The Human Condition Trilogy: An Anti-War Trilogy by Masaki KobayashI

0
0
Deskripsi

Ulasan oleh Admin Rio

The Human Condition II: Road to Eternity (1959) | MUBI

The Human Condition Trilogy merupakan trilogi yang mempopulerkan nama Masaki Kobayashi, selain Harakiri. Gw sebelumnya hanya menonton karya beliau Harakiri tanpa menonton yang lainnya. Masaki Kobayashi mungkin tidak seterkenal Akira Kurosawa atau Yasujirō Ozu, namun karya-karyanya amat penting untuk sinema Jepang

Trilogi ini dibuat dalam waktu lima tahun oleh Masaki Kobayashi. Dalam wawancara di Criterion Channel, trilogi ini juga bagian dari pengalaman pribadi Kobayashi pada...

Ulasan oleh Admin Rio

The Human Condition II: Road to Eternity (1959) | MUBI

The Human Condition Trilogy merupakan trilogi yang mempopulerkan nama Masaki Kobayashi, selain Harakiri. Gw sebelumnya hanya menonton karya beliau Harakiri tanpa menonton yang lainnya. Masaki Kobayashi mungkin tidak seterkenal Akira Kurosawa atau Yasujirō Ozu, namun karya-karyanya amat penting untuk sinema Jepang

Trilogi ini dibuat dalam waktu lima tahun oleh Masaki Kobayashi. Dalam wawancara di Criterion Channel, trilogi ini juga bagian dari pengalaman pribadi Kobayashi pada waktu menjadi bagian dari militer pada saat itu. Trilogi ini dibagi menjadi tiga film dengan masing-masing film berdurasi kurang lebih tiga jam. Kobayashi menggaet sinematografer yang popular di Jepang pada saat itu dan bisa dibilang terbaik, yaitu Yoshio Miyajima. Mereka berdua bekerja sama dalam membuat film ini, dimana Kobayashi mengatakan sangat susah dalam membuat film pertama dan kedua. Kobayashi juga mengatakan bahwa pertama kali film pertama dan kedua keluar, para kritikus film menilai keduanya sebagai sebuah film yang buruk

Trilogi ini berkisah tentang Kaji (Tatsuya Nakadai), seorang idealis dan humanis yang sangat menentang peperangan, menjunjung tinggi perdamaian dan anti perbudakan. Semua idealismenya terpaksa ia kubur saat ia akan dipindahkan oleh atasannya untuk bekerja di pertambangan yang sangat kental dengan perlakuan perbudakan. Perbudakan terhadap tawanan perang Jepang pada saat itu menjadi titik awal perjalanan Kaji dalam menghadapi semua masalah tentang kemanusiaan

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya ‘Female Gaze’ dalam film Yuni (2021): Teguran untuk Masyarakat Patriarki & Surat Cinta untuk Perempuan
0
0
Ulasan oleh Admin NonaSINOPSISYuni (2021) adalah sebuah film karya sutradara Indonesia, Kamila Andini. Yuni yang diperankan oleh Arawinda Kirana, adalah seorang gadis SMA yang menyukai warna ungu, memiliki teman-teman dekat, dan berpenampilan khas remaja. Keluarganya lebih terikat pada tradisi daripada dirinya. Sekolahnya mengumumkan bahwa mereka akan memulai tes keperawanan wajib untuk anak perempuan. Di samping itu, Yuni menyadari bahwa ketika mimpinya semakin besar, dunia di sekitarnya semakin kecil. Dia akan menyelesaikan SMA dan memiliki mimpi besar, dia pikir semuanya mungkin. Kemudian suatu hari dia dilamar oleh seorang pria yang tidak dia kenal. Dia menolak lamaran itu, tetapi lamaran kedua datang. Yuni masih percaya dengan mimpinya dan keluarganya. Tapi ada sesuatu yang muncul kali ini. Sebuah mitos, bahwa perempuan tidak boleh menolak lebih dari dua lamaran; jika tidak, perempuan itu tidak akan pernah menikah. Hingga suatu hari, gurunya datang ke rumahnya, menjadi pria ketiga yang melamarnya.Spoiler Alert: Minor & Major Spoilers
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan