Tuan Tanah (Can't Wait Anymore)

0
0
Deskripsi

"Saya adalah tuan tanah ini jadi lebih baik kamu mengalah, karena wanita seperti kamu bukan tandingan saya!"

"Kalau memang kamu tuan tanah ini, tolong kembalikan saya ke dalam pelukanmu..."

takdir adalah kamu dan perputaran di masa lalu.

Seorang lelaki berperawakan tampan dengan jas berwarna navy senada dengan celananya, memutuskan berdiri di belakang tamu-tamu yang sangat excited melihat sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan hari itu. Acara saat itu adalah melempar buket bunga dan lelaki itu tersenyum saat pengantin wanitanya dengan semangat melempar bunga yang dia pegang begitu juga saat beberapa tamu bersemangat memperebutkan buket bunga itu.

            Kehadiran lelaki itu nyatanya menarik perhatian si pengantin pria dan tentu saja tatapan pengantin pria yang tajam sangat dilihat dengan jelas oleh lelaki itu. Tidak gentar dengan tatapan itu, lelaki itu malah tersenyum seraya mengangkat gelasnya tinggi-tinggi untuk menghormati sang pengantin pria. Pengantin pria terus memperhatikannya sampai harus terdistraksi dengan pengantin wanita yang mengamit lengannya.

            Lelaki itu tertunduk dengan senyum licik kemudian akan beranjak pergi, “Kita tidak menunggu sampai acaranya selesai, tuan?” tanya kaki tangannya di belakangnya.

“Tidak perlu, aku sudah sangat capek dan Lidia sudah menunggu di rumah.” Rasanya kaki tangannya itu tidak rela tapi perkataan tuannya adalah titah untuknya.

“Kau tidak menunggu sampai jamuan pernikahanku selesai, Kin? Kau hanya minum saja, apa kau tidak takut kelaparan sampai di rumah karena melewatkan makanan yang disediakan chefku?” Seseorang menahan Kin untuk masuk ke dalam mobilnya, dia adalah si pengantin pria, Hector.

            Kin tersenyum kepada Hector, “Kecuali kalau kau mau menyerahkan tubuhmu hari ini maka aku akan tinggal.”

“Apa kita bisa melakukan itu setelah aku makan dan memulangkan istriku ke rumah?” tawar Hector dengan nada bercanda.

            Kin juga ikut tertawa bersama Hector tapi pria di belakangnya sepertinya tidak senang, “Lebih baik tidak usah, aku berbaik hati membiarkanmu tinggal bersama istrimu menikmati pernikahan kalian. Ingat Hector, jangan coba-coba lari apalagi bersama Persis karena di mana pun kalian berada aku akan tetap menemukan kalian. Kalau kamu mau Persis baik-baik saja maka tinggallah dengan tenang sampai waktuku untuk menunggu badanmu telah habis.”

“Aku sudah bilang kalau targetmu adalah aku, kita biarkan Persis di hidupnya yang saat ini,” ucap Hector sangat yakin.

            Kin memberikan senyum miringnya dan setelah itu masuk ke mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu, “Aku tidak menyangka kalau tuan akan melewatkan kesempatan seperti ini!” ujar Darius melemparkan pendapatnya.

“Tenanglah Darius, aku ingin Hector sadar bahwa apa yang dia lakukan saat ini tidak ada gunanya untuk Persis. Dia hanya akan membuat luka semakin lebar untuk Persis dan kemenangan untukku semakin terpuaskan,” jawab Kin sambil mengutak-atik IPad miliknya.

“Tapi sampai kapan tuan? Apa sampai tuan kalah lagi dari Hector dan mati sia-sia?!” jengkel Darius.

            Tiba-tiba mobil itu berhenti sendiri padahal Darius yang mengendarainya kemudian dengan cepat ikat pinggang sudah melingkat dengan sangat ketat di leher Darius, “Apa sekarang keinginanmu yang harus aku turuti?!” Nada suara Kin berubah menakutkan.

“Ti-tidak tu-tuan!” jawab Darius dengan terbata-bata karena lehernya yang cekek kuat oleh ikat pinggang Kin.

“Apa kau pikir aku senang melihat Hector dapat tersenyum senang seperti itu apalagi aku melihat musuh terbesarku hadir di sana dan dengan senyum sumringah menikahkan anaknya?! Aku sangat membencinya sampai aku ingin membakar semua orang yang ada di sana! Tapi aku tidak bisa melakukannya Darius, aku harus tenang agar aku bisa mengambil alih tubuh Hector saat dia lengah dan menghancurkan keluarga Zeus beserta Olympic!” Darius sudah kewalahan karena semakin marah Kin maka semakin ketat ikat pinggang itu mengikat.

“Ma-maafkan a-aku tuan, ampuni aku!” mohon Darius.

            Akhirnya ikat pinggang itu terlepas, Darius dapat bernapas dengan baik kembali, “Jangan pernah meragukan apapun keputusanku karena aku yang lebih tahu apa yang terbaik untuk diriku sendiri! Kau pikir aku mengambil tubuh Hector agar kau bisa balas dendam?! Jangan merasa dirimu hebat Darius, akulah pemilik tubuh itu, dendamkulah yang harus terbalaskan!” Darius menatap Kin yang kembali sibuk dengan IPadnya dari kaca di hadapannya, dia kembali menjalankan mobil itu.

***

“Kin, ini beberapa dokumen yang harus kamu tanda tangani.” Lidia menyerahkan beberapa dokumen untuk Kin tanda tangani di pagi hari saat sarapan itu.

            Lidia sekarang benar-benar di bawah pengawasan Kin jadi Kin memutuskan untuk Lidia tinggal di rumahnya yang besar. Selain karena lebih efisien dalam bekerja juga Kin bisa mengetahui ke mana saja Lidia pergi walau sebenarnya Lidia selama ini hanya pergi kerja dan langsung pulang, jarang melipir ke mana-mana. Sebenarnya ada Darius yang bisa melaporkan kepadanya ke mana saja Lidia pergi tapi Kin tetap ingin menghindarkan beberapa resiko Lidia dapat bertemu dengan Hector. Kin ingin peralihan tubuh Hector ke dirinya sangat sempurna sebelum Lidia ingat segalanya karena akan sangat merepotkan kalau Lidia mulai mengingat Hector.

            Untuk Lidia, dia sebenarnya manut-manut saja karena ingatannya sudah dimodifikasi. Dia tidak ingat tenang Hector karena yang dia ingat adalah dia sudah bekerja dengan Kin dari sangat lama. Makanya mengenai tinggal bersama Kin tidak menjadi persoalan untuknya begitu juga dengan Darius yang selalu mengintilinya ke mana-mana.

“Aku harus ke luar kota beberapa hari, kamu tahu kan? Beberapa hal tentang perusahaan aku serahkan sama kamu dan ingat untuk ke mana-mana bersama Darius! Darius, jaga baik-baik Lidia sampai aku pulang, kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, kau berurusan denganku.” Lidia selalu mendengar wejangan itu dari Kin ke Darius kalau Kin akan pergi ke tempat yang jauh.

            Lidia sebenarnya bingung, apa hubungannya dengan Kin sampai dia harus dijaga dengan ketat seperti ini atau apa yang mentrigger Kin sampai dia melakukan penjagaan ketat seperti ini, “Siap pak!” Tapi semua pertanyaan itu di simpan dalam-dalam oleh Lidia melihat Darius biasa saja melakukan tugas itu.

“Tolong bawakan koper saya dari atas, saya tunggu di mobil. Ayo Lidia!” seru Kin.

“Tunggu Kin, aku ambil tas sama beberapa laporanku dulu nanti aku nyusul.” Kin mengangguk saja dan mereka mulai berpencar.

            Lidia kembali dengan membawa tasnya dan beberapa laporan di tangannya ketika melewati meja makan dan menemukan HP milik Kin tertinggal di sana, “Ada orang yang menelpon Kin,” ujar Lidia membuat Darius yang membawa koper Kin juga ikut nimbrung.

“Hector?” Lidia mengerutkan keningnya melihat nama yang tidak asing muncul di layar HP Kin.

            Darius dengan cepat mengambil HP Kin dari Lidia, “Biar saya saja yang memberikan ke tuan Kin, tadi tuan Kin minta tolong untuk dibawakan tas laptopnya yang tertinggal di kamar.”

            Lidia kaget juga karena Darius langsung menyambar HP di tangannya seperti itu tapi tas laptop Kin lebih penting dari si penelpon itu. Darius dengan lancangnya malah membuka chat yang berasal dari Hector, “Aku tidak perlu menunggumu untuk siap, sore ini mari kita lakukan peralihan tubuh itu. Aku akan melepaskan kekuatanku dan datang kepadamu tanpa ada perlawanan, bagaimana?” Mata Darius terbelalak membaca chat itu.

“Darius, mana kopernya?!” teriak Kin dari mobil yang langsung membuat Darius melupakan sejenak mengenai chat itu.

***

            Hector menidurkan istrinya di kamar milik mereka, lebih tepatnya Hector sudah memberikan ramuan agar Persis tertidur lebih lama, “Apa tuan benar-benar harus melakukan hal ini?” tanya Kawinara yang juga sudah ada di sana.

            Hector tidak menjawab, dia hanya menatap sendu Persis yang tertidur dengan sangat damai. Hector menyelimuti Persis lalu keluar dari kamarnya, “Kawinara, Kumara, Kastara, apapun yang terjadi, jangan biarkan Persis keluar dari mansion ini!” serunya kepada tiga anak buahnya itu.

            Tidak ada yang menganggukkan kepala karena tidak ada yang setuju dengan perlakuan tuannya, “Kawindra akan menemani tuan!” seru Agra.

“Tidak perlu, Kawindra akan menemaniku saat upacara peralihan tubuhku ke Kin telah selesai,” canda Hector.

            Itu bukan candaan untuk mereka, buktinya Erinna menangis mendengar itu, “Erinna, kenapa kau harus menangis? Rumah ini akan membaik dengan kau ada tinggal di sini, aku minta maaf karena tidak bisa menuntun pekerjaanmu lagi tapi aku yakin kau adalah perempuan yang kuat dan cakap, kau pasti bisa melakukan semuanya dengan baik.” Hector memeluk Erinna dan mengusap punggungnya agar tenang.

“Kau memang brengsek, Hector!” maki Ervito.

            Hector malah tersenyum, “Maafkan aku, Ervito.” Mata Ervito juga mulai berkaca-kaca begitu juga penghuni mansion yang lain.

            Setelah agak lama mereka bertangis-tangisan, tibalah saatnya Hector harus pergi menemui Kin, “Kau bisa melepaskan kekuatanku sekarang, Ervito.” Kini Hector berdiri di depan Ervito.

“Kau dan aku akan menyesali ini.” Ervito mengusap air matanya yang mengalir.

“Kau tidak perlu menyesal, aku yang telah memaksamu untuk melakukan ini. Jika semuanya tidak berjalan dengan baik maka aku yang akan menyesal.” Sangat gampang untuk Hector berkata seperti itu tapi bagaimana dengan perasaan seluruh penghuni mansion itu?

“Lakukan sekarang Ervito, kau tahu Kin tidak tahu caranya menunggu!” paksa Hector.

“Jangan!” teriak Erinna agar Ervito tidak merenggut kekuatan tuannya tapi terlambat, Ervito mengeluarkan cahaya yang melingkupi Hector.

            Cahaya itu seperti meremas Hector sampai Hector benar-benar kesakitan sampai akhirnya cahaya itu masuk ke dalam tubuh Hector. Hector jatuh bersimpuh dan anak buahnya ingin mendekatinya tapi dilarang oleh Ervito. Tiba-tiba sebuah bola kecil bercahaya keluar dari mulut Hector dan terbang ke tangan Ervito. Sempat Hector tidak sadar dalam keadaan bersimpuh seperti itu tapi tak lama matanya terbuka dan terlihat lemah.

“Aku akan menyimpan ini sampai kau datang kembali, kau harus kembali!” Ervito melihat bola cahaya itu, di sanalah kekuatan Hector terkumpul.

            Hector berdiri dan melihat cahaya itu lemah, “Simpanlah karena mungkin saja yang kembali bukan aku.”

            Dan setelah itu Hector berjalan pergi, Erinna menangis meraung-raung agar Hector dapat kembali. Gadis itu berusaha untuk ikut dengan Hector tapi ditahan oleh seluruh penghuni mansion. Ervito meneteskan air mata mengiringi kepergian sahabatnya itu dan Persis? Dia benar-benar tertidur lelap tidak tahu kalau suaminya pergi menemui ajalnya sendiri.

***

            Sesuai dengan jam yang dia chatkan ke Hector lewat HP tuannya, Darius mulai memasuki pematang ilalang itu. Yah benar, Darius dengan berani-beraninya tidak mengembalikan HP Kin tapi malah membalas chat Hector yang ingin bertemu dengan Kin agar dia dapat bertemu dengan Hector. Ini adalah kesempatan yang langkah mengingat Kin pergi jauh keluar kota, dia tidak akan tahu kelakuan Darius dan Darius bisa melakukan balas dendam dengan sangat mudah.

            Tempat itu agak jauh dari pusat kota dan jarang dilalui orang jadi tempat yang sangat pas untuk melakukan perkelahian dan pembunuhan. Darius sudah merancang semua itu dari pertama dia melihat chat Hector. Ini adalah keuntungan untuknya karena Hector memang berniat bunuh diri dengan tidak menggunakan kekuatannya, Darius pasti akan menang.

            Hal yang tidak Darius sangka adalah Lidia yang nekat mengikuti Darius menggunakan taksi karena merasa ada yang tidak beres dengan anak buah Kin itu. Dia tidak menjaga Lidia dengan baik malah meninngalkannya, Kin pasti akan sangat marah dengan hal itu. Terlebih lagi Lidia menemukan kalau Darius menggunakan HP Kin untuk menchat seseorang. Seseorang itulah yang Lidia pikir mungkin ingin ditemui Darius di tempat ini.

            Betul saja ketika Lidia melihat sebuah mobil memasuki area ilalang itu dan yang lebih mengejutkannya adalah orang yang turun dari mobil itu, “Mana tuanmu?” suara lelaki itu membuat Lidia benar-benar sakit kepala sampai jatuh ke tanah.

            Darius tertawa kesenangan, “Untuk apa bertemu dengan tuanku kalau denganku saja bisa mengalahkanmu?”

“Apa maksudmu?” tanya Hector kebingungan.

            Darius mengeluarkan HP milik Kin lalu membuangnya ke depan Hector, “Akulah yang membalas chat milikmu Hector, Kin sedang ada di luar kota.”

            Hector melihat chatnya dengan Kin yang terpampang di layar HP Kin, “Apa maksudmu melakukan semua ini?!” geram Hector.

“Hector, Hector, kau tidak hanya tolol tapi pikun! Apa kau tidak ingat dengan semua yang kau lakukan kepadaku?! Aku tidak akan mungkin melewatkan kesempatan ini untuk membalas semua dendamku kepadamu!” tawa licik Darius.

            Hector meludah ke hadapan Darius karena jijik, “Aku tidak sebanding denganmu, roh rendahan!”

            Darius melempar senyum miring, matanya kemudian berubah tajam lalu menerjang Hector. Hector yang diterjang seperti itu juga melakukan hal yang sama tapi yang menggagetkan adalah Darius berhasil menghantam Hector sampai terpental sangat jauh. Lidia juga tidak habis pikir bagaimana bisa seorang Hector kalah dari Darius.

            Hector memperhatikan kedua tangannya, dia baru menyadari kalau kekuatannya sudah dihisap oleh Ervito tadi, “Kenapa Hector? Apa kau baru ingat kalau kau datang ke sini secara sukarela karena ingin menyerahkan badanmu ke Kin makanya kau datang dengan melepaskan semua kekuatanmu?” Lidia benar-benar shock dengan penjelasan Darius.

            Darius kembali menerjang Hector, dia menendangnya sampai Hector kembali terkapar, “Kau pikir aku bodoh menyerahkan diriku ke hadapanmu dengan kekuatanmu yang sama seperti dulu?!”

            Tidak tanggung-tanggung, Darius menggunakan kesempatan itu untuk membuat Hector babak belur. Dia memukul, menendang bahkan membanting Hector sampai Hector luka-luka penuh darah, “Ini nggak bisa kayak begini! Aku harus apa?! Aku nggak bisa hubungi Kin karena HP-nya ada di sini, aku juga tidak bisa menghubungi orang-orang Hector karena nomor mereka sudah dihapus dari HP-ku! Aku harus apa, Kin?” Lidia menengadah ke atas berharap Kin dari pesawat memberikannya secercah harapan.

            Tiba-tiba Lidia teringat sesuatu, dia merogoh tas yang dia bawah dan menemukan sebuah pulpen. Pulpen ini seperti pulpen biasa tapi dia ingat kalau Kin mengajarinya menekan tombol di samping pulpen itu maka pulpen itu akan berubah menjadi sebuah tongkat dengan aliran listrik magis yang bisa membuatnya memukul makhluk-makhluk aneh sepentaran dengan Kin.

            Lidia menekan tombol yang dimaksud Kin dan benar saja pulpen itu berubah menjadi tongkat, “Berhenti Darius!” teriak Lidia.

            Hector melihat ke sumber suara dan menemukan Lidia di sana, “Lari Lidia!” Hector tidak mungkin melibatkan gadis itu dalam ke-chaos-an ini.

            Lidia menatap sendu Hector yang sudah penuh luka, “Pergi Lidia, aku tidak mau kau berurusan dengan hal ini dan membuat Kin marah!” suruh Darius.

“Kau tahu dengan sangat jelas kalau aku tidak akan melakukan hal itu, kau juga tahu konsekuensi aku melihat Hector maka aku akan ingat segalanya tentang dia. Kau akan berurusan dengan hal yang sangat besar dengan Kin karena sudah lalai dalam pekerjaanmu!” tegas Lidia.

“Dasar gadis brengsek, kau selalu merusak rencanaku untuk menghancurkan Hector baik itu dulu maupun sekarang! Kalau kau memang ingin mati bersamanya maka aku wujudkan keinginan kalian!” Darius berlari ke arah Lidia dan Hector untuk membunuh mereka sekaligus.

            Lidia mengayunkan tongkat yang ada di tangannya dan benar saja saat terkena Darius, dia langsung tersengat dan terhempas jauh, “Sial!” Darius melap darah yang mengucur dari sudut bibirnya.

            Darius tidak berhenti, dia kembali menyerang Lidia, “Matilah kau bersama Dewa brengsek itu!” Lidia yang terus diserang Darius pasti tidak tahan juga dan ikut terhempas.

            Lidia terbaring di tanah dengan luka baret di tangan dan memuntahkan darah, “Lidia!” Hector dengan susah payah mendatangi Lidia.

“Berhenti melibatkan Lidia dan berurusan denganku!” geram Hector melihat Lidia terluka seperti itu.

“Tentu saja!” Darius mengambil sebuah batu dan dengan kekuatannya, dia mengasah batu itu sampai tajam.

            Darius menyeret Hector ke tengah ilalang yang lebih luas, “Tuanku membutuhkan tubuhmu jadi aku tidak bisa menghancurkanmu tapi tuanku pasti tidak akan keberatan kalau aku menyayat jantungmu untuk aku jadikan pajangan.” Darius tertawa penuh kemenangan.

            Lidia memandang itu dengan air mata yang berlinang, “Tidak, ini tidak mungkin! Aku mohon siapa saja, Dewa atau Dewi apa saja, tolong bantu aku!” Lidia memencet segala tombol yang ada di tongkat itu dengan harapan bisa memberikan kekuatan yang luar biasa.

“Kembalilah kau ke Neraka, Hector!” Darius dengan sekuat tenaga ingin menghujamkan batu tajam itu ke jantung Hector.

            Tiba-tiba sebuah kilat menyambar Darius dengan keras sampai dia terlempar dan jatuh tidak sadarkan diri. Hector benar-benar kaget, “Dasar Dewa bodoh!” suara bass itu sangat dikenali Hector.

“Zeus?! Bagaimana kau bisa ada di sini?!” kaget Hector melihat Zeus ada di tempat seperti ini.

“Aku tidak mungkin hang out di tempat seperti ini kan?! Aku menemukan benda milikku yang sinyal berada di sini tapi yang ada aku malah menemukanmu hampir terbunuh oleh roh rendahan sepertinya!” murka Zeus.

            Hector tiba-tiba teringat oleh Lidia, “Lidia!” Dia malah menemukan gadis itu sudah tidak sadarkan diri.

“Brengsek! Kau sudah menikahi anakku untuk kedua kali tapi malah selingkuh dengan Dewi rendahan ini!” murka Zeus semakin menjadi-jadi.

“Jangan gila Zeus, apa ada orang selingkuh dengan berlinangan darah seperti ini?!” Hector menarik napas lega karena denyut nadi Lidia masih ada, sepertinya dia pingsan.

“Loh, itu adalah tongkat milikku yang dicuri Kin, apa sinyal itu datang dari anak ini?” Zeus mengambil tongkat dari tangan Lidia.

            Zeus mulai merasa ada yang tidak beres, “Berdiri kau, Dewa brengsek!”

            Hector mengikutinya tapi dia malah kembali terjatuh ke tanah, “Aku seharusnya sudah menduga, bagaimana bisa Dewa sepertimu dapat babak belur oleh roh rendahan sepertinya! Kau telah menghilangkan kekuatanmu, apa kau sudah gila?! Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini!” Zeus adalah Dewa tertinggi, dia dengan cepat bisa mengetahui apa yang terjadi pada Dewa di bawahnya.

“Ini tidak ada hubungannya denganmu!” ketus Hector tidak tahu berterima kasih sudah diselamatkan nyawanya oleh Zeus.

“Aku akan membunuhnya kalau kau tidak buka mulut!” Tongkat di tangan Zeus sudah terarahkan ke Lidia.

            Hector menghela napas panjang, badannya sudah sakit semua untuk sekedar menambah perkelahian dengan Zeus, “Aku jelaskan di mansion sebelum itu bawa dia bersama kita.”

“Brengsek, aku bukan pesuruhmu!” murka Zeus kembali.

“Kalau begitu kembalilah ke Olympic, bawa tongkat sialanmu itu dan biarkan aku bersama gadis ini pulang!” kesal Hector juga.

            Zeus malah mengcengkram kerah Hector lalu dengan gampangnya membuang dia ke sisi Lidia, “Aku akan membuat perhitungan dengamu setelah kekuatanmu kembali!” Dia menghentakkan tongkat di tangannya dan mereka menghilang meninggalkan Darius yang masih pingsan.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Tuan Tanah (Dua Cinta, Satu Hati, Satu Obsesi)
0
0
Saya adalah tuan tanah ini jadi lebih baik kamu mengalah, karena wanita seperti kamu bukan tandingan saya!Kalau memang kamu tuan tanah ini, tolong kembalikan saya ke dalam pelukanmu...takdir adalah kamu dan perputaran di masa lalu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan