Selanjutnya
452 - Chapter 2
“Jadi kau bukan sedang melakukan kencan dengan seorang gadis dan berhubungan sex di kamarmu mengenakan pakaian luar angkasa lama?” “Apa? Tentu saja bukan! Ini situasi serius paman, aku tak punya waktu untuk itu.” Jelas Astro dengan ketus. “Padahal aku berharap kau akhirnya mulai dewasa dan menemukan gadis yang kau suka. Walaupun mungkin caramu agak aneh dengan mengenakan pakaian itu, aku tau kau ingin berekspedisi tapi aku rasa hal itu tak perlu masuk kedalam fantasy sexsmu.” Jelas pamannya sambil mengusap-usap dagunya dan berpikir. “Ah sudahlah, aku tak ada waktu untuk itu, sekarang apa yang harus kita lakukan dengan gadis itu?” Terang Astro dengan jengkel.Merekapun kembali kedalam kamar, Astro berdiri di sebelah kiri tempat tidurnya dan Winnie berdiri di sebelah kanan. Mereka memperhatikan si gadis dengan baik, dari ujung kaki sampai kepala. Mereka menyadari bahwa pakaian gadis ini masih terlihat baru untuk pakaian luar angkasa yang ratusan tahun lalu digunakan. Seharusnya tim ekspedisi sekarang sudah mengenakan pakaian hyper protection yang jauh lebih ringan, nyaman dan 10 kali lebih aman dari radiasi cosmic yang ada di luar angkasa. Tapi gadis ini berbeda, dan hal ini membuat Astro takut akan hal tersebut. “Aku rasa kita perlu melepas pakaiannya, dan menyimpannya ditempat peralatanmu. Buat partikelnya jadi lebih kecil dan simpan dengan hati-hati. Aku punya firasat yang buruk soal ini nak, dan kita harus melakukan sesuatu dengan kapal pod kecil yang gadis ini tumpangi ketika mendarat disini.” “Apa ini soal scavengers? Polisi-polisi galaxy itu?” Tanya Astro sambil duduk di tempat tidurnya. “Ya, dan aku tak tahu butuh berapa lama hingga mereka tahu pelanggaran lalu lintas angkasa mereka di tembus tanpa izin. Karena aku tau pod itu tidak tampak seperti yang biasa kita pelajari dan lihat di tim ekspedisi. Ini seakan datang dari pesawat yang berbeda dan tak memiliki izin resmi untuk mendarat. Kita juga tidak tahu mengenai gadis yang kau bawa ini, kita harus mencari tahu lebih dahulu. Sebelum itu kita harus membiarkan ia beristirahat hingga ia sadar, dan kita bisa tanyakan langsung dari mana ia berasal, asal squadron dan lainnya.” 48 JAM SEBELUMNYAGALAKSI MILKY WAY 10.000 TAHUN CAHAYA DARI ORBIT BUMI ORBIT BINTANG 179 KORDINAT 123* 34* 98* 04* 199712* Pesawat Induk nomor 2. Katherine sedang berada di kockpit dengan beberapa pilot lainnya. “Dengar aku James, anak itu tidak akan bisa bertahan lebih lama. Misi ini di buat untuk menemukan jalan ke ke peradaban itu, aku tak ingin perjalanan ini berlangsung lebih lama lagi. Aku sudah cukup lelah, kau lihat pesawat ini sudah terombang ambing entah berapa minggu. Kita harus...” Tukas Katherine kepada James.“Aku tau Kate, diamlah aku sedang memikirkan jalan keluarnya. Kalau aku panik maka akan menjadi malapetaka disini. Aku tak ingin terburu-buru dan membahayakan orang-orang yang ada disini.” Bantah James sambil melihat jendela navigasi untuk menentukan kordinat. “Lalu apa rencanamu sebelum seluruh bahan bakar kita habis bersama semua supply yang ada?” tanyanya kepada James. James hanya menatap Katherine dengan lekat, ia hanya mengerutkan dahinya dan berpikir cukup lama tanpa berkata apapun, ia kemudian memalingkan wajahnya dan melihat ke sekeliling kapal. “Cap, aku rasa kau ingin melihat ini.” Teriak Ernie seorang navigator asissten dari arah belakang kockpit. “Bicara Ern.” Jelas James singkat. “Aku melihat sebuah medan magnetic kuat tiba-tiba saja terbentuk sejauh beberapa ribu mil dari sini. Aku tidak yakin apakah itu gangguan hujan cosmic, tumpukan asteroid yang membentuk medan magnet atau justru kordinat yang kita cari.” James segera mendatangi meja Earnie yang ada di belakangnya dan menatap layar navigasi dengan cermat. Ia melihat sekumpulan energi magnet yang berkumpul pada satu titik kordinat, dan jaraknya yang memang tidak terlalu jauh dari sini. Jika mereka terus melaju dengan pesawat ini dengan kecepatan yang sekarang mereka akan tiba disana dalam 3 menit. “Apa kau ingin kita merubah rutenya? Jika menurutmu ini hal yang....” Earnie hanya menatap James dengan ragu“Jalankan saja, jangan mengubah apapun saampai aku memberikan aba-aba padamu, apa kau paham?” Jelas James. “Baik cap”Katherine yang ada disitu mulai merasa khawatir, “Apa kau yakin? Aku tak pernah melihat medan magnet yang sekuat ini. Aku rasa bukan ide yang baik kita tetap terus berada di rute ini dan menuju langsung kesana tanpa melakukan observasi pada medan energinya. James, aku rasa kita harus mengulur sedikit waktu. Lakukan observasi dengan tim identifikasi lapangan dan olah partikelnya. Setelah itu kita baru coba untuk mendekat.”“Aku ingin sekali mengikuti idemu Kate, tapi kau sendiri yang tadi bilang mengenai keadaan kapal ini. Jika kau masih ingin terjebak di kapal ini dan tidak dapat menemukan apa yang kita cari sampai waktunya habis, silahkan kau paksa aku untuk mengubah rutenya dan mulai masuk ke lab observasi.”Kate hanya melihat James dengan cemas, ia merasa jengkel dan menyesali apa yang ia katakan kepada James sebelumnya. Namun ia sudah sampai titik ini, para awak kapalpun sudah lelah dan mereka tidak bisa kembali ke bumi sekarang, tidak dengan situasi yang terjadi disana. Mereka hanya bisa maju atau mati di angakasa ini. Kateherine menarik nafas panjang dan melihat kearah kockpit, kearah ruang angkasa luas yang berisi partikel hitam tanpa batas dan tanpa tau kapan dan dimana ujung dari ruang hampa ini. “Baiklah, lakukan.” Kata Katherine sambil terseyum masam. “Nyalakan mesin pendorong, kita pergi ke rute yang sudah di tetapkan. Kencangkan sabuk anda saudara-saudari. Kita akan sampai ke tempat yang kita cari, dan kita akan menyelesaikan misi ini, segera. Demi Bumi !!!” James berteriak dan berusaha membangkitkan semangat seluruh awak kapal. Merekapun berteriak dan berseru bersama karena merasa bersemangat dan menanamkan kepercayaan tinggi kepada kapten mereka. James melihat lurus kearah kockpit, matanya memancarkan keyakinan yang luar biasa. Ia tak akan pernah menyia-nyiakan pengalamanya dalam melakukan ekspedisi, ia menyiapkan seluruh hidupnya untuk misi ini. Dan ia tak akan mau membuatnya menjadi hal yang sia-sia. Ia harus berhasil pikirnya, ia harus menemukan pintu masuknya. “Aku datang, bersiaplah.” Kata James sambil tersenyum BUMIDISTRIK JOHTRONBASE PEMBUANGANKEDIAMAN ASTRO “Kau yakin paman? Kau ingin aku mencopot semua pakaianya? Kenapa tidak kau saja yang melakukannya?” Astro merasa sedikit ragu, ia terlalu malu untuk melakukannya. “Dengarkan aku nak, kita melakukan ini bukan untuk niat kotor. Jika kita tidak melepas kostum ekspedisinya. Itu akan menyiksa gadis tersebut dan membuat cederanya lebih parah. Kita harus memberikan tekanan udara yang lebih baik. Dan ia tak akan mendapatkannya bila ia terus terjepit baju yang rusak itu. Aku tak bisa melakukannya aku terlalu tua untuk hal seperti itu. Jika kau terlalu malu, ambil lemari pocketmu dan lemparkan didepannya. Jangan jadi orang yang menyebalkan Astro, kau biasanya pintar bukan?” “Aku rasa kau benar paman, maaf...... Aku, aku tak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya.” Kata Astro sambil terbata-bata “Tak apa nak, aku rasa ini awal dari petualanganmu. Sekarang siapkan lemarinya.” Astro mengambil sebuah alat kecil berbentuk sebuah kotak dengan lampu hijau yang ada di tengahnya. Ia kemudian berjongkok di depan tempat tidur gadis itu, ia kemudian melemparkan kotak kecil tadi keatas gadis yang sedang tertidur tersebut. Kotak tersebut dengan cepat merubah susunan molekul dan kemudian bersamaan dengan bentuknya dengan membesar dan mengikuti bentuk tubuh gadis tersebut dan menyelubunginya kecuali bagian kepala hingga seperti selimut hangat di musim dingin. Tak lama kemudian terdengar bunyi klik dan sedikit keluar dari celah-celah kotak kecil yang sekarang berbentuk selimut tersebut, secara bersamaan selimut itu bertambah volumenya dan terangkat keatas meninggalkan si gadis di tempat tidur dengan pakaian tidur yang lebih normal di gunakan orang di jaman ini. Setidaknya bukan baju luar angkasa aneh yang kuno, pikir Astro. Kotak itu melayang dengan tenaga magnetic di sebelah Astro dengan menggantungkan baju luar angkasa itu di dalam bagiannya. “Aku akan menyimpan benda ini untuk sementara waktu, aku rasa tidak bijak jika kita membuangnya sekarang bukan.” “Kau benar, sekarang ia lebih baik. Aku baru saja mengecek denyut nadinya, kita hanya perlu memberikan ia tablet penambah stamina. Kemudian kita biarkan ia bangun dari pingsannya ini. Setelah itu.... ..” Winnie melihat kearah Astro tanpa menyelesaikan kalimatnya. “Setelah itu apa?” Tanya Astro. “Aku masih bimbang apakah kita harus melaporkan hal ini atau tidak?” “Apa?! Apa paman sudah gila? Kau sendiri taukan apa yang akan terjadi jika kita melaporkan hal ini pada The Rule. Mereka akan mengintrogasinya, menyiksanya, hingga mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Mereka akan menguras seluruh inti sari dari gadis ini hingga akhirnya ia mati. Dan aku sebagai manusia seutuhnya, tak akan pernah membiarkan hal tersebut terjadi !” Astro menatap Winnie dengan marah, dan Winnie tau ini bukan saat yang tepat untuk melakukan perdebatan. Lagi pula ia sadar bahwa pikirannya salah, ia sudah menyelamatkan Astro bertahun-tahun lalu, apa hal buruk yang mungkin terjadi jika ia menyelamatkan satu anak kecil lagi? “Aku rasa kau benar nak, maafkan aku. Maafkan aku, instingku mulai menua dan aku hanya berharap kita bisa aman. Terutama dirimu nak.” Winnie menatap Astro dengan raut wajah menyesal, kemudian ia tersenyum masam. “Aku akan menemukan cara supaya gadis ini bisa aman, tanpa melupakan keamanan kita. Sebagai keluarga.” Astro menatap Winnie dengan lekat, ia berusaha meyakinkan pamannya kali ini, dan hal ini berhasil. ‘Baiklah, malam ini kau tidur di kamarku.” Kata Winnie sambil berjalan keluar kamar. “Aku akan tidur di atas, ruang observasi lebih nyaman untuku sekarang. Masih ada beberapa hal yang harus aku lakukan.” Jelas Astro sambil merapikan kekacauan yang ada di kamarnya, ia punya perasaaan sedikit malu menyadari ada seorang gadis yang akan terbangun esok hari dikamarnya yang seperti kapal perompak. Ia ingin sedikit membersihkannya, sedikit saja, sedikit saja pikir Astro. Astro selesai merapihkan kamarnya, ia sampai di pintu kamarnya dan melihat sekali lagi ke gadis itu. Ia tertidur dengan tatapan yang lembut, mulutnya sedikit tersenyum. Gadis itu seakan sedang bermimpi indah, mimpi yang mungkin Astro tak akan tahu jika gadis itu tak segera bangun. Ada perasaan kuat yang membuatnya ingin menyelamatkan gadis itu, namun ia tak tahu apa. Ia kemudian menutup pintu kamarnya, dan berjalan ke tangga. Ia naik keatas dan masuk ke ruang observasi, ia memencet salah satu tombol yang ada tembok dan secara otomatis keluarlah sebuah kasur kecil yang menempel kearah tembok lengkap dengan bantal dan selimut. Ia melihat kasurnya, dan kemudian melihat kearah lain. Ia melihat kearah pintu lab kecilnya yang ada di seberang ruangan. “Aku rasa ini bukan saat yang tepat bagiku untuk tertidur, bahkan jika aku ingin.” Ia berbicara dengan dirinya sendiri. Kemudian ia melangkahkan kakinya ke seberang ruang observasi dan masuk melalui pintu kecil yang menggunakan akses suara. Malampun berlalu, hingga akhirnya pagipun tiba. PAGI HARI. Astro masih tertidur di meja labnya, ketika ia mendengar suara teriakan pamannya dibawah. Ia kemudian terbangun dari mimpinya, ia masih setengah sadar ketika berjalan keluar lab dan masuk ke ruang observasi. Ia kemudian melihat kekasurnya kembali, ia seharusnya tidur di sana semalam. Karena lehernya terasa begitu berat dan sakit tertidur di kursi walau hanya beberapa jam. Sesaat ia terlupa akan teriakan tadi, namun bayangin kejadian semalam berputar dalam sepersekian detik di kepalanya. Kemudian ia ingat hal yang paling penting, gadis itu. “Astaga!” Astro berteriak sambil menggosok kepalanya, ia segera berlari keluar ruangan, ia menuju tangga dan segera melompat bahkan ketika tangga otomatis itu belum sepenuhnya menyentuh tanah. Ia berlari kearah kamarnya dan dengan sekejab berhenti di depan pintu, ia tak ingin membuat keributan dan tak ingin membangunkan gadis itu. Ia kemudian membuka pintu kamarnya dengan sensor, dan ia berharap mekanismenya tidak membuat suara yang terlalu keras dan membuat ia berjalan dengan sangat perlahan dan membuatnya berjinjit. Kemudian ia melangkah masuk, bola matanya langsung mengarah kepada kasur yang semalam ia tinggalkan bersamaan dengan gadis itu diatasnya. Ia berharap pagi ini ia dapat melihat ia lagi, namun sayangnya ekspetasinya tidak sesuai dengan apa yang ia lihat saat ini. Ia terkejut, karena gadis itu tak ada di atas kasurnya. Ia langsung melihat sekeliling, kemudian berjalan mengitari kamarnya. Astro membungkuk untuk melihat apa ada kemungkinan gadis tersebut ada di bawah tempat tidurnya. Kemudian ia berjalan kearah tembok dan membuka lemari otomatis yang ada di balik tembok kamarnya dan tidak menemukan apapun di dalamnya. “Apa yang kau lakukan ?!!!” Terdengar suara jeritan dari lantai bawah, kali ini Astro ingat ia terbangun karena suara pamannya dan kali ini ia mendengarnya kembali. Ia benar-benar melupakan hal ini tadi, dan sekarang ia mengingatnya kembali. Ia kemudian berlari keluar kamarnya dan menuju tangga, dan ia melakukan lagi hal yang sama dengan melompati tangga tersebut sebelum benar-benar menyentuh lantai. Kemudian ia berlari dan menyusuri pintu dapur, di sana ia dihadapkan dengan suasana yang sedikit aneh namun membuat perasaanya sedikit lega. Gadis itu sedang duduk disana memakan ramen yang ia temukan kemarin, sedangkan paman Winnie ada di sampingnya dengan wajah kesal. “Hmm.... Hai” Kata Astro sambil bersikap canggung dan melamabaikan tangannya kepada gadis tersebut. “Apa maksudmu hai? Apa kau tak lihat apa yang ia lakukan? Ia baru 9 jam disini dan ia sudah memakan makanan kesukaanku.” “Ayolah paman aku bisa mencarikan ramen itu lagi, jangan terlalu berlebihan.” Kata Astro sambil melangkah masuk.Winnie hanya meringis dan memasang wajah masam kepada Astro, ia bisa mengurus pamannya nanti pikir Astro. Sekarang ia harus fokus kepada hal penting yang ada di depannya. “Lagi pula ramen ini sudah kadaluarsa, dan rasannya tidak seenak ramen buatan ibuku.” Kata si gadis untuk pertama kalinya. “Ibumu membuat ramen? Itu aneh, aku pikir tidak adalagi manusia yang memasak di zaman ini, maksudku memasak hanya untuk kalangan bawah seperti kami. Kebanyakan dari mereka tidak melakukan hal itu lagi.” “Apa maksudmu? Kita butuh makanan, dan makanan yang enak seperti ramen hanya bisa kita makan jika ada yang memasaknya.” “Well, baiklah jika itu menurutmu wajar di zaman ini. Lagi pula, kita belum berkenalan, kau baru saja bangun dari tidurmu dan kau sarapan dirumahku bahkan sebelum aku bangun dari tidurku. Aku rasa paling tidak aku perlu tau siapa namamu dan bagaimana kau bisa ada disini? Lebih tepatnya bagaimana kau bisa ada di dalam pod penyelamat itu.” Terang Astro sambil ikut duduk di depannya. Gadis itu hanya sibuk makan ketika Astro mulai berbicara, namun ia berhenti ketika Astro mulai mengungkit soal pod penyelamatnya. Winnie hanya melihat dari samping dan mengawasi mereka berdua, ia hanya berpikir tentang ramen yang sengaja ia sisakan. Tidak ada yang lain.“Ceritanya panjang, dan maaf aku memakan makananmu, aku kebingungan ketika terbangun dan aku lapar. Aku tau seharusnya aku tak disini, karena ada misi yang masih harus aku selesaikan dan itu akan terhambat. Atau bahkan sudah gagal, aku tak tahu aku mendarat dibagian negara mana. Tapi dari yang aku lihat dari aksen paman itu dan lingkungannya yang kotor sepertinya ini pinggiran San Fransisco California. Ngomong-ngomong namaku Natalie Jane, seniorku di akademi memanggilku Nat. Tadi kau bilang kau menemukan pod penyelamatku? Kau letakan dimana pesawat kecil itu?” Cerita si gadis sambil mengunyah makanannya dan menatap kearah Astro.Astro hanya memperhatikan wajah oval proposional dari gadis di depannya sambil mendengarkan penjelasannya. Matanya berwarna hijau zamrud, rambutnya kecoklatan dan lurus belah tengah dengan panjah hanya sebahu. Hidungnya mancung dan mungil, bibirnya seolah-olah tersenyum dan lucunya berbanding terbalik dengan raut mata dan alisnya yang seakan tampak kuat dan mengintimidasi. Kemudian ia berpikir bahwa ia seperti pernah melihat wajahnya disuatu tempat yang tak bisa ia ingat dimana. Logat bicaranya yang terdengar sedikit kuno untuk anak seumurannya dizaman ini. Semua tampak aneh, pikirnya dan ia berharap bisa mendapatkan informasi lebih banyak darinya da menjawab banyak pertanyaan yang ia punya.Astro tersenyum dan mengangguk, ia mendorong kursinya sedikit kebalakang dan berkata “Senang bertemu denganmu Nat, aku Astro dan paman yang makananya kau makan itu namanya Winnie. Kau memaafkannya kan paman?” “Ya aku rasa tak apa, selama ia tahu resep ramen buatan ibunya dan mau membuatkan yang baru untuku.”Nat hanya tersenyum dan ia bilang “Itu mudah.” “Baiklah, kita berteman kalau begitu.” Teriak Winnie.“Baiklah sekarang kami tahu namamu, namun ada beberapa hal yang salah dari opinimu yang tadi, pertama ini bukan San Fransisco California kota yang lama sudah punah. Ini Birch, kedua aku rasa kau benar-benar tak paham tentang situasi yang terjadi disini. Ini Birch Nat, tak ada siapapun yang memasak disini kecuali kami. Itu memberikan kesimpulan padaku bahwa kau bukan berasal dari Birch. Untuk pod penyelamatmu aku menyimpannya dengan aman.”“Dimana benda itu? Ada hal yang harus aku cek sekarang. Dan setelah aku perhatikan baik-baik rumahmu ini benar-benar aneh untuk ukuran orang california, terlalu fituristik, banyak benda dan alat aneh yang tak pernah aku temukan sebelumnya. Apa kau orang kaya yang nyentrik? Yang membeli benda-benda mahal dan modern yang tak berguna?”Astro hanya melihat kearah Winnie dengan wajah yang terheran-heran, dan pamannya hanya menatapnya balik sambil mengangkat bahunya. Fakta bahwa Nat tidak mengetahui bahwa rumah ini adalah rumah paling jelek di Birch dan menganggapnya rumah yang fituristik adalah fakta kuat bahwa ia tidak berasal dari Birch, atau dari kota manapun di bumi ini