
Deskripsi
Dua tahun belakangan dilabeli tahun berat bagi sebagian orang. Pekerjaan susah dicari, sekolah harus beradaptasi dengan pola baru, dan tentunya hidup yang semakin dijalani rasanya semakin sulit untuk dilalui. Terlalu banyak bertanya dan ingin tahu tentang dunia, tapi diri sendiri sering lupa dengan apa yang terpendam dan ingin apa. Dunia menuntut banyak hal yang rasanya kalau dihitung-hitung tidak akan menemui akhir, tidak punya batas. Harapan, angan, bayangan, dan juga impian seolah-olah menarik...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
Mengapa Dia Lebih Cepat Sampai di Tujuan, Sedangkan Aku Tak Ada Perubahan?
3
0
Ketika anak tangga sudah dipijaki satu per satu, mata ini sering kali menengok. Ke kanan, ke kiri, ke atas, juga ke bawah. Mengamati manusia lain sedang melakukan perjalanan yang sama. Pikiran ini seolah terbawa arus pada pertanyaan-pertanyaan baru. Mengapa dia lebih cepat sampai di tujuan? Apa yang dia lakukan sehingga semuanya terasa mudah? Apakah usahaku kurang? Atau mengapa prinsip yang kupegang teguh tidak sama dengan milik mereka? Lalu aku mencoba beristirahat sejenak, menepi dari rutinitas, menarik napas lebih dalam, dan membaca ulang catatan-catatan kecil yang sempat menjadi target yang ingin kucapai. Ada beberapa tanda centang, juga ada coretan silang, dan satu-dua yang belum bisa kuwujudkan , tetapi disana tertulis on-proccess pengerjaan. Aku menyadari satu hal, selama aku tetap berjalan, kemungkinan untuk sampai pada tujuan semakin dekat. Meskipun dalam lika-likunya tidak mudah dan melalui proses yang amat panjang. Terseok-seok terkadang, ingin berhenti tapi sudah sampai sini, ingin menyerah tapi ingat lagi pernah menggebu-gebu berjuang tidak mau kalah. Aku pernah begitu semangat memulai hari dan sempat menangis karena justru kata gagal yang menghampiri. Tapi coba lihatlah, aku masih ada untuk mencoba lagi hingga lupa sudah gagal berapa kali. Yang namanya hidup, pasti tidak ada yang mudah. Mungkin saat melihat orang lain yang hidup mewah, perasaan sering dibuat resah. Mengapa aku tidak seberuntung mereka? Padahal, siapa yang tahu jika dibalik kemewahani itu, ada malam-malam panjang dengan kepala pening yang mengatur keuangan untuk membayar cicilan. Bahkan aku juga sempat berpikir, ketika membuat suatu postingan di instagram, menulis cerita di wattpad, dan belajar tentang kepenulisan. Aku sudah melakukan banyak, tapi seakan-akan hasilnya belum nampak. Jumlah followers dan jumlah pembaca yang tidak sebanyak penulis-penulis lainnya. Tidak kunjung meningkat seperti yang aku perkirakan sebelumnya. Entahlah, manusia memang pada hakikatnya selalu menginginkan hal lebih. Begitupun denganku, aku tidak menampik hati yang seringkali berharap usaha ini lebih diapresiasi. Mendapatkan respon positif dari lebih banyak orang, bukan hanya sekadar sahabat terdekat yang kukenal. Lalu, aku mulai membaca ulang beberapa tulisan lama tentang tujuan menulisku. Seperti aku yang menjadi semangat belajar saat membaca novel Laskar Pelangi milik Andrea Hirata, memahami tentang kehidupan yang sudah diatur sesuai dengan takaran terbaik-Nya, seusai menyelesaikan novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu milik Tere Liye, memahami diri sendiri saat menikmati buku Duduk Dulu Jangan Lupa Jadi Manusia yang ditulis oleh Syahid Muhammad, dan berbagai buku ataupun cerita yang mengajarkanku banyak hal. Aku ingin menulis untuk dibaca dan diambil pelajarannya, bukan tentang menjadi populer dan banyak yang suka. Karena setiap karya pasti punya penikmatnya, mungkin penikmatku kini masih berkeliling di karya-karya orang lain, tersesat diantara novel cetak di toko buku, e-book di aplikasi Ipusnas, atau sedang menuntaskan cerita di library wattpad-nya. Mereka sedang berjalan menuju karyaku, berapa lama? Tidak ada yang tahu, yang pasti mereka akan sampai, dan karyaku akan tetap menunggu disana. Menyambut siapapun yang datang. Mengenai nilai-nilai kehidupan, rasanya, ketika aku sudah merasa cukup dengan yang ada. Semua hal seharusnya tidak menjadi masalah besar. Saat aku sudah merasa cukup dengan baju yang nyaman tanpa memikirkan kombinasi warna atau tren terkini. Lebih menyukai update tulisan daripada foto selfie, memilih untuk hanya mendengarkan lagu favorit sambil merenung sebagai metode healing daripada membeli barang tidak penting. Atau mungkin menolak tawaran jalan-jalan karena ingin menabung. Tidak harus menuntut diri untuk menjadi apa yang dimau mereka, sebab hanya kita sendiri yang tahu apa yang dibutuhkan sesuai porsinya. Jadi, Nis, mari menata ulang apa-apa yang berantakan, mengeksekusi segala rencana, meluruskan tujuan, dan memulai hari dengan perasaan lebih nyaman. Nikmati sukar- mudahnya, sedih -tawanya, dan naik-turunnya. Sebab hidup ialah perjalanan, bukan perlombaan. Bagi teman-teman yang ingin mengenalku lebih jauh dan membaca karyaku yang lain, silakan klik disini. Terima kasih.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan