi membantu Edmond mengungkap hasil penemuannya. Dibantu asisten Edmond bernama Winston, si cerdas yang banyak tahu ini, membantu mereka berdua memecahkan misteri. Melanjutkan perjalanan menuju apartemen Edmond yang berada di Barcelona, tepatnya di Casa Mila.
CASA MILA

CASA MILA
Ini dia Casa Mila, yang pernah saya kunjungi di akhir desember 2018. Lokasi dalam buku yang menjadi apartemennya Edmond sang ahli Komputer
Setelah apa yang mereka cari, teka tekinya belum terpecahkan. Maka Landon dan Ambra melanjutkan perjalanan, dengan helikopter menuju La Sagrada Familia karya Antoni Gaudi, mereka bertemu Bapa Bena, untuk mencari potongan puisi karya Blake.
Gereja La Sagrada Familia

Ini penampakan salah satu gereja tertinggi di Eropa, yang masih dalam tahap pembangunan (foto diambil pada desember 2018, saat ke sana
Apakah di gereja ini mereka menemukan potongan puisi sebanyak 47 karakter untuk memasukan kata sandi yang akan mengantarkan kita kepada penemuannya Edmond?
Penemuan penting Edmond, akan menjawab:
DARI MANA ASAL KITA? KE MANA KITA AKAN PERGI?
Tema yang diangkat dari novel Origin yang pertama kali terbit tahun 2017 ini adalah: Agama Vs Ilmu Pengetahuan. Mari berkenalan dengan karakter-karakter dalam buku ini:
- Robert Langdon, sang tokoh utama yang akan menggiring kita menguak misteri dan memecahkan serta memaknai dan membaca simbol-simbol yang akan menuntutnya menemukan teka teki yang dicari
- Ambra Vidal, seorang kurator di museum Guggenheim Bilbao. Wanita yang cerdas, calon Ratu Spanyol, tunangan Pangeran Julian.
- Edmond Kirsch: ilmuwan komputer yang sangat terkemuka, ahli game theory, inventor, dan semacam nabi dalam dunia teknologi. Mantan muridnya Robert Langdon di Harvard Univesity, dan seotang ateis. Penggemar berat seni dan teknologi.
- Winston, salah satu pengikut setia Kirsch. Pemandu sintesis
- Pangeran Julian
- Uskup Antonio Valdespino
- Syed al-Fadl
- Rabi Yehuda Koves
- Bapa Bena
- Laksamana Angkatan Laut Luis Avila
- Marco
- Sang Regent
- Diego Garza
- Agen Fonseca sang Guardian Real
- Agen Diaz
- Suresh
- Monica, dan lain-lain
Siapakah karakter favorit saya? Tentu saja Robert Langdon, dong! Saya juga suka dengan karakter Ambra, kemudian Edmond yang ternyata dia adalah pecinta buku, kawan! Oh, saya ingin sekali bekunjung ke apartemennya Edmond di Casa Mila, melihat tumpukan koleksi buku-bukunya di perpustakaan. Saya juga suka sekali kisah cintanya Ambra dan Pangeran Julian, manisss sekali
Yang menarik dari buku Origin
- FAKTA. Semua karya seni, arsitektur, lokasi, sains, dan organisasi keagamaan dalam novel ini nyata.
- Setting dalam buku ini di empat kota di negara Spanyol, yaitu: Bilbao, Seville, Madrid dan Barcelona.
- Kamu harus tekun membacanya, untuk tahu tokoh antagonis yang sesungguhnya dibalik nama [email protected] dan “Sang Regent”
- Seperti biasa, Dan Brown selalu menyajikan cerita dengan piawai, membuat saya sebagai pembacanya, ingin segera berada di halaman terakhir untuk tahu kisahnya, tak peduli setebal apa pun bukunya
- Dalam Origin kita akan mengenal rekan baru dan musuh baru Langdon. Siapakah dia? Silahkan baca bukunya.
- Cukup sulit ditebak siapa tokoh antagonisnya. Asli, saya nggak nyangka kalau ternyata, dialah tokoh antagonisnya -_- (kamu baca sendiri ya, saya nggak usah sebut nama)
- Tidak seperti di Inferno di mana Langdon dan teman wanita yang biasanya membantu menyelesaikan misi ternyata berbelok, di sini mereka tetap bekerjasama dengan baik. Saya senang Langdon dan Ambra tetap menyelesaikan misi, hingga Ambra pun bisa mengatasi masalahnya dengan pangeran Julian. Mereka seperti kawan baik yang solid, padahal baru saja kenal.
- Baca buku Dan Brown ini, meski baru tiga buku dari tujuh buku yang sudah ditulisnya. Sensasi membacanya selalu meciptakan “theater of mind“. Jadi, sambil baca, sambil berfikir dan seolah diajak berpetualang bersama Robert Langdon untuk memecahkan misteri dan kasus yang dihadapinya. Membaca simbol-simbol yang ditemukannya. Kadang bacanya bikin ngos-ngosan. Tapi untuk buku Origin, tidak terlalu ngos-ngosan. Yang spesial dari buku ini menurut saya adalah tokoh antagonis sang pencetus ide dalam mengekskusi rencana-rencana jahat melalui orang-orang suruhannya untuk membunuh target yang akan menjadi korbannya. Menyebut kata Langdon, tentu saja saya teringat dalam bayangan saya siapa lagi kalau bukan Tom Hanks sang pemeran Robert Langdon dalam buku Dan Brown yang sudah filmkan diantaranya: The Da Vinci Kode, Angels and Demons, dan Inferno.
- Saya buka penikmat seni, bahkan tidak paham, justru lewat buku-bukunya Dan Brown saya jadi tahu tentang Da Vinci Code, Michelangelo, Antoni Gaudi, serta karya-karya masterpiece milik para pesohor yang karyanya hingga kini masih dihormati para pecinta seni di seluruh dunia. Bagi saya pribadi, penting untuk tahu dan menambah wawasan, apa pun keyakinan yang dimiliki setiap orang, karena pada dasarnya saya harus belajar toleransi dan saling menghargai. Meskipun karya-karya Dan Brown bagi yang tidak suka, seringkali menjadi kontroversi, tapi bagi saya yang melihat bukan berdasarkan kepentingan tertentu, melainkan dari sudut pandang seorang pembaca yang belajar menikmati buku-buku dari berbagai genre, dan saya rasa bukunya Dan Brown memang menarik, selalu.
- Di buku ini, mungkin sudah terbiasa dengan kita saat ini, ada layanan Uber yang digunakan salah satu penjahat untuk kabur dari tempat kejadian. Rasanya, buku ini seperti nyata, padahal jelas-jelas fiksi. Jadi secara cerita tentu saja fiksi, hanya lokasi-lokasinya yang real.
- Dalam buku Origin, banyak menyebutkan karya-karya hebat yang berhubungan entah itu dengan temuan atau kesukaan Edmond. Yang banyak disebut dalam buku Origin yaitu: Winston Chruchill dari Inggris, Friedrick Nietzsche dari Jerman, dan William Blake dari Inggris.
- Misi kali ini: Langdon harus menemukan kata sandi komputer yang terdiri dari 47 karakter. Petunjuk pada buku kali ini adalah: puisi yang berhubungan dengan pemilik sandi.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
