Rencana-Nya Lebih Serius

2
0
Deskripsi

halo semuanya, ini adalah lanjutan dari cerpen ‘Serius Paling Serius’. buat kamu yang belum baca, bisa langsung aja klik cerpennya cuma di karyakarsa.com/Aftama. Oiya, abis baca jangan lupa tinggalin komentar dan kalau suka bisa kasih like dan follow untuk dapetin info cerpen terbaru. kamu juga bisa lebih dekat dengan penulis dengan follow instagramnya di @raftama20. selamat membaca.

Cukup sulit memang menerima kenyataan bahwa apa yang kita perjuangkan tidak berakhir seperti apa yang kita inginkan. Tapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita hanya diperintahkan untuk berusaha dan yakin bahwa Rencana-Nya jauh lebih bermakna.” Tulis Aldi pada buku catatannya dalam perjalanan menuju rumah guru sekaligus mentornya, Ustad Saiful.

Pemuda itu harus menerima kenyataan bahwa Rahma lebih memilih Raka sebagai pendamping hidupnya. Perjalanannya dalam memantaskan diri untuk menikahi Rahma tidak berakhir seperti apa yang ia harapkan. Tapi baginya, tidak ada cara paling tepat selain menerima secara terhormat.

Aldi sampai di rumah ustad Saiful, ia melihat kondisi rumah yang tidak asing baginya, sudah lama ia tidak mengunjungi tempat ini. Tempat yang selalu spesial baginya ketika ingin menceritakan masalah demi masalah kehidupan.

“Assalamualaikum ustad Saiful, ini saya Aldi” ucapnya.

“Waalaikumsalam” ucap Ustad seraya membuka pintu rumah. Ustad Sauiful menyambutnya dengan hangat seperti anak sendiri. Mereka berbincang, menanyakan kabar satu sama lain dan memulai obrolan dengan ringan.

“Jadi ada perlu apa ustad memanggil saya, mungkin ada yang bisa saya bantu?” tanya Aldi. Ustad Saiful lantas mengambil handphonenya dan mulai mengetik sesuatu. Untuk beberapa saat Aldi nampak bingung, setelah itu beliau berkata.

“Silahkan cek email kamu” ucapnya.

Aldi melihat emailnya dan membuka file dokumen yang beliau kirim, dengan hanya melihat judulnya saja Aldi sudah mengetahui dokumen apa yang beliau kirim. Itu adalah CV pernikahan dari seorang perempuan. Namun Aldi tidak mengenali wanita tersebut. “Mohon maaf ustad, saya belum mengenal perempuan ini. mungkin ustad bisa kasih tau saya?” ucap Aldi.

“Jadi perempuan itu satu kampus sama kamu dulu. Wajar kalau kamu enggak kenal sama dia karena memang beda fakultas. Tapi dia tau kamu dari sebuah acara, dia bilang saat itu kamu sedang jadi pembicara kelas kepenulisan dan dia salah satu peserta yang mengajukan pertanyaan” ucap beliau.

Aldi kemudian mencoba mengingat acara yang dimaksud beliau. Sat itu Aldi teringat ada satu momen ia menjadi seorang pembicara di kelas kepenulisan yang diadakan oleh salah satu himpunan mahasiswa, dan ada satu peserta wanita yang bertanya tentang riset sebuah tulisan. “Baik, terus bagaimana ustad?” tanya Aldi.

“Terkait pembicaraan kita di telfon waktu itu, mungkin kamu sedang mencari pasangan dan belum menemukan yang cocok. Mungkin itu sesuai dengan apa yang kamu cari, silahkan dibaca dulu dan dipikirkan, saya tunggu kabarnya” ucap ustad.

Bukan oleh-oleh ataupun nasihat-nasihat yang ia dapatkan dari rumah beliau. Tapi selama kurang lebih tiga puluh menit Aldi berada di rumah ustad Saiful, ia mendapatkan tawaran dari seorang wanita yang berniat untuk menikahinya. Saat ini ia sudah menerima CV dari sang wanita, tetapi Aldi belum mengirimkan CV miliknya.

***

Esok harinya ia harus kembali ke Jakarta untuk menghadiri meet and greet di sebuah toko buku sekaligus merayakan novel terbarunya yang sudah terjual sebanyak satu juta eksemplar. Di atas kapal dalam penyebrangan menuju jakarta, Aldi melihat CV milik Wanita itu, satu persatu mulai ia baca dan pahami. Ia merasa orang yang direkomendasikan oleh ustad Saiful memenuhi kriteria yang ia inginkan, saat itu juga pemuda itu megirimkan CV miliknya kepada ustad Saiful dengan niat untuk lanjut ke tahap selanjutnya.

Sampai di Jakarta, tepatnya di kantor penerbit tembat Aldi melaksanakan meet and greet bersama penggemarnya ia bertemu dengan Hadi selaku pimpinan di kantor tersebut.

“Hei Aldi, wah selamat ya novelnya best seller lagi” ucap Hadi.

“Terimakasih mas Hadi, Jadi di mana ya acaranya nanti?” tanya Aldi.

“Enggak jauh dari sini kok, nanti berangkat sama saya aja. Oiya saya mau kenalin kamu sama seseorang” ucap Hadi.

Terlihat Hadi sedang memanggil seorang wanita berhijab yang menggunakan gamis berwarna hijau pastel datang menhampiri Aldi dan Hadi. Aldi merasa sepertinya ia pernah mengenali perempuan itu, tapi saat itu Aldi tidak mengingatnya.

“Kenalin Di, ini Inaya. Dia koordinator kamu di acara nanti. Inaya, ini Aldi” ucap Hadi.

“Kamu Inaya yang dulu kuliah di Lampung kan?” tanya Aldi.

“Iya, aku Inaya yang itu. Apa kabar Di?” ucap Inaya.

“Baik, baik” jawab Aldi.

“Kalian saling kenal? Nah pas kalau begitu, gak perlu adaptasi lagi langsung jadi. Yaudah saya siap-siap dulu sebentar lagi kita berangkat” ucap Hadi.

Aldi baru menyadari bahwa wanita itu adalah Inaya, temannya saat kuliah dulu. Sekaligus Aldi menyadari bahwa Inaya yang ia lihat saat ini jauh berbeda dengan Inaya yang ia kenal dulu.

“Kamu lumayan beda ya sekarang” ucap Aldi.

“Alhamdulillah aku udah ngerti gimana harusnya perempuan bersikap” jawabnya.

“Oke, yaudah kita ke lokasi aja kalau begitu” ucap Aldi.

Mereka menuju ke toko buku tempat lokasi Aldi melaksanakan meet and greet. Acara dimulai, Aldi dipanggil oleh pembawa Acara dan langsung disambut dengan meriah oleh puluhan penggemarnya. Sementara Inaya melihat Aldi dari kejauhan seraya tersenyum.

“Novel dengan judul Rencana-Nya Lebih Serius, sekarang sedang digemari oleh anak-anak muda. Sebenernya apa sih yang menjadi alasan mas Aldi untuk menulis novel ini?” Tanya pembawa acara.

“Novel ini adalah pelengkap dari novel sebelumnya yaitu Serius Paling Serius. Keduanya diangkat dari pengalaman pribadi, sedikit curhat ya. Ketika saya masih sekolah saya menyukai seorang gadis tapi saya belum berani ngomong, karena saat itu saya ngerasa belum pantes buat dia. Sampai akhirnya saya taruhan sama diri saya sendiri untuk fokus memantaskan diri, sambil memperhatikan dia dari jauh. Dan komitmen suatu hari nanti saya akan datang untuk menikahinya. Itu yang jadi alasan saya nulis novel Serius Paling Serius” ucap Aldi.

“Luar biasa, menarik sekali ya. Terus apa hubungannya sama novel yang baru ini?” Tanya pembawa acara.

“Enam bulan lalu saya seneng banget, akhirnya saya ketemu dia lagi. tapi sayangnya saat itu dia udah punya pacar. Karena saya gak mau perjuangan saya selama ini sia-sia, saya nekat melamar dia dalam posisi dia masih punya pacar. Berbagai usaha saya lalui, samapai saya beranikan diri untuk menemui orangtuanya. Tapi dia lebih memilih untuk menikah bersama pacarnya. Saat itu saya sadar, memang sulit menerima kenyataan bahwa apa yang kita perjuangkan tidak berakhir seperti apa yang kita inginkan. Tapi saya yakin, rencana tuhan jauh lebih serius. Itu adalah alasan saya menulis novel ini” ucap Aldi.

Seketika tepuk tangan bergemuruh memenuhi seluruh ruangan, penggemar yang hadir terharu mendengar kisah Aldi. Sementara itu Inaya menyadari satu hal, bahwa Aldi saat ini belum menikah. Acara dilanjutkan dengan sesi tanda tangan buku. Saat acara selesai, Inaya menghampiri Aldi untuk mengucapkan selamat.

“Aldi, selamat ya acaranya sukses” ucapnya.

“Ini juga berkat kamu yang udah ngurusin acara ini, makasih ya Nay” jawab Aldi.

“Tentang cerita kamu tadi, itu semua bener?” tanya Inaya.

“Iya, itu semua bener” jawab Aldi.

“Terus, sekarang kamu gimana?” tanya Inaya.

“Aku yakin Allah punya rencana lebih baik” jawab Aldi.

Setelah itu Aldi pamit dan pergi meninggalkan Inaya. Wanita itu teringat beberapa tahun lalu, itu pernah menyatakan perasaannya kepada Aldi. Tepatnya di taman kampus. “Aku suka sama kamu Di” ucap Inaya saat itu. saat itu Aldi mengatakan hal yang tidak pernah ia lupakan.

“Aku rasa terlalu mahal martabat seorang perempuan untuk bilang kayak gitu sekarang, dan bukan di tempat yang seharusnya. Ini kampus Nay, bukan biro jodoh. Perempuan gak seharusnya bersikap kayak gini. Fokus sama apa yang kamu kerjain sekarang, banyakin ilmu. Kalau emang jodoh, pasti ada aja jalannya” ucap Aldi saat itu. Inaya selalu mengingat perkataan Aldi, menjadikannya pegangan sampai sekarang, dan perasaan itu tetap ada.

***

 Setelah pertemuannya dengan Aldi setelah beberapa tahun, Inaya menelfon sahabatnya sejak SMA bernama Sagita. Mereka sudah saling percaya dan terbiasa berbagi kisah dan saling memberi masukan satu sama lain.

“Halo assalamualaikum Git, Kamu apa kabar?” tanya Inaya.

“Waalaikumsalam Nay, ya Allah kangen banget sama kamu udah dua bulan lebih kita gak ngobrol” jawab Sagita.

Walaupun hanya melalui telfon, mereka berdua saling melepas rindu satu sama lain dengan hangat. Inaya bercerita kepada sagita bahwa ia kembali bertemu dengan pria yang ia suka saat kuliah dan Inaya berencana untuk melamarnya.

“Serius Nay? Asalkan niatnya baik, aku akan selalu dukung Nay. Semoga Allah meridhoi langkah kamu ya Nay” ucap Sagita.

“Aamiin oiya Git, gimana proses taaruf kamu sama laki-laki itu? penasaran nih” tanya Inaya.

“Aku serahkan semuanya sama Allah aja Nay, sambil banyak-banyak berdoa. Kalau emang dia jodoh aku, aku yakin semuanya akan dipermudah” ucap Sagita. Pembicaraan diakhiri dengan Inaya meminta izin kepada Sagita untuk hadir jika nanti Sagita dipertemukan oleh calon pasangannya.

***

Sementara itu Aldi menghubungi ustad Saiful untuk mengatakan bahwa ia siap untuk proses selanjutnya. Aldi akan dipertemukan oleh wanita yang direkomendasikan oleh ustad Saiful, dan wanita itu adalah Sagita. Inaya dan Sagita tidak tau bahwa mereka memiliki ketertarikan dengan lelaki yang sama.

Sampai hari pertemuan tiba, di kediaman Sagita. Terlihat Sagita dan Inaya bersiap menyambut kedatangan Aldi untuk proses taaruf selanjutnya yaitu Nazhor. Sampai saat itu tiba, Inaya masih belum mengetahui bahwa yang akan datang adalah Aldi. Hingga sebuah mobil berhenti di depan rumah Sagita, terlihat Aldi didampingi oleh ustad Saiful datang ke kediaman Sagita.

Dari dalam rumah, Inaya melihat Aldi datang ke rumah Sagita. Saat itu ia menyadari bahwa Sagita sedang melakukan proses taaruf dengan Aldi. “Itu Nay orangnya” Bisik Sagita kepada Inaya.

Inaya hanya bisa tersenyum kecil dengan mata yang berkaca-kaca seperti menahan tangis. Ia menyesal karena tidak mengetahui bahwa calon pasangan sahabatnya adalah Aldi, orang yang selama ini ia suka.

“Kamu kenapa Nay? Kok kayak mau nangis gitu?” tanya Sagita

“Aku seneng Git, liat kamu sebentar lagi mau menikah” jawab Inaya.

Proses pertemuan berlangsung dan diakhiri dengan komitmen untuk melangsungkan lamaran. Demi hubungan yang baik dengan sahabatnya, Inaya tidak pernah memberitahu kepada sahabatnya bahwa selama ini mereka memiliki perasaan kepada lelaki yang sama. Inaya merelakan Aldi menikah dengan sahabatnya dan berusaha untuk yakin bahwa akan ada rencana-Nya yang lebih baik untuk dirinya.

 

Selsai.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya DOKTER ISMI
0
0
Halo, kamu apa kabar? makasih ya udah mampir ke sini. kali ini ada cerpen baru nih judulnya DOKTER ISMI. Yuk langsung aja baca, jangan lupa tinggalin komentar dan kalo suka klik tombol likenya. oiya kamu juga bisa dukung halaman ini supaya terus berkembang dengan memberikan tip loh. selamat membaca.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan