
Deskripsi
Taklagi Patah Hati
Arunika menyembul sedikit demi sedikit dari cakrawala, pagi nan sunyi di Pulau Dingklik. Seorang pemuda yang memiliki paras tampan, mata membentuk bulan sabit saat tertawa, berkulit putih dengan perawakan tinggi. Bak seorang peragawan berlenggak lenggok di panggung catwalk. Tatapannya yang sayu, menatap sekelompok anyelir merah. Menyentuh tetes tetes embun yang menebar di paras cantik kembang berwarna merah.
Pemuda itu pun berjongkok, jemarinya kembali menyentuh embun. Netra yang...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
Kantin Cinta
0
0
Rico, makan yuk. Laper nih, keluh Endra sambil menepuk perut kempis-nya.Lagian sekarang waktunya makan siang. Tinggalin dulu kenapa pekerjaannya? Nanti dilanjut lagi, lanjut Endra.Rico meletakkan catatan di atas meja. Hari ini dia harus bisa mencatat semua tabung pemadam kebakaran. Memilah tabung yang akan habis masa waktunya atau yang mendekati masa expired. Pekerjaannya sebagai teknisi di divisi safety gedung, membuatnya harus selalu teliti untuk memperbarui data tabung pemadam.Mereka berdua pun melangkahkan kaki menuju kantin. Nggak biasanya kamu beli makanan, Ndra. Bukannya ibumu selalu membawakanmu makanan? tanya Rico.Ibu pergi ke rumah nenek kemarin sore. Belum tahu kembali kapan. Mungkin sekitar tiga hari, ujar Endra.Co, kamu mau pesan apa?Rico masih membaca menu, mencari makanan yang tepat untuk disantap makan siang. Endra menatap Rico tidak sabar.Mbak, saya pesan nasi rawon dan telur asin. Tambah es jeruk. Makan disini ya, Mbak, ucap Rico.Rico dan Endra segera mencari tempat duduk.Co, mbak kasirnya manis ya. Endra memandang kasir yang sedang melayani para pembeli makan yang lumayan ramai. Rico mengikuti arah pandang temannya. Dia baru menyadari ternyata kasirnya memang manis, apalagi saat tersenyum.Co, kedip dong. Kamu baru sadar ya? Tadi pas bayar, apa yang kamu lihat? Canda Endra.Rico tidak menanggapinya, tetapi dalam hati dia mengakui sering mengabaikan alias cuek pada sekitar. Kalau bukan Endra atau teman yang bersamanya menyadarkan bahwa ada sesuatu yang menarik. Salah satu contohnya seperti saat ini bahwa ada cewek menarik di lingkungan kerjanya Co, katanya kamu ingin cepat nikah. Siapa tahu kasir manis itu jodohmu, ujar Endra mengerling nakal pada Rico.Mereka tidak melanjutkan obrolan karena makanan yang dipesan sudah datang. Rico konsentrasi pada makan siangnya, begitu pun Endra. Hanya denting suara sendok dan garpu beserta berisiknya suara pengunjung kantin lain yang mengiringi makan siang mereka berdua.Sore itu, usai bekerja, Rico berjalan menuju parkir motor. Di sebelah motornya, ada seorang wanita yang mencoba menghidupkan motor tapi tidak bisa. Mbak, ada yang bisa saya bantu? Rico menawarkan bantuan.Ini Mas, motor saya mogok. Tidak bisa dinyalakan, jawab wanita yang ternyata masih muda.'Eh, bukannya dia kasir kantin?' Tanya Rico pada dirinya.Mbak, ini bensinnya habis. Coba lihat.Terima kasih, Mas. Saya lupa, seharusnya tadi pagi saya isi. Gadis muda itu tertawa menyadari keteledorannya.Akhirnya Rico membantu menuntun motor ke pom bensin terdekat, sedangkan motor Rico dinaiki si gadis.* * *Rico masuk ke rumahnya yang sunyi karena orang tuanya sedang menghadiri undangan pernikahan rekan sekantor bapaknya. Setelah membersihkan badan, Rico merebahkan tubuh lelahnya di tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar, jari telunjuknya bergerak melukiskan sebuah huruf.Ternyata namanya Andin. Manis seperti orangnya. Ternyata lagi, dia bekerja sambil kuliah. Hebat kamu, Ndin, gumam Rico penuh kekaguman.Mas, ngomong sama siapa?Sebuah suara mengagetkan Rico, dia menatap pintu kamarnya yang terbuka. Dilihatnya wajah cantik ibu tersenyum ingin tahu.Siapa Andin, Mas? Ibu mendekati anaknya yang sedang terbaring.Nggak biasanya anak ibu nyebut nama cewek. Cantik nggak? goda ibunya.Belum waktunya, Bu. Masih baru kenal, jawab Rico tersipu.'* * *Ndra, beli makan yuk.Aihhh, kamu sekarang sering ke kantin ya. Sarapan ke kantin, makan siang ke kantin. Pulang pun sekarang selalu pulang terakhir, nungguin cewek paling manis di kantin. Siapa namanya? Andin Saraswati ya? Goda Endra cekikikan.Ndra, akhir-akhir ini kamu kok makin banyak cerewet kayak nenekku? Balas Rico sambil berlalu dari depan sahabatnya.Endra terbengong, lalu terbahak-bahak sembari mengejar Rico yang berjalan cepat.Saat di kantin, Rico sudah di depan kasir. Akan tetapi, tiba-tiba dia diserobot seseorang.Mbak Andin, perutku keburu menyanyi rock nih. Teriak-teriak ingin diisi. Maaf ya Rico, aku menyalipmu. Endra menjulurkan lidah diikuti mengerlingkan mata pada Rico yang masih terkejut.Rico hanya mengangkat bahu. 'Untung kamu sahabatku,' batin Rico kesal.Rico, aku sudah selesai. Mbak Andin, kenalkan. Ini sahabatku, namanya Rico. Dia masih jomlo. Ini nomor teleponnya, ujar Endra serius. Endra pun memberikan kertas yang berisikan nomor ponsel Rico. Setelah itu, dia bergegas melarikan diri.Maafin kekonyolan temanku ya, Ndin, ucap Rico pelan. Dia tidak berani menatap gadis manis di depannya.Nggak masalah, Mas. Sudah biasa kok, sahut Andin pelan.Tapi, benar ini nomor ponselnya Mas Rico?Rico mendongak, menatap ke dalam bola mata Andin. Lalu mengangguk sungguh-sungguh. Pertanyaan Andin seperti lampu hijau buat Rico.Ndin, kamu pulang kuliah jam berapa? Mas! Kalau pacaran jangan disini. Saya juga lapar ini, ucap seorang bapak di belakang Rico.Maaf, Pak. Rico agak membungkukkan badannya untuk meminta maaf.Andin melihat pemandangan di depannya, dia tersipu malu saat bertatapan dengan si bapak.Pacarnya ya, Mbak.Andin tidak menjawab, tapi dia semakin ingin menyembunyikan diri di lubang semut.'Andaikata itu nyata,' batin Andin'* * *Malam-malam mau kemana, Mas? tanya ibu melihat Rico memakai jaket dan membawa kunci motor.Keluar sebentar, Bu. Ada perlu.Mau jemput Andin pulang kuliah? Rico menghentikan sejenak langkahnya, terkejut dengan pertanyaan ibunya. 'Bagaimana ibu tahu?'Namun, Rico tidak menjawab pertanyaan sang ibu, dia segera berlalu. Khawatir gadis pujaannya menunggu lama.Rico menunggu di depan kampus Andin, jarinya mengetikkan pesan di ponsel.[Ndin, aku sudah di depan kampus]Tidak lama kemudian, dari pintu gerbang kampus, muncullah gadis berjilbab hitam dengan hem kotak dan celana kain krem. Bibir gadis itu tersenyum lebar melihat keberadaannya. Lalu dia berlari kearah Rico dengan langkah gembira.Rico memberikan helm dan memakaikan jaket buatnya.Terima kasih, Mas Rico, gumam Andin malu-malu.Mereka berdua menikmati jalan di kelamnya malam. Lampu-lampu mobil menyorot kedua sejoli yang sedang dilanda gempa asmara. Deru mesin kendaraan bermotor berseliweran seolah opera musik cinta mengiringi perjalanan mereka. Gemintang di angkasa menjadi saksi indahnya cinta anak manusia.Tawa bahagia keduanya, membuat iri bagi yang melihat. Betapa bahagianya saat cinta telah melekat erat dalam jiwa manusia. Ketika dewa cinta telah berbicara, takada yang mampu menolak.'* * *Rico mengusap kening Andin yang penuh dengan peluh, lalu mengecupnya. Menatap lelah sorot mata Andin yang telah berjuang keras melahirkan buah hati mereka.Sembilan bulan Andin membawa beban berat di perutnya. Kini perjuangannya telah berhasil membuahkan seorang putri cantik.Sayang, terima kasih. Lihatlah putri cantik kita, secantik ibunya. Rico menggendong sang putri, menunjukkan pada Andin istrinya.Andin tersenyum lemah, tapi netranya terpancar sinar bahagia. Anugerah yang begitu luar biasa buat mereka berdua. Andin memandang kegembiraan terpancar dari paras sang suami.Andin sangat bahagia akhirnya bisa menikah dengan Rico, yang merupakan sosok lelaki pertama yang dia suka. Dia belum pernah merasakan belaian seorang bapak, karena Andin telah ditinggalkan bapaknya semenjak berumur 5 tahun. Rico memandang lelapnya sang istri, wanita yang sudah dia nikahi setahun lebih. Kantin perusahaan tempat dia bekerja telah membawa cinta buat anak manusia yang sedang menanti kehadiran cinta. Kini cinta telah hadir dan memenuhi hidup mereka.TAMAT
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan