
Dari kemarin, banyak banget nih yang penasaran dengan Influencer Affiliate Program. Sebenarnya, apa sih Influencer Affiliate Program? Menguntungkan enggak? Hanya untuk kreator kah atau pendukung juga bisa?
Influencer Affiliate Program adalah terobosan baru dari KaryaKarsa untuk menambah penghasilan kalian semua, tidak hanya untuk kreator, lho! Influencer Affiliate Program ini bahkan bisa digunakan oleh siapapun yang sudah mendaftar di www.karyakarsa.com.
Bagaimana sih cara kerja Influencer Affiliate...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
Kategori
Info Dan Pengumuman
Selanjutnya
Naufaldi Rafif S: Tidak bisa Temukan Konten yang Diinginkan? Buat Sendiri!
4
2
Bermula dari kesulitan menemukan konten edukasi seputar Frontend Developer di Youtube dalam bahasa Indonesia, Naufaldi Rafif Satriya atau yang disapa Faldi mulai membuat konten tentang hal tersebut dengan harapan orang awam bisa belajar Frontend Developer. Faldi pun membuka beberapa pelatihan dan menawarkannya lewat KaryaKarsa. Sumber: Instagram @karyakarsa_id Lebih lanjut, dalam wawancara via surel Faldi –begitu ia biasa disapa–bercerita bahwa selain melakukan pekerjaan sebagai pemrogram, ia turut aktif dalam membuat tulisan di berbagai media seperti Quora Indonesia dan blog pribadi di https://blog.cerita-faldi.xyz/.Faldi kemudian bercerita, “Secara khusus (saya) mengambil konsenstrasi di Frontend Developer, karena merasa cocok dengan cara kerja seorang Frontend. Mengimplementasikan desain yang telah dibuat oleh desainer. Seolah-olah kita merealisasikan sesuatu, membuat desain menjadi hal yang nyata (Website)”.Dalam perjalanannya sebagai seorang developer, Faldi merasa dituntut untuk selalu memperbarui pengetahuan sebab teknologi akan semakin berkembang. Namun, Faldi merasa kesulitan menemukan konten edukasi berbahasa Indonesia untuk belajar mandiri. “Saya sangat kesulitan menemukan materi untuk bisa menunjang pengetahuan saya seputar Frontend,” aku Faldi. Lebih lanjut Faldi bercerita demikian. Sumber: Instagram @karyakarsa_id“Tidak hanya mengenai hal-hal tersebut, tetapi seperti animasi, accesibility, re-usable component, state management, dst. sehingga ada banyak sekali materi / bagian yang belum tersentuh atau belum terdapat materinya di Youtube berbahasa Indonesia,” jelas Faldi selengkapnya tentang alasan ia aktif produksi konten edukasi. Libatkan Pengikut (followers) untuk Tentukan Topik KontenFaldi tidak melakukan editing dalam kontennya. “Saat ini, saya menyajikan konten apa adanya. Dalam artian melakukan proses tutorial secara langsung atau istilahnya “Live Code”dan tidak melakukan editing pada konten tersebut. Harapannya supaya para junior tahu, bagaimana proses dalam pengembangan sebuah produk/proses pembautan sebuah website dari segi flow setup environment hingga selesainya sebuah produk dalam konten tersebut,” jelas Faldi. Terkait waktu pembuatan, Faldi mengaku butuh membuat konten setidaknya dua hingga tiga jam. Terdiri dari satu jam untuk rekaman, lalu sisa satu sampai dua jam untuk sunting (edit) dan rendering video. Sedangkan pemilihan tema Faldi tidak mempunyai daftar topik khusus, hanya mengikuti trend. “Konten yang saya miliki tidaklah merata atau tidak sesuai dengan Roadmap seorang Frontend,” aku Faldi. Untuk bisa tetap mengikuti trend, tak jarang Faldi mengikuti permintaan dari pendukung dan pengikutnya di media sosial. “Saya selalu membuat survei di Twitter terlebih dahulu, kira-kira konten apa yang dibutuhkan oleh teman-teman di Twitter baru selanjutnya saya menyusun materi dan membuat konten,” jelas Faldi. Dalam proses produksi konten Faldi tidak pernah mendapat komentar negatif via media sosial, tapi pernah ada salah satu videonya yang mendapat banyak . “Pernah mengalami konten Youtube saya mendapatkan dislike yang awalnya membuat kepikiran. Kok bisa video tutorial begini mendapatkan dislike? Namun, beberapa teman saya mengatakan hal itu sudah biasa,” cerita Faldi.Oleh sebab itu agar kontennya semakin berkembang, Faldi membuat Google Form untuk menampung kritikan pembeli KaryaKarsa. Secara khusus Faldi menjelaskan bahwa target kontennya adalah para junior Frontend atau orang orang yang baru terjun dalam dunia Web Development. Terutama Frontend Developer. Target pendukung tersebut dengan alasan demikian, “Harapannya, untuk merubah persepsi pemrogram dan junior pemrogram bahwa Frontend Developer tidak hanya seputar HTML dan CSS. Ada banyak sekali aspek aspek lain yang perlu diperhatikan saat membuat Website, seperti aspek accesibility, maintainability dll.”.Terakhir Faldi menuturkan recananya. “Saya ingin lebih banyak membuat konten mengenai Frontend Developer agar bisa membantu lebih banyak junior Frontend/orang-orang yang akan menjadi pemrogram untuk bisa lebih belajar banyak hal dan merubah mindset bahwa seorang Frontend Dev tidak hanya seputar HTML / CSS. Ada aspek lainnya. Serta, memperbanyak konten berbahasa indonesia seputar Frontend Development," ujar Faldi menutup wawancara. Naufaldi Rafif S. https://karyakarsa.com/naufaldisatriya Twitter: @F2aldiInstagram: @rafifsatriyaYoutube: MOFON
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan