Ruas Jari Tangan Ayah Part 5

0
0
Deskripsi

Seorang psikolog terkenal bernama Jessica yang memiliki trauma di masa lalu karena perlakuan kasar ayahnya terhadap ibunya. Untuk itu ia ingin menemui ayahnya dengan niatan berdamai dengan masa lalunya, tapi hal itu hustru malah membuat traumanya semakin memburuk dan memunculkan penyakit psikologis lain dalam diri Jessica, membuatnya berhalusinasi tentang ayahnya. Sampai akhirnya dengan waktu yang cukup lama ia berhasil untuk berdamai dengan traumanya dan menyadari bahwa ia hanya bisa memaafkan...

PART 5

            Pagi hari Jessica kali in diawali dengani membuka selembaran kertas gambar kosong dan menuangkan semua perasaannya di kertas itu. Menggambar adalah salah satu hobi Jessica dari dulu.

 

            Jessica perlahan-lahan menarik nafasnya dengan dalam dan meletakan coretan pertamanya di selembar kertas gambar itu. Bagus banget, Nak. Terdengar bisikan itu di telinganya. Ia membayangkan sosok ayahnya yang selalu berada di sebelahnya ketika ia menggambar. Jantungnya berdetak semakin kencang sembari tangannya yang terus bergerak melawan semua perasaannya. Rasanya semakin cepat tangannya bergerak, semakin dalam juga ia tenggelam dalam kesedihannya. 

 

            Seketika sosok ibunya juga muncul dalam bayangannya. Senyumannya menyapa Jessica dan ayahnya yang sedang asik menggambar. Bibir Jessica mulai bergetar saat itu, air mata di pipinya juga mengalir semakin deras tanpa henti. Ia terus memaksa tangannya untuk terus bergerak. Seakan-akan memberitahu dirinya sendiri bahwa ia harus melupakan masa lalunya. 

 

            Namun, situasinya semakin berat. Semakin ia memaksa perasaan dan pikirannya, bayangan ibu dan ayahnya semakin terasa nyata untuknya. Ia membanting pensil yang ada ditangannya, lalu merobek selembar kertas itu menjadi serpihan kecil. 

 

            Tiba-tiba handphone Jessica berbunyi dan itu telepon dari Farah. Dengan nafas yang belum stabil Jessica mengangkat telepon itu.

 

            “Halo,” sapa Jessica dengan nada bicaranya yang bergetar.

 

            “JES! LO KENAPA?” tanya Farah.

 

            “Gue nggak papa, Far.” Jessica terus berusaha menenangkan dirinya, berusaha agar Farah tidak mengetahui keadannya.”Kenapa, Far? Gue…hari ini izin dulu ya.”

 

            “JES LO KENAPA? JAWAB GUE. JUJUR SAMA GUE.”

 

            “Gue nggak papa, Far. Gue nggak papa,” ucap Jessica.

 

            Kemudian terdengar seperti Jessica menjatuhkan hpnya dan menangis semakin keras. Mendengar tangisan itu Farah panik dan langsung bergegas mendatangi apartemen Jessica.

 

            Sesampainya disana Farah melihat Jessica hanya menunduk, menangis btersedu-sedu dengan tangannya yang terus mengepal kuat. Farah langsung berlari dan memeluk Jessica dengan sangat erat.

 

            “Lo kenapa, Jess?” tanya Farah dengan terus memeluk dan mengelus pungggung Jessica. “Jess? Cerita ke gue.”

 

            Sekujur badan Jessica mulai bergetar, ia seperti ketakutan bak melihat hantu. Tangisannya juga semakin keras sampai-sampai ia lemas tidak kuat menopang badannya.

 

            “Jess, its okey ada gue.” Farah terus menenangkan Jessica dengan sedikit meneteskan air mata karena rasa paniknya. “Gue disini Jes, lo aman.”

            

            “Kenapa harus gue? KENAPA?” Jessica berteriak, melepas pelukan Farah. Kemudian ia berdiri dan berjalan kearah dapur untuk mengambil pisau.

 

            “JESS!!!! PLEASE JESS!” Farah terus menenangkan Jessica. Ia semakin panik karena Jessica menodongkan pisau itu tepat di pergelangan tangannya sendiri. 

 

            “Gue nggak bisa hidup dibayang-bayang bokap nyokap terus, Far. GUE NGGAK BISA!”

 

            “Gue paham Jess, lo tenang dulu. Okey?” Farah sambil jalan perlahan mendekati Jessica. “Gue paham. Lo percayakan sama gue?”

 

            Jessica hanya terus menangis keras. Ia seperti sudah putus asa untuk bisa berdamai dengan masa lalunya. 

 

            Farah terus berjalan perlahan mendekatinya, mengambil pisau yang berada ditangan Jessica dan menjauhkannya. “Jess, percaya sama gue yah? Lo bakal baik-baik aja. Okey? Gue paham sama apa yang lo rasain. Gue paham.”

 

            Sekujur badan Jessica yang tadinya tegang karena terbakar amarah pelan-pelan mulai melemas dan tumbang. Farah menopangnya berjalan menuju sofa. 

 

            “Jess, lo harus berhenti. Lo nggak bisa terus maksain ini semua.”

 

            Jessica tiba-tiba berperilaku aneh. Ia berdiri mengambil sepucuk bunga di meja dan menari memutari ruang tamu apartemennya.

 

            “Gue ini peri Jessica, gue bisa ngelewatin ini, Far.”

 

            Kelakuannya membuat Farah terheran-heran dan merasa takut. 

 

            “Jess…” tegur Farah.

 

            “Gue ini peri Far, gue kuat, gue nggak boleh lemah, gue nggak takut sama bokap,” ucap Jessica dengan terus menari-nari dengan bunga itu.

 

            Malam itu menjadi malam yang panjang untuk Farah. Ia menemani Jessica hingga tertidur pulas, sebelum akhirnya membereskan barang-barang yang berserakan di apartemen Jessica. 

 

            Saat ia akan membereskan barang-barang di apartemen Jessica, matanya tertuju ke arah lukisan Jessica. Anehnya Jessica menggambarkan sosok ‘Peri Jessica’ yang sama persis dengan gambar anak kecil yang Jessica lihatkan kepadanya beberapa waktu lalu. Farahpun memotret lukisan itu.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Novel
Selanjutnya Ruas Jari Tangan Ayah Part 6
0
0
Seorang psikolog terkenal bernama Jessica yang memiliki trauma di masa lalu karena perlakuan kasar ayahnya terhadap ibunya. Untuk itu ia ingin menemui ayahnya dengan niatan berdamai dengan masa lalunya, tapi hal itu hustru malah membuat traumanya semakin memburuk dan memunculkan penyakit psikologis lain dalam diri Jessica, membuatnya berhalusinasi tentang ayahnya. Sampai akhirnya dengan waktu yang cukup lama ia berhasil untuk berdamai dengan traumanya dan menyadari bahwa ia hanya bisa memaafkan masa lalunya, bukan mengubah masa lalunya untuk sama dengan apa yang ia inginkan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan