Chapter 9-12. Lagenda Dewa Leluhur

34
23
Deskripsi

Chapter 9-12. Lagenda Dewa Leluhur

9. Hasil Buruan

Di kamp panitia Ayla duduk menunggu dengan perasaan gelisah ia khawatir sesuatu menimpa murid-muridnya. Sementara guru kelas lain duduk santai tertawa riang, terutama Kelas Pahlawan, Kelas Pembunuh, Kelas Pemburu, Kelas Pengendali Jiwa Siluman, mereka memang menjadi bintang sorotan di antara semua guru yang hadir. Mereka yakin anak didik mereka adalah predator puncak sementara bagian Koki dan bagian ketrampilan, bagian sastra adalah mangsa.

“Hahaha, yang di bawa pulang anak singa sudah pasti daging utuh, sementara apa yang bisa dibawa pulang oleh anak kelinci ya.. sudah pasti rumput, jadi begitulah hukum alam dan hukum itu tidak berubah” 

Terdengar tawa pria bertubuh tinggi besar mamakai bros warna perunggu, Komal si Tangan Es berusia 30 tahun guru Kelas Pembunuh.

“Hey Komal! Singa itu lebih cocok disematkan pada murid ku, murid mu itu lebih cocok serigala saja atau rakun kek, sementara seperti si Ayla Panci ini kau boleh mengatakan muridnya kelinci dan dia tidak akan tersinggung sama sekali, bukan begitu Ayla?” 

Gurau seorang gadis cantik berusia 26 tahun tingkat Perunggu, gadis ini dikenal Dira si Bangau Bangsawan, guru Kelas Pahlawan dan satu-satunya guru paling jenius di antara semua. 

“Woi! woi! Kita lihat saja nanti, apa rekormu bisa bertahan dari kelas Pemburu? Komal, kau cocoknya bersaing dengan si Ayla Panci kalian sama-sama sampah, Haha” Kelakar Pria Berambut Merah yang memiliki bekas luka tebasan pedang di pipinya, ia di kenal dengan Konja si Bangau Merah.

Pada dasarnya ketiga guru jenius ini selalu bersaing satu sama lain untuk menjadi guru terhebat serta memiliki banyak murid jenius tentunya. 

Persaingan mereka mulai dari penyaringan bakat murid-murid jenius sampai memberikan fasilitas terbaik bagi murid-muridnya. 

Jadi tidak heran kalau para murid jenius pun akhirnya berlomba-lomba untuk masuk ke salah satu kelas terbaik ini, yaitu: Pahlawan, Pembunuh, Pemburu.    

“Hahaha, Konja, kau hanya pintar berbicara, sudah bertahun-tahun rekor ku belum ada yang mampu mematahkannya, lagi pula aku memilih murid paling berbakat di antara semua, Silvia si jenius nomor satu, dan murid kalian tidak akan bisa menandingi murid ku ini” Dira senyum ngejek ke arah Konja.

“Sudah diamlah kalian! Biar hasil yang menentukan! Lihat itu anak-anak sudah mulai kembali!”

Potong seorang kakek tua berjenggot panjang melerai pertikaian sembari menunjuk ke arah hutan yang terlihat segerombolan anak berjalan mendekati mereka. 

Kakek ini adalah Ketua Moja si Raja Bangau yang juga menjadi penilai barang-barang yang akan di bawa pulang oleh anak-anak. 

“Para murid kembali!”

“Iya! Mereka terlihat ceria”

Melihat puluhan anak-anak mulai kembali semua guru berdiri, raut wajah mereka mengandung berbagai exprisi, ada yang gembira dan tentu saja ada yang terlihat gelisah seperti Ayla salah satunya.

“Lihatlah! Itu muridnya Kelas Pembunuh, mereka telah kembali, lihat, mereka membawa banyak sekali kristal siluman” 

“Ah iya!”

“Hahaha, Sudah kubilang anak singa tetap anak singa” Komal tertawa menanggapi rasa penasaran para guru yang melihat muridnya. 

Dada Komal sedikit dibusungkan saat mendapati murid-mudrinya membawa banyak kristal siluman level 1 dan level 2.

Sementara anak lainnya menundukkan kepala karena tidak memiliki apapun yang dibawa pulang. Hal itu dikarenakan mereka dirampok oleh anak-anak dari kelas Pembunuh. Menurut peraturan hal itu sah-sah saja selama berada dalam Hutan Lindung. Sebab itu lah banyak Guru yang geram dan jengkel namun tidak ada satupun yang berani komplen karena itulah peraturannya.

Semua hasil buruan itu diserahkan pada Ketua Moja si Raja Bangau untuk dinilai setiap barang yang di bawa mereka.

“Baik! Yang kembali baru beberapa orang saja, maka poin penghasilan sementara adalah!”

“Kelas Pembunuh! 5500!”

“Kelas Penyihir 200!”

“Kelas Petarung 50!”

“Sementara kelas lain masih belum kembali, skor sementara di tangan Kelas pembunuh!” 

Moja mengumumkan hasil penilaiannya, banyak orang tepuk tangan senang terutama Komal. Memang semua muridnya telah kembali namun poin 5500 bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. 

Komal dan muridnya mulai merayakan kemenangan mereka dengan meriah sampai semua guru lain mulai jengkel dengan sikap mereka.

“Komal jangan senang dulu, murid-muridku belum kembali!” Dira sedikit merasa jenkel dengan sikap Komal yang kekanak-kanakan.

Dira menoleh ke arah Ayla yang dari tadi terus terlihat tidak tenang, wajah pucat pasi, ia terus melihat ke arah hutan dan berharap anak didiknya kembali dengan selamat tanpa menghiraukan hasil yang akan dibawa pulang nantinya. 

Bahkan pesannya pun pada muridnya hanya untuk mencari kayu bakar saja, dan itu sudah memenuhi syarat untuk bidang koki agar diakui keberadaannya, walaupun tanpa ada pemberian sumberdaya layaknya kelas besar.

“Ayla! Kau itu tidak usah berharap banyak pada murid sampah seperti mereka, tidak usah kau pikirkan tentang Kelas Koki, bidang mu itu tetap tidak diakui sebagai Kelas karena kalian semua hanya tumpukan sampah. Ku akui kau memang sangat gigih hingga kau bisa menjadi pendekar seperti ini, tapi kegigihan mu itu tidak bisa ditiru oleh siapapun, bidang koki ini selamanya tidak akan di akui sebangai Kelas, dan terima saja sebagai bidang koki, aku menasehatimu karena ku anggap kita satu generasi” 

Dira seorang jenius di masanya, sementara Ayla seorang sampah, dulu mereka adalah teman baik namun semenjak Ayla memiliki tubuh yang lemah dan tidak memiliki sumberdaya yang cukup menjadikannya semakin terpaut jauh dengan Dira, sehingga pertemanan mereka pun merenggang seiring waktu.

Ayla hanya menundukkan kepalanya, karena di antara semua dialah guru paling rendah statusnya. Akan tetapi di hati kecilnya ia tidak menerima muridnya disebut-sebut sebagai sekumpulan sampah, apalagi baru kali ini dia memiliki murid.

“Dira! Kau tahu! Aku ingin sekali memiliki murid, dan hari ini mereka datang padaku, aku memang tidak pintar dalam teknik budidaya tubuh, tapi aku akan berusaha keras mendidik murid-muridku. Apalagi mereka sepertiku.. anak yatim piatu umumnya dan semuanya anak miskin” Ayla masih terlihat khawatir.

Dira hanya menghela napas, “Kau itu” Dira tidak memperpanjang kalimatnya, pandangannya teralihkan pada puluhan anak-anak yang kembali dari Hutan. 

“Lihatlah! Kelas Pemburu Kembali!”

“Iya ada kelas pahlawan juga!”

“Iya! Ini kayaknya gelombang yang paling besar”

Semua orang antusias menyambutnya, Dira dan Konja terlihat tertawa senang karena bawaan anak muridnya lebih banyak dari pada Komal. Semua barang langsung diserahkan pada panitia untuk di hitung poinnya berdasarkan harga barang yang diperolehnya.

Setelah menghitung secara seksama, Ketua Moja langsung mengumumkan hasil perolehan poin semua murid yang baru kembali, 

“Perolehan! Pahlawah 8800”

“Pemburu 6200!”

“Sastra 100!”

“Jadi untuk posisi sekarang peringkat pertama Pahlawan, kedua Pemburu, dan ketiga pembunuh, sedangkan yang lainnya akan diurutkan melalui list nantinya, dan kurasa kalau pun ada kelompok lain yang kembali nantinya tidak mungkin memiliki poin melibihi tiga kelompok ini” Ucap Ketua Moja ingin menutup acara.   

Semua orang bersorak gembira, sementara Komal terus mengerutu kesal, kekalahan Komal hanya terletak pada seorang anak jenius kelas pahlawan yaitu Silvia. Anak ini berhasil membawa pulang 20 Kristal Beruang Besi yang memiliki poin lebih dari 500 di setiap kristalnya.

“Anak jenius memang beda, ya! dia bahkan mampu membunuh beruang besi dengan kelompoknya dan itu sungguh luar biasa”

“Iya! Silvia memang anak jenius!”

Semua mata memandang anak cantik jelita berumur sembilan tahun yang kini melambai tangannya layaknya artis. 

Silvia seorang anak Bangsawan Naga Merah, dari kecil dia dilatih dengan pengawasan ketat oleh master tingkat tinggi serta didukung dengan sumberdaya yang melimpah maka tidak heran jika dirinya bisa menjadi sekuat ini.

“Terimakasih pada guru semuanya, keberhasilan ini karena kerja team dan pelatihan dari guru Dira tentunya” 

Kata sambutan Silvia selain mengangkat nama anggota kelas juga menyanjung gurunya, pujian ini tentunya membuat Dira semakin kagum dan bangga pada murid-muridnya yang jenius.

  1. Kegelisahan Ayla

Dira menoleh ke arah Ayla yang terlihat tidak tertarik dengan kemeriahan ini tapi justru ia masih terlihat gelisah setiap waktu, apalagi murid-muridnya tidak satupun ada yang kembali.

“Ayla! Lihatlah muridku, murid seperti inilah yang seharusnya kau banggakan.. Bukan mengkhawatirkan murid yang tidak becus mengumpulkan kayu bakar” Dira berdecak kesal.

Ayla hanya menarik napas dan tidak memperdulikan perkataan Dira yang memang selalu tidak menyukai anak-anak yang dilahirkan dengan bakat yang lemah.

Semua orang mulai ribut-ribut, mata mereka kembali tertuju ke arah hutan lindung karena sosok aneh terlihat dari sana.

“Lihatlah! Itu apa itu?”

“Itu terlihat seperti kera!”

“Bukan! Itu itu anak anak yang telah berlumur lumpur!”

“Anak-anak!”

Tiba-tiba dalam hutan keluar 12 anak kecil yang tidak terlihat bentuk tubuh karena terbalut kotoran sehingga menimbulkan banyak persepsi. 

Kini semua mata mengarah pada mereka, para guru dan panitia dan seluruh hadirin berdiri menyaksikan 12 anak itu dengan perasaan bingung. 

Ayla segera bergerak kebarisan paling depan untuk menyaksikan langsung anak misterius yang di bicarakan. Saat melihat anak-anak misterius berlumuran kotoran wajah Ayla kembali ceria.

“Anak-anak! Syukurlah kalian kembali!” Ayla dapat mengenal wajah-wajah anak didiknya dengan baik walaupun telah berlumuran kotoran.

“Ah! benar rupanya itu ada segerombolan anak koki!”

“Iya, mereka anak yang tidak berbakat, lagi pula mereka hanya mencari kayu bakar. kurasa mereka begitu karena di kerjai oleh murid kelas lain, hahaha”

“Apa yang mereka bawa pulang, kayu kering!? Dasar sampah!” 

“Hahaha, apa yang bisa di bawa pulang oleh juru masak? Kalau bukan kayu bakar dan sayur-sayuran”

Semua orang tertawa melihat anak-anak kurus berlumuran kotoran mendekati mereka dengan memabawa kayu bakar. 

Ketua Moja si Raja Bangau mengeleng-gelengkan kepalanya, dia bisa mencium bau menyengat dari jarak itu.

“Anak-anak itu bukan saja sampah! Tapi kotoran, Ah maksudku mereka itu baru saja keluar dari kotoran monster, apa yang mereka lakukan” Ketua Moja mulai menutup hidungnya.

Semua orang yang berada di sana mulai merasakan bau menyengat semuanya menutup hidung, sementara mulut terus memaki-maki 12 anak kurus itu dengan kata-kata kasar dan bahkan ada yang menyumpahinya agar cepat mati. 

Ayla semula sempat marah terhadap cacian dan hinaan para Guru, akan tetapi saat melihat wajah anak-anak tersenyum tidak terlihat penderita hanya berlumuran kotoran saja, hal ini membuat hatinya senang dan melupakan semua hinaan.

“Syukurlah kalian baik baik saja! Berikan kayu-kayu kalian untuk di nilai oleh ketua!” Ayla senyum melihat anak didiknya membawa kayu dalam jumlah memadai. 

‘Syukurlah anak-anak bisa membawa 12 berkas kayu setidaknya mendapatkan 12 koin dan itu sudah membuktikan mereka itu berharga di mata mereka’ batin Ayla senang.

“Baik Bibi!”

Semua anak anak meletakkan kayu bawaan mereka di depan Ketua Moja si Raja Bangau untuk dinilai. Ketua Moja menutup hidung rapat, kepalanya mangut-mangut.

“Bagian koki dapat 12 poin!”

HAHAHA.

Semua orang tertawa melihat anak-anak koki yang tidak mengerti jenis barang bagus. Anak-anak hanya masuk ke hutan untuk mendapatkan kayu bakar, kelompok ini adalah kelompok paling bodoh diantara semuanya, sehingga hinaan pun kerap terdengar.

“Wajar mereka mencari kayu bakar, karena seorang guru sampah akan menghasilkan murid sampah juga, begitulah hukum!” kata Konja dengan nada sedikit di nyaringkan.

“Hahaha, kau ini? Apa yang bisa dilakukan oleh juru masak, selain bersembunyi dalam kotoran dan mengumpulkan kayu disela-sela anak lain sibuk menghadapi monster. Guru Ayla tahu kemampuan diri dan itu telah tepat untuk diajarkan pada murid-muridnya, hahaha.. Itu juga sebuah adaptasi dari anak-anak tak berguna” Komal tertawa terbahak bahak.

Rafa menjadi marah ketika Bibi Ayla selaku gurunya dihina, tatapan mata melihat satu persatu setiap penghina gurunya dan mereka semua berasal dari kelas-kelas terbaik. 

‘Para guru ini sungguh membanggakan diri, selalu menyanjung para murid jeniusnya yang brengsek dan suka menindas. di kehidupan sebelumnya Bibi Ayla terus menangis karena kami ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di hutan akibat ulah murid jenius guru-guru brengsek ini. Oleh sebab itu... Bibi Ayla memutuskan untuk tidak mengirim kami lagi ke hutan.. dan kami selalu di cap sebagai sampah oleh para guru brengsek ini. Di perguruan Bangau Putih ini kami tidak pernah diberikan satu pil penguat tubuh pun, padahal kami bekerja siang dan malam untuk mengenyangkan mereka. Huh! Kali ini tidak akan kubiarkan orang seperti kalian menghina Bibi Ayla lebih lanjut, sekarang akan kubungkam mulut kotor kalian’ batin Rafa marah.

Rafa mengeluarkan Kerak Gaharu yang ditemuinya dan diserahkan pada Ketua Moja, “Ketua Moja tolong ketua nilai berapa poin ini” tanya Rafa dengan tatapan serius.

HAHAHAHA

Semua orang tertawa saat melihat Rafa memberikan Kayu Hitam jelek untuk di nilai. Pada dasarnya Gaharu Langit bukanlah sesuatu yang pernah dilihat oleh orang biasa, karena yang memakai gaharu itu sekelas walikota atau minimalnya para bangsawan dan itupun dalam bentuk kecilnya saja. sementra Rafa memperlihatkan sebesar dua kali telapak tangan orang dewasa.

“Hahaha, anak-anak itu mendapati kotoran Beruang Besi dan membawanya untuk dinilai ini sungguh sesuatu yang keterlaluan” 

“Iya!”

“Tapi! Lihatlah kenapa Ketua Moja terbelalak melihat benda itu… atau jangan jangan itu beracun!”

“Kurasa bukan! Itu karena Ketua Moja marah, sebab anak itu berani memberikan kotoran padanya”

“Anak didikan Ayla benar benar kuruang ajar!”

Ketua Moja si Raja Bangau kini matanya benar-benar melebar, ia mengendus-endus Kerak Gaharu Langit perlahan. Sungguh wanginya mengalahkan bau kotoran yang menyengat di pakaian anak-anak kurus.

“Ini Gaharu Langit! 

“Apa?!”

“Apa?! Gaharu Langit!” 

Spontan semua orang kaget termasuk Ayla sendiri yang tadinya ragu. Meraka pernah mendengar tentang Gaharu Langit akan tetapi tidak pernah melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.

Di tempat ini saja hanya beberapa orang guru yang bisa mengenalnya salah satunya Guru Dira. Kini Dira mendekati Ketua Moja untuk membuktikan sendiri Gaharu Langit secara langsung.

“Ketua Moja jangan bercanda, coba kulihat!” Dira mencoba melihat Kerak kayu hitam pekat yang di pegang oleh Ketua Moja.

Dari Jauh beberapa meter saja wanginya sudah tercium dan itu sungguh familiar bagi sebagian orang.

Dira selaku bangsawan juga pernah memiliki gaharu ini tapi ukurannya tidak lebih besar dari ukuran ujung kelingkingnya.

“Lihatlah Guru Dira! Berapa kira-kira poin yang akan kau tawarkan! Untuk Gaharu ini” Ketua Moja menanyakan langsung pada guru jenius itu untuk memberi penilaiannya.

Dira terbelalak melihat kemurnian gaharu yang di pegang oleh Ketua Moja, ‘Ini sungguh harga yang sangat fantastis dan bahkan mengelahkan semua barang yang di dapati, tapi bagaimanapun aku tidak bisa menyebut harganya di atas kelompokku, walaupun harganya seratus kali di atas pendapatan kami’ 

“Aku kira ini 8000 poin! Mengingat kualitasnya sudah turun karena terkena kotoran”

Dira mencoba membodohi semua orang yang hadir, karena bagaimanapun gaharu itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap kotoran yang menempel, apalagi dalam kasus ini tidak sedikit pun kotoran menempel pada Kerak gaharu yang diperlihatkah Rafa.

“Apa? 8000 poin!”

“Bagaimana bisa setinggi itu?”

Semua orang terbelalak begitu juga dengan Ayla, ia tidak pernah berpikir anak muridnya menemukan harta karun. Mendengar penilaian Dira sampai 8000 koin membuat Ayla meneteskan air mata karena terharu, bangaimanapun itu bukanlah harga yang murah jika di uangkan, dan setidaknya poin itu setera dengan 20 koin emas atau lebih. 

Uang sebanyak ini tentunya sangat berarti bagi Ayla untuk mendidik murid-muridnya andai itu diberikan kepadanya.

“Rafa! Muridku! Trimakasih ya” Gumam pelan Ayra terharu, karena Ayla belum pernah bermimpi bidangnya akan menjadi Kelas yang di akui. 

Bila Perguruan ini jujur maka sebentar lagi akan di angkat menjadi Kelas karena poin mereka setidaknya sudah berada di peringkat kedua.

“Tidak mungkin! Itu tidak mungkin 8.000 poin, Dira kau sengaja menjatuhkan peringkat kita dengan mengada-ada, dan mungkin saja itu 4.000 poin, kalau kau tidak kopeten kenapa kau tidak menyerahkan pada Ketua Moja saja untuk menilainya” Komal menunjuk ke arah Dira dengan wajah marah.

Komal memang tidak mengerti tentang Kerak Gaharu Langit tapi dia juga tidak ingin kalah dari sesuatu yang tidak diketahuinya apalagi berpotensi penipuan.

“Benar! Aku tidak setuju dengan Dira! Dia sangat pandai menipu orang, kuharap ketua Ketua Moja langsung menilainya”

Semua orang menjadi ribut dengan penilaian Dira. Dira menghentakkan kakinya karena marah, ia tahu sebenarnya harga aslinya jauh lebih mahal dari harga yang disebutkan.

  1. Kecurangan Penilaian

Rafa dari tadi hanya diam tatapan matanya tajam melirik Ketua Moja si Raja Bangau. Rafa meyadari betul harga Kerak Gaharu itu paling murahnya 50 keping emas dan bila dipoinkan paling kurangnya 100.000 poin. Rafa sengaja memberikan satu Kerak itu untuk menguji kejujuran Ketua Moja, sementara yang lainnya telah di sembunyikan di balik baju kawan-kawannya untuk perencanaan ke depan.

‘Ketua Moja sepertinya bimbang, aku tahu dia tidak berpikir anak seperti kami bisa menemukan barang berharga, tapi aku yakin untuk menempatkan kami diposisi yang pertama adalah pilihan sulit baginya, apalagi saat dia menimbang kami ini adalah sampah yang tidak berguna’ Batin Rafa mencermati gerak-gerik Ketua Moja si Raja Bangau yang mulai berkeringat.

Moja menoleh ke arah Rafa yang hanya berdiri dengan tatapan mata bodoh. Moja sedikit mencurigainya karena tidak mungkin bagi anak kecil mengetahui herbal langka, dia menduga Rafa pasti mata-mata perguruan lain dan Kerak ini sudah disiapkan sebelumnya, karena pada dasarnya Moja sendiri tidak mengenali pohon Gaharu Langit.

“Bocah! Katakan padaku bagaimana cara kau menemukannya, dan siapa yang mengatakan padamu bahwa barang ini barang yang sangat berkualitas” Tanya Ketua Moja dengan tatapan tajam dan penuh selidik.

Tatapan Ketua Moja sedikit menekan ranah jiwa Rafa untuk menakutinya agar Rafa berkata jujur. Rafa terkejut apalagi hal semacam ini dilakukan oleh seorang Ketua Moja untuk mengintimidasi bocah tak berbakat seperti dirinya, ia benar-benar tidak menduganya.

‘O… Beginikah sikapnya terhadap anak sampah seperti kami, bukan hanya guru lain yang tidak menginginkan kami berkembang, namun juga ketua perguruan sendiri tidak menginginkannya. Tekanan kuat yang diberikan padaku mampu membuat tubuhku gemetar hebat, tapi dia tidak bisa mengancam jiwa sejatiku, baiklah akan kuturuti permainan kau tua bangka’ Batin Rafa menahan tekanan langsung ke ranah jiwanya.

“Maaf Guru Besar! Bibi Ayla yang mengajari kami, dia berkata bahwa carilah kayu yang keras dan wangi karena ciri-ciri kayu seperti ini jika dibakar akan lama habisnya, dan api yang dihasilkan pun lebih panas, selain itu, wangi-wangian yang ditimbulkan juga mendatangkan aroma khusus pada makanan, begitulah Bibi Ayla mengejari kami”  Rafa berbohong tapi kata-kata itu pernah di ucapkan Ayla di kehidupan sebelumnya. 

Jawaban Rafa justru membuat semua orang penasaran. Mereka saling pandang sehingga pembicaraan diskusi di antara mereka kembali terdengar. 

“Iya, berarti itu dia menemukannya kebetulan saja, jadi tidak bisa dianggap jenius sama sekali”

“Benar! Semua murid lain mencari hewan ghaib dan melawannya secara kelompok dan mereka tahu di dalam siluman ada kristal siluman yang berharga, sementara bocah ini hanya ke beruntungan saja dan itu tidak bisa dianggap suatu kemenangan”

“Iya!”

Berbagai pembicaraan mulai terdengar untuk pembenaran, karena pada dasarnya mereka memang tidak mengukai tingkat koki menduduki peringkat tinggi. 

Ayla sendiri terlihat bingung saat mencerna kata kata Rafa, ‘Kata-kata Rafa benar sekali… Itu kata mendiang Ibuku, tapi apa aku pernah berkata seperti itu pada mereka ya? Ah aku sangat menyayangi mereka pasti aku telah melupakannya, sementara mereka masih kertas putih dan bisa mengingat dengan sangat baik’ Ayla senyum bahagia melihat anak muridnya mencoba menjelaskan dengan mengangkat namanya dengan bijaksana.

“Ayla! Apa kau pernah mengajari mereka seperti ini?” Ketua Moja menatap tajam Ayla hingga membuat Ayla berkeringat dingin.

“Iya! Saya yang mengajarinya” Ayla bertekad untuk mendukung muridnya walaupun banyak risiko yang harus ditempuh.

Mendengar pengakuan Ayla semua orang kembali riuh, mereka pada umumnya juga tidak setuju bila Aila si Panci di angkat menjadi guru jenius tertinggi karena filsafahnya, dan ini sungguh kemunduran terhadap guru jenius lain ke depannya.      

Ketua Moja menarik napas panjang, “Sudah semuanya diam! Tidak usah berdebat lagi, aku telah mengambil keputusan, tapi kali ini akan ku umumkan perolehan poin untuk Kerak ini 40.000, Tapi… poin ini tidak bisa ku hitung! Yang tetap kuhitung adalah 12 poin kayu mereka bawa, tidak berniat aku menyinggung perasaan anak-anak ini, tapi perhatikanlah mereka, mereka ini bahkan memiliki tulang terburuk dan mereka tidak diciptakan sebangai pendekar, jadi untuk ke depannya ikut serta koki juga ku tiadakan, jadi keputusan tetap sama”.

Ketua Moja mengembil sikapnya, Ayla bisa merasakan tidak adil tapi ketidak adilan ini dari dulu telah dirasakannya, ia hanya menundukkan kepala dengan wajah sedih, 

“Anak-anak kalian mandilah! Kalian telah bekerja dengan baik hari ini!” Ayla menyuruh murid-muridnya untuk beranjak dari tempat itu, karena dia tidak ingin mendengar cacian dan makian yang justru memperburuk watak muridnya yang polos.

Rafa yang tadinya hanya berdiri sekarang bisa melihat kelicikan semua orang yang tidak berniat membuat persaingan ini adil, apalagi untuk anak-anak sampah seperti mereka.

“Guru Besar Moja! Aku bisa melihat ketidak adilan mu di sini, terutama terhadap guru ku Bibi Ayla, kau melihat jelas-jelas barang bawaanku itu berharga selangit, dan kau mengambilnya sementara kami tidak kau berikan kenaikan tingkat. Atau bengini saja, kami setuju kami tidak naik tingkat namun berikan kembali Kerak Gaharu itu pada kami, dengan kerak itu kami pun bisa membeli pil penguat tubuh dalam jumlah banyak selama setahun penuh” Rafa meyodorkan tangan meminta Kerak itu kembali dengan tatapan tajam.

Perkataan Rafa merupakan tamparan keras terhadap Ketua Moja, sampai membuat semua orang tercengang dan hening sesaat. 

Raut wajah Ketua Moja merah padam dan jarang orang melihatnya marah, tapi kali ini dia terlihat benar-benar murka.

“Bocah! Ini hutan wilawah ku, dan kau hanya parasit di sini, mulai sekarang kau bukan lagi anggota perguruan Bangau Putih! Usir bocah ini sekarang juga” Teriak Ketua Moja naik pitam.

Sebenarnya wilayah Rafa telusuri sudah di luar wilayah Hutan Lindung namun ia tidak mengatakannya untuk memperpanjang debatan, 

Rafa senyum sinis sembari mengankat tangan kanannya, “Berhenti! Tidak usah diusir, saya akan pergi sendiri.. karena aku masih memiliki kaki” Rafa serius dengan ucapannya.

“Rafa!” 

Ayla menjadi kaget mendengar perlawanan Rafa terhadap kebijakan Ketua Moja yang terkenal otoriter, “Apa aku ini mimpi? Tidak! Tidak! Ini tidak boleh terjadi” Gumamnya, ia segera menghampiri Rafa dan menepuk pundaknya.

“Rafa! Minta maaflah pada Guru Besar!” 

Ayla memerintahkan Rafa dengan nada serius. Rafa menatap Ayla dengan tatapan mata lembut, “Bibi Ayla! tidak kah bibi mau kita sedikit dipandang oleh mereka, jika bengini terus kapan kita bisa berkembang, kita akan jadi budak terus di sini… Bibi Ayla aku akan pergi dari perguruan ini, aku sangat menghargaimu tapi tidak dengan orang-orang pengecut seperti mereka” Rafa menoleh ke arah Hakim, “Hakim ayo kita pulang!” Ajak Rafa segera melangkah pergi. 

Whoossshh…

“Berhenti!”

Sesosok anak cantik berkelabat cepat mendarat di depan Rafa dan menghunus tongkat ke arah wajah Rafa untuk menghentikan langkahnya. 

  1. Silvia Vs Rafa

Anak itu adalah Silvia berusia 9 tahun yang menjadi jenius nomor satu di perguruan Bangau Putih, wajah cantiknya terlihat tidak bersahabat, tatapan matanya dingin.

“Kawan! Bicaramu sangat lancang terhadap Guru Besar Moja, Para guru memiliki martabat tinggi dan tidak layak melawan bocah tidak beradap seperti mu! Namun tanganku benar-benar gatal ingin melihat sehebat apa dirimu ini, anggap saja ini sebagai rasa terimakasihku padamu untuk menghilang sedikit rasa bersalah mu pada para guru yang tersakiti hatinya” Silvia menyeringai sembari memutar tonkatnya dan menancap ke tanah menunggu jawaban dari Rafa.

Semua guru kagum dengan ketegasan Silvia. Apalagi saat melihat kelincahan Silvia dalam memperagakan seni bela diri membuat semua orang terkesima, sampai ucapan kekaguman terdengar diantara para guru yang menyaksikan kehebatan ilmu meringankan tubuhnya.

Ketua Moja berdecak kagum, “Memang inilah yang diinginkan dari seorang jenius sejati, aku sangat senang melihat Silvia, selain jenius dia juga sangat pintar membaca pikiran para guru! Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi anak sampah lain untuk mengingat statusnya” gumamnya pelan Moja penuh bangga.

Rafa bisa melihat semua orang mengagumi Silvia, dan memusuhi dirinya karena dianggap pembangkang terhadap keputusan Ketua Moja. Walaupun begitu Rafa terlihat santai karena Ayla gurunya masih terlihat mendukungnya walaupun dengan wajah pucat pasi. 

“Silvia! Kau memang anak jenius, budidaya mu sudah mencapai tingkat kayu dan jarang dijumpai di kekaisaran ini. tapi jika kau ingin membungkam ku itu belumlah cukup”

“Hm.. Bocah! Aku kemari bukan ingin mendengar ceramah mu, carilah senjata yang sesuai pada semua peserta di sini, dan buktikan ucapanmu dengan kemampuan” Silvia menyeringai sembari meyilang tangan di depan dada menunggu Rafa mencari senjatanya.

Silvia bukan tidak mampu bertarung dengan tangan kosong, akan tetapi mengingat Rafa sangat kotor dan menjijikkan dia memutuskan untuk menghajarnya menggunakan tongkat.

“Baiklah! Kalau kau menginginkannya aku akan mengabulkan permintaan mu ini”

Rafa menghampiri Ayla yang berdiri tidak jauh dari tempatnya yang didampingi anak-anak kurus kotor lain, 

Rafa menatap Ayla dengan senyum hangat, “Bibi Ayla! Pinjamkan Kuali dan sendok masakanmu! Aku akan mengajari Silvia cara menggunakan panci supaya mereka tidak selamanya remehkan kita!” Ucapan Rafa penuh keyakinan sehingga sulit bagi Ayla untuk tidak mengabulkan permintaan murid kurusnya.

“Rafa! Apa perlu bantuan ku!” Tawar hakim yang berdiri disamping Ayla.

“Tidak hakim, aku cuma membutuhkan mu untuk pulang setelah ini”, Rafa menoleh pada kawan-kawan lainnya, “Ingat seperti pesanku sebelumnya” ucap Rafa pelan mengingatkan pada anak-anak kotor itu tentang rencana yang telah diaturnya. 

“Baik! Kami mengerti!” ucap anak-anak serentak dengan wajah riang tanpa merasa takut. 

Ayla berkeringat dingin, tatapannya hangat saat menatap wajah Rafa, “Nak! kau telah terjebak! Kau tidak bisa melawannya dia telah mempelajari teknik tongkat tertinggi si Raja Kera, kau akan mati Rafa!” 

“Bibi Ayla! Bibi Aila tenanglah percayakan saja urusan Silvia pada muridmu ini, kalau kau tidak mempercayaiku siapa lagi yang dapat melakukannya” Rafa menyapu ingusnya layaknya Hakim sampai merembes ke pipinya.

“Nak Rafa kamu jorok!” Ayla menyerahkan Panci besarnya dan sendok pada muridnya yang terlihat sangat berani itu.

“Aku mencuci tangan saat makan bibi!” 

Rafa meniru ucapan Hakim sembari mengambil kuali besar dan sendok masakan. Rafa kini merasa bangga dengan dua senjata gurunya walaupun ukurannya kebesaran namun itu cukup sempurna untuk digunakan.

Semua orang bersorak gembira dengan keberanian Rafa yang berani melawan Jenius nomor satu walaupun hasilnya telah terprediksi, walaupun begitu tidak sedikit dari mereka yang bertaruh dengan pertarungan itu, termasuk para guru besar.

“Dira aku bertaruh anak gembel itu bisa berdiri dalam waktu 1 menit dihutung dari serangan pertama, bagaimana menurut mu!” Komal mengompori, ia tahu Dira sangat marah jika muridnya di singgung.

“Hahaha! Baiklah kita akan bertaruh 10 keping emas, dan ingatlah bayarannya harus sekarang!” Dira tertawa senang.

Ketua Moja mendengar taruhan itu dia pun ikut tertarik, “Dengarkan! Jika bocah itu bisa bertahan selama satu menit saja, maka kau Komal untuk setahun ke depan akan kunaikkan gaji dua kali lipat, jika kau kalah maka kau tidak akan kuberi gaji selama 6 bulan” Ketua Koja berkata serius pada komal.

Komal menelan ludah, “Ba.. Baiklah!” Komal mulai gugup dan mulai menyesal.

“Bertaruh ya! aku juga mau ikut!”

“Kalau mau ikut, bawa sini uangnya” 

“Baik! Aku juga mau ikut!”

Semua orang terlihat ikut bertaruh dengan ketentuan ‘satu menit’, hal itu juga disampaikan secara langsung oleh Dira pada muridnya. 

“Silvia! Kalahkan bocah itu dalam satu menit! Kalau tidak gurumu akan kalah bertaruh!” teriaknya memberikan informasi.

YAA.. YAAA… SILVIA!  SILVIA! SILVIA!

Terdengar sorakan dukungan mengaung mengisi udara dari para guru yang mendukung Silvia. Rafa hanya senyum melihat semangat semua orang.

‘Dasar mereka ini! Sampah seperti kami banyak yang mati karena tidak ada uang untuk membeli makanan, sementara mereka berjudi ria di sini, baiklah aku akan melihat sejauh mana mereka bisa bersorak!’ Batin Rafa mulai berjalan berhadapan dengan Silvia.

Pertarungan siap di mulai, sorak sorai kembali terdengar. Di sisi lain hanya Ayla yang terlihat pucat dan sangat mengkhawatirkan Rafa, akan tetapi ia juga harus membiarkannya untuk membuktikan bahwa sampah seperti Rafa juga pantas untuk hidup dan berkembang.

“Rafa! Buktikan nak, bahwa kau itu hidup!” Teriak Ayla melinangkan air mata, karena hal-hal seperti ini sering di alaminya di perguruan Bangau Putih, sampai ia bertekat untuk berkembang tanpa ada sumberdaya. 

“Kawan! Namamu tadi Rafa bukan! Bertarunglah sungguh-sungguh kalau tidak kau bisa mati di ujung tongkat ku ini”

Rafa menyeringai, “Baik lah! Maju!” Ajaknya santai sambil memengang Juali sebagai tameng, dan sendok kuali sebagai senjatanya sembari memasang kuda-kuda.

“Hmm… Menarik! Lihat serangan!”

Teriak Silvia, melesat cepat melompat tinggi ke udara dan menukik cepat menghantam ke arah Rafa sekuat tenaga, Rafa terbelalak melihat kecepatan Silvia, ‘Gawat! Anak ini sungguh sangat cepat dan bahkan melebihi seorang ahli yang setingkat dengannya’ batin Rafa sembari melompat mundur dengan cepat.

Wuss…! Phak!

Pukulan Silvia menghantam tanah kosong, silvia terbelalak, ‘Bagaimana mungkin sampah bisa menghindari seranganku, ini tidak mungkin, baiklah! mungkin karena aku kasihan takut membunuhnya dalam sekali serang jadi aku mengurangi kecepatanku sebelumnya, tapi kali ini aku kan menyerangnya secera serius’ Pikir Silvia terus memyerang dengan kecepatan tinggi.

“Teknik Tongkat Kaisar Sakti! – Hantaman Sang Kaisar! 

HOOOO HOOOO

Suara germuruh sorak para penonton langsung terdengar meriah, Silvia terus melancarkan serangannya dengan cepat dan bertubi-tubi dan sulit di prediksi, karena jurus Tongkat Kaisar Sakti bukanlah jurus sembarangan.

Rafa melebarkan matanya, ‘Ah! Jurus ini sebenarnya hanya bisa kuhadapi dengan Teknik Jiwa Murka, akan tetapi, ini akan menyakiti hati Bibi Ayla guruku, baiklah aku akan menggunakan jurus yang diajarkan Bibi Ayla di kehidupan sebelumnya, jurus ini telah kusempurnakan selama puluhan tahun dan aku akan menggunakannya kali ini, teknik “Seribu Panci Membawa Duka”, sekarang saatnya pertunjukan’ batin Rafa mulai mengenang kepahitan dalam hidup di kehidupan sebelumnya.

“Teknik Seribu Panci Membawa Duka – Pertahanan Seorang Ibu!”

Gerakan kuali itu bagaikan, seorang ibu renta lemah memasak dengan kepedihan dan penderitaan yang mendalam, gerakan yang tidak bisa di prediksi tapi selalu dapat menangkis setiap serangan dahsyat sang Dewi Tongkat Sakti.

Trang! Trang! 

Semua mata terbelalak saat melihat Silvia menggempur habis-habisan pertahanan seorang anak gembel yang kini seolah wanita renta sedang memasak dengan airmatanya. Keterkejutan itu dapat dilihat dari raut wajah Ketua Moja si Raja Bangau. ia benar-benar tidak menyangka yang dianggap anak sampah bisa bertahan dari teknik tertinggi dengan gerakan panci, kini bahkan panci itu telah menjelma menjadi perisai untuknya.

Ayla menetaskan air mata sampai menangis, melihat muridnya memperagaakan teknik tertingginya, “Teknik Seribu Panci Membawa Duka” ciptaan mendiang ibunya dengan sangat sempurna.

“Hik! Hik! Bagaimana.. anak ini bisa menguasai teknik ibuku… padahal teknik ini diciptakan oleh ibuku dalam penderitaan hidup yang mendalam.. saat saat kami lapar berhari hari.. aku sungguh melihat ibuku pada dirinya.. teknik ini.. tidak.. dia adalah jelmaan ibuku… hik.. hik…” Ayla terjatuh keposisi duduk dan mengis tersedu-sedu.

Rafa melakukan teknik itu dengan sangat menghayati sehingga air mata terus membasahi pipinya. Gerakannya lemah dan lembut sehingga setiap benturan dengan tongkat Silvia bisa merasakan kesedihan jiwa yang sangat mendalam dalam jeritan jiwa.

“Teknik macam apa ini? aku bahkan tidak bermimpi akan melihat teknik misterius semacam ini yang bahkan bisa membuatku bersedih hati” Silvia bisa merasakan sulitnya menerobos pertahanan Rafa.

Rafa menyeka air matanya menatap langit, “Jurus ini diciptakan oleh seorang wanita tua renta miskin dalam membesarkan 6 anaknya dengan air mata, pada akhirnya lima anaknya meninggal kelaparan dan hanya menyisakan satu orang, dengan kuali ini dan air mata dia memasak apapun untuk membesarkannya dengan penuh tekat, hingga setiap gerakan mengandung jiwanya… disetiap teknik yang kumainkan mengandung kesedihan yang mendalam, jiwa penderitaan yang tiada akhir tidak bisa kalian rasakan dalam kemewahan, sekarang majulah, waktumu beberapa detik lagi!” Rafa mulai memutar kualinya dan mengangkat sendoknya.

“Sekarang Aku akan menyerang!”

**   

    

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Chapter 13-16. Lagenda Dewa Leluhur
37
27
13. Waktu Habis14. Kekalahan Silvia15. Pasar Kota Lembah Mawar Salju16.  Mija Organisasi Dewa Pil Dunia dan Puri Liona 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan