Sword of Angel - Chapter 15

0
0
Deskripsi

Kerajaan dan Ras yang memiliki keunikan masing-masing. Di dunia ini terdapat Bangsa/Ras Manusia, Elf, Dwarf, Orc, Raksasa, Penyihir, Iblis, Naga, dll.

Tetapi cerita novel kali ini berfokus kepada Ras Manusia dan Orc, dimana Ras Orc berusaha merebut Pedang Malaikat yang telah dilindungi oleh Ras Manusia dari generasi ke generasi.

Yang pada puncaknya terjadi perang besar di antara kedua Bangsa tersebut.

 

And also you can find our other channel :

Instagram 》@swordofangel13

Di pagi hari yang mendung dan gelap, para bala tentara Kerajaan berkumpul di halaman depan Istana Kerajaan. Mereka semua sudah bersiap di posisinya masing-masing dan setia menunggu Rajanya datang. Suasananya sangat tenang dan hening, selama berdiri tidak ada satupun dari mereka yang bersuara.

 

Dan demikianlah formasi pasukan besar ini, pasukan paling belakang adalah pasukan berkuda dengan membawa tombak panjang dan ada bendera kecil di bawah ujungnya. Sedangkan para pemanah berada di atas tembok Istana atau tembok dalam. Di depan pasukan berkuda atau yang disebut Kavaleri adalah pasukan Crusader dan Legiun. Pasukan Crusader dan Legiun merupakan garda terdepan dalam peperangan. Pasukan Crusader memakai baju zirah yang lebih lengkap dari pada pasukan Legiun dan biasanya menggunakan tombak pendek dan pedang kecil. Sebaliknya, pasukan Legiun memakai baju zirah ringan atau sederhana sehingga membuat mereka bisa bergerak lebih cepat dan gesit. Pasukan Legiun ini biasanya menggunakan pedang dan perisai berbentuk lingkaran dalam berperang.

 

Kemudian di depan pasukan Crusader dan Legiun adalah pasukan Templar. Pasukan Templar ini terbagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama yang berada di sebelah kiri adalah Templar Putih yang dipimpin oleh Jenderal Edmund. Berikutnya, kelompok kedua yang berada di sebelah kanan adalah Templar Hijau yang dipimpin oleh Jenderal Gideon. Dan terakhir yang berada di tengah adalah Templar Merah yang dipimpin oleh Jenderal Julius. Masing-masing Templar tersebut terdiri dari seratus prajurit unggulan. Mereka semua terpilih dari yang terbaik dan berada di bawah komando langsung dari masing-masing Jenderal.

 

Lanjut di depan pasukan Templar, terdapat tujuh orang. Tujuh orang itu disebut Tujuh Bulan Utara. Mereka terdiri dari lima orang laki-laki dan dua orang perempuan. Mereka bertujuh secara langsung berada di bawah komando dari Raja Baldwin. Tujuh Bulan Utara adalah pasukan khusus yang hanya menerima perintah dari Raja dan sifatnya lebih privat.

 

Terus di depan Tujuh Bulan Utara adalah para Paladin. Paladin ini hanya berjumlah dua belas orang, termasuklah diantaranya yang bernama Henry, Reinhard, Gustav, Xion dan Conan. Mereka ini biasanya di pilih atau di angkat dari pasukan Templar dan memiliki prestasi yang sangat memukau. Salah satunya yaitu prestasi Reinhard saat menyelamatkan para tawanan dari sekelompok bandit gurun di pelabuhan Rummu hanya dengan seorang diri.

 

Lalu di depan Paladin-paladin tersebut ialah para Jenderal. Tiga Jenderal yang memegang tanggung jawab besar soal keamanan dan perlindungan di Kerajaan Magenia dan kerajaan kecil lainnya. Tiga tokoh pemimpin yang juga memiliki kekuatan besar dalam mengendalikan banyak pasukan militer. Mereka bertiga juga disebut sebagai Pilar Kerajaan yang mengukuhkan semangat juang para prajuritnya.

 

Selanjutnya yang terakhir dan yang paling depan ialah seorang Panglima Perang. Seseorang yang kedudukannya paling tinggi di kemiliteran dari seluruh Kerajaan Manusia. Dialah yang menjadi simbol kekuatan bagi umat manusia. Seseorang yang sangat disegani oleh Ras Manusia dan bahkan Ras-ras lain.

 

Sementara semua rakyat di Kerajaan Magenia sedang melakukan aktivitasnya sehari-hari. Mereka tahu jika hari ini adalah Hari Sumpah Setia yang sedang berlangsung di Istana Kerajaan. Dari upacara itu, ada suatu hal yang sangat mereka nanti-nantikan, sampai-sampai ada yang menunggu di atas atap rumah, di tepi jalan, di tempat Air Mancur Besar dan yang lainnya.

 

Selang beberapa lama dalam istana, maka bersiap-siaplah keluarga inti kerajaan untuk pergi ke teras depan istana diikuti oleh para pelayan Istana Kerajaan dari belakang. Setibanya di teras depan istana, Raja Baldwin dengan mantel kerajaannya yang mewah terus berjalan ke teras tingkat pertama sendirian. Sedangkan yang lainnya tetap berdiri di teras tingkat kedua, termasuk semua pejabat pemerintahan.

 

Melihat Raja Baldwin yang sudah berdiri di depan Istana Kerajaan, maka berlututlah seluruh bala tentara kerajaan di hadapannya. Raja Baldwin melihat para Kesatria dan prajuritnya yang setia dengan semangat membara. Lalu dia mengulurkan tangan kanannya untuk memberi isyarat kepada Panglima Elliyon yang masih tetap berdiri.

 

Kemudian keluarlah api biru yang tenang dari kedua tangan Panglima Elliyon, lalu menyatukannya sehingga terbentuklah sebuah pedang. Saat masih memegang pedang di kedua tangannya dengan mengenakan baju zirah lengkap berlapis emas, api biru itu semakin berkobar dan semakin terang. Dan tiba-tiba api biru tersebut naik ke atas menembus langit dengan sangat cepat seperti kilat. Oleh karena dahsyatnya kejadian itu, hingga bisa melubangi awan. Semulanya dari langit yang gelap, seketika berubah menjadi terang dan menerangi seluruh wilayah kerajaan.

 

Masyarakat Kerajaan Magenia yang melihat hal itu menjadi terpana dan bahkan anak-anak sampai keluar dari sekolahnya supaya tidak ketinggalan untuk melihat fenomena langka dari nyala api biru tersebut. Di tambah lagi, burung kecil yang berada di atas pohon pun juga bisa melihatnya dari luar kerajaan.

 

Setelah cukup lama api biru itu berkobar, maka Panglima Elliyon menghentikannya. Lalu cahaya api biru tersebut menyebar ke area sekitar dari tangan dan pedangnya. Cahaya birunya menyebar dengan cepat disertai dengan tiupan angin yang lembut. Keluarga inti kerajaan dan seluruh pejabat pemerintahan juga merasa takjub dengan kehebatan dari Sang Panglima Perang.

 

Raja Baldwin yang sudah puas melihat semuanya itu berkata kepada seluruh pasukan didepannya dengan suara lantang, “Hai, engkau prajurit-prajurit terhormat! Aku terima sumpah setiamu dengan hati yang tulus. Engkau yang bersedia berkorban, menderita, bekerja keras, mengabdi sepenuh hati dan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya. Dengar baik-baik, bahwa akulah orang pertama yang akan maju paling depan untuk menjadi saksimu”.

 

Selesai Raja Baldwin berkata-kata, dia mengetuk tongkatnya ke lantai untuk memberi tanda kepada Panglima Elliyon bahwa upacara ini telah selesai. Lalu Elliyon menyimpan pedangnya dengan api biru lagi dan hilang dalam sekejap. Kemudian dia ikut berlutut di hadapan Raja Baldwin sama seperti prajurit lainnya.

 

Raja Baldwin pun balik ke dalam istana bersama rombongannya dengan tenang. Ketika Panglima Elliyon melihat Raja Baldwin sudah masuk ke dalam Istana Kerajaan, maka berdirilah dia dan berseru kepada seluruh pasukan yang ada dibelakangnya untuk berdiri. Dia mengizinkan mereka semua untuk beristirahat sejenak dan kembali ke pos mereka masing-masing.

 

Sebagian besar dari mereka mulai makan siang dan istirahat sebentar, sedangkan beberapa prajurit lainnya ada yang langsung kembali ke posnya. Dan bahkan tujuh orang Paladin juga kembali berangkat ke misinya masing-masing.

 

Sebelum pergi ke Desa Rebo, Panglima Elliyon ingin bertemu dengan para Jenderal di dalam istana, sebab dia berencana pergi pada hari itu juga. Maka dipanggilnyalah mereka bertiga untuk masuk ke dalam istana dan menyuruh mereka menunggu diruangannya.

 

Hal pertama yang dilakukannya adalah pergi menemui Tuan Winston. Dia memberi pesan kepada Tuan Winston bahwa dia akan berangkat hari ini ke Desa Rebo. Tidak lupa juga, Elliyon menitip pesan ini untuk disampaikan kepada Raja Baldwin melalui Tuan Winston karena Raja dan yang lainnya sedang makan siang.

 

Lalu Tuan Winston bertanya kepadanya, “Mengapa harus sekarang? Kenapa tidak besok saja kau berangkat?”.

 

“Tidak. Saya tidak suka menunda-nunda, Tuan Winston”, jawab Elliyon.

 

Mendengar jawaban Elliyon yang tetap teguh dengan pendiriannya, maka mengalahlah Tuan Winston dan menyetujuinya. Setelah itu Elliyon berjalan ke ruangannya untuk menemui para Jenderal yang sudah menunggunya.

 

Lalu masuklah dia ke ruangannya dan seketika ketiga Jenderal memberi hormat kepadanya. Elliyon mempersilahkan mereka duduk dan mulai bertanya kepada mereka.

 

“Gideon. Kapan kau akan berangkat ?”

 

“Kami akan berangkat besok pagi, Panglima”, jawab Gideon.

 

“Siapa saja yang kau bawa?”, lanjut tanya Elliyon.

 

“Dua puluh prajurit Templar, kemudian Reinhard juga akan ikut bersama saya”, jelas Gideon.

 

“Baik. Aku harap kalian lebih cepat sampai kesana dari waktu biasanya. Adakah yang ingin kau tanyakan kepadaku?”

 

“Menurut Tuan, apa yang harus saya prioritaskan disana?”, tanya Gideon dengan wajah serius.

 

“Lindungi warga desa dan tempat tinggalnya. Kalau Naga itu sudah mulai menggunakan api, jangan biarkan apinya menyentuh apapun di desa itu. Jika sedikit saja apinya masuk ke dalam desa, maka itu semua akan menjadi sia-sia”, jawab Elliyon dengan detail.

 

“Baik, saya mengerti. Akan saya ingat”, balas Gideon.

 

“Untuk Julius dan Edmund, aku serahkan perlindungan kerajaan kepada kalian. Jika ada hal-hal yang tidak beres atau mengganggu kalian di kemudian hari, secepatnya kirim pesan kepadaku. Sebab, aku akan pergi ke Desa Rebo sore ini”, kata Elliyon.

 

“Siap, Panglima”, respon Julius dan Edmund.

 

Maka bubarlah mereka bertiga dan kembali ke ruangannya masing-masing, sedangkan Elliyon masih tetap berada dalam ruangannya. Dia sibuk membaca surat-surat dari misi para Paladin dan yang lainnya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Sword of Angel - Chapter 16
0
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan