Bab 10 – "Di Antara Dua Bayang-Bayang"
Aylin meregangkan tubuhnya, menghela napas panjang saat melihat layar ponselnya. Event di Empire Quest baru saja dimulai, dan seperti biasa, Eternal Flame (EFL) bergerak cepat membangun kekuatan mereka. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya hari ini.
Nama baru di papan peringkat mencuri fokusnya Lucien.
Dia bukan anggota EFL, bukan pula bagian dari Aether Throne. Tapi kemunculannya terasa begitu tiba-tiba, dan anehnya… dia mulai sering muncul di sekitar Aylin.
"Siapa sih orang ini?" gumam Aylin, alisnya berkerut.
Saat itu juga, notifikasi pesan pribadi muncul. Dari siapa lagi kalau bukan Lucien.
[Lucien]: Kamu butuh bantuan di lini belakang? Aku bisa bantu handle.
Aylin tersenyum kecil. Akhir-akhir ini, kehadiran Lucien terasa seperti angin segar. Di tengah tekanan dari anggota yang mulai curiga, Lucien selalu muncul di saat yang tepat. Dia suportif, ramah, dan kalau harus diakui cukup menghibur.
[Navya]: Boleh. Tapi yakin gak bakal keberatan? Aku bisa agak cerewet soal strategi.
Balasannya datang nyaris instan.
[Lucien]: Dengan senang hati, Kapten. Aku suka tantangan.
Aylin terkekeh kecil. Entah kenapa, cara Lucien memanggilnya 'Kapten' selalu membuatnya merasa dihargai. Berbeda dari seseorang yang hanya muncul lalu menghilang tanpa penjelasan.
Seseorang seperti… Revenant.
---
Di sisi lain, di aliansi Aether Throne (ATH), Luan bersandar di kursinya dengan ekspresi datar, tapi matanya terpaku pada satu nama di layar: Lucien.
"Kau tidak bisa diam, ya?" gumamnya pelan.
Dia sudah cukup lama mengawasi Navya dari jauh, dan selama ini tidak ada orang yang cukup berani mendekatinya sedekat ini. Tapi Lucien? Pria itu seakan tak mengenal batas.
"Si brengsek ini terlalu banyak campur tangan…"
Kaizen yang duduk di sebelahnya melirik ke arah layar Luan, lalu terkekeh. "Cemburu, huh?"
"Jangan mengada-ada," balas Luan cepat. Tapi tatapannya tak lepas dari percakapan di antara mereka.
Kaizen mengangkat bahu, menikmati reaksi tak biasa dari rekannya yang biasanya dingin. "Kalau kau gak suka, kenapa gak turun tangan aja? Daripada diem di sini sambil merajuk kayak anak kecil."
Luan tidak menjawab. Tapi dalam hatinya, dia tahu satu hal pasti, dia tidak akan membiarkan pria itu mengambil tempat di sisi Navya.
---
Beberapa hari kemudian, di puncak event Empire Quest…
EFL tengah berada di ambang kemenangan. Bersama Lucien, Aylin berhasil mempertahankan wilayah utama mereka dari serangan besar ATH. Semua terasa lebih mudah dengan kehadiran Lucien di sisinya.
"Kamu yakin gak capek?" tanya Aylin di obrolan pribadi.
[Lucien]: Selama kamu butuh aku, aku gak akan ke mana-mana.
Jawaban itu membuat jantung Aylin berdebar pelan. Ada sesuatu di balik kata-kata Lucien yang terasa tulus dan mengganggu pikirannya lebih dari yang ia harapkan.
Namun, di antara riuhnya perang, sebuah notifikasi lain masuk. Kali ini dari seseorang yang sudah lama tak menghubunginya secara langsung.
[Revenant]: Jangan terlalu percaya pada orang baru. Tidak semua orang sebaik kelihatannya.
Aylin terdiam, menatap pesan itu cukup lama. Ada nada peringatan di sana dan entah kenapa, dia merasa hati kecilnya mempercayai kata-kata Revenant lebih dari yang ingin diakuinya.
Sejak hari pertama event Empire Quest dimulai, Aylin menyadari satu hal bersama Lucien, semuanya terasa lebih ringan.
Pria itu punya cara bicara yang santai tapi selalu tahu kapan harus serius. Setiap kali Aylin kewalahan mengatur strategi atau menghadapi drama internal di EFL, Lucien selalu muncul tepat waktu, seolah membaca isi pikirannya.
Seperti malam ini, ketika Aylin hampir tertidur di depan layar setelah tiga jam bertarung tanpa henti.
[Lucien]: Hei, jangan ketiduran. Aku butuh Kaptenku tetap waspada.
Aylin tersenyum kecil, mengusap matanya yang lelah.
[Navya]: Aku masih bangun, kok. Gak gampang tumbang kayak kamu pikir.
Tak lama kemudian, sebuah notifikasi hadiah masuk di kotaknya. Bukan item biasa, tapi paket spesial yang hanya bisa didapatkan dari event terbatas.
[Lucien mengirimmu "Royal Gift Box".]
Aylin mengerutkan kening. Hadiah ini mahal. Terlalu mahal untuk sekadar iseng.
[Navya]: Kamu serius? Ini ‘kan item rare, kenapa dikasih aku?
Jawaban Lucien datang cepat, seperti biasa.
[Lucien]: Karena kamu lebih penting daripada item di game.
Kalimat sederhana itu berhasil membuat pipi Aylin memanas. Dia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan debaran jantungnya yang terasa lebih cepat dari biasanya.
[Navya]: Hati-hati, nanti aku jadi ngira kamu naksir aku.
Aylin mengetik cepat, mencoba meredakan suasana. Tapi balasan Lucien membuatnya tercengang.
[Lucien]: Hmm… Kalau iya, kenapa?
Jantung Aylin seakan berhenti berdetak sejenak.
Dia menatap layar ponselnya, berharap ini hanya candaan seperti biasanya. Tapi tidak ada emoji, tidak ada tanda dia bercanda. Serius. Lucien… serius?
Sebelum Aylin sempat membalas, notifikasi voice chat masuk. Lucien memanggilnya. Dengan ragu, dia menyambungkan panggilan.
“Kenapa diam? Biasanya kamu cerewet,” suara Lucien terdengar lembut di seberang.
“Aku… kaget aja,” Aylin tertawa kecil, mencoba mengendalikan debaran jantungnya.
“Kenapa? Gak mungkin gak ada yang naksir kamu di game ini,” balas Lucien, nadanya setengah menggoda. “Aku bahkan heran kenapa kamu masih betah sendirian.”
Aylin menelan ludah. Entah kenapa, cara Lucien berbicara terasa begitu natural, seakan-akan perhatian semacam ini adalah hal biasa baginya.
“Kamu emang selalu begini sama semua cewek?” tanyanya pelan.
“Enggak,” jawab Lucien tegas. “Cuma sama kamu.”
Dada Aylin terasa hangat, tapi di balik semua itu, pikirannya melayang ke seseorang yang lain. Seseorang yang selalu ada di bayang-bayangnya, membantu tanpa pernah benar-benar muncul. Revenant.
Kenapa tiba-tiba dia teringat orang itu di saat seperti ini?
“Navya?” suara Lucien memanggilnya lagi, membuyarkan lamunannya.
“Hmm?”
“Kalau capek, jangan dipaksa. Aku di sini, jadi tinggal bilang kalau butuh bantuan,” ucap Lucien pelan. “Aku gak akan ke mana-mana.”
Ada sesuatu di nada suaranya yang membuat hati Aylin terasa lebih tenang. Untuk pertama kalinya sejak lama, dia merasa… dijaga.
“Lucien…” Aylin menggigit bibirnya, menahan sesuatu yang ingin ia tanyakan. “Kamu kenapa baik banget sama aku?”
Lucien tertawa kecil di seberang sana. “Mungkin karena aku gak tahan lihat kamu berjuang sendirian.”
---
Di sisi lain, Luan melempar ponselnya ke meja dengan kasar. Rahangnya mengatup rapat saat melihat interaksi mereka di chat publik.
Lucien bukan sekadar pemain biasa, dia ancaman.
Dan Luan tidak menyukai kenyataan bahwa Navya terlihat mulai nyaman di sisinya.
Kaizen melirik Luan dari samping, mendesah pelan. “Kau tahu, kan? Kalau kau terus diam begini, cewek itu bakal diambil orang lain.”
“Aku gak peduli,” balas Luan dingin, tapi Kaizen hanya menertawainya.
“Bohong. Kalau gak peduli, kenapa matamu nyala pas lihat mereka ngobrol?”
Luan mengepalkan tangan. Dia harus melakukan sesuatu sebelum terlambat.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰