
Cerita ini merupakan kelanjutan dari buku ketiga Nightshade yang diunggah di Wattpad @itsandreajung__
Kalian bisa membaca buku pertama dan buku kedua versi lengkap di Wattpad, lalu buku ketiga mulai dari bagian 1 hingga bagian 16. Sisa bagian dari buku ketiga, lalu buku terakhir (buku keempat) seterusnya akan diunggah di Karyakarsa. Bagian terakhir dari buku ketiga ini (3 x 20 dan 3 x 21) hanya bisa diakses secara berbayar.
Terima kasih untuk yang sudah membaca dan memberikan dukungan!
DI LOTENG gereja yang bertahun-tahun lalu menjadi tempat persembunyian Alyssa Young setelah Magnus Fade menyelamatkannya dari Ritual Harvest, Ivanna Herondale menatap bayangannya yang dipantulkan oleh permukaan cermin. Dia mengangkat tangan dan menyentuh wajahnya, merasakan kulitnya hangat oleh darah yang mengalir. Dia juga bisa merasakan detak jantungnya yang berada di balik rongga dada, merasakan hembusan udara di sekelilingnya, merasakan lantai yang dia pijak dengan kedua kakinya… merasakan kehidupan sekali lagi mengaliri dirinya.
Ketika dia terbangun dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah mausoleum dan dikurung menggunakan boundary spell, Ivy langsung menyadari adanya sesuatu yang terjadi pada dirinya. Awalnya dia tidak begitu yakin, namun ketika telapak tangan kirinya tiba-tiba terluka karena sebuah sayatan pisau, dia sadar ada sesuatu yang cukup kuat yang berhasil menghidupkannya kembali tanpa melalui ritual apa-apa.
Ivy menurunkan tangannya dan menghela napas panjang. Dia bukannya tidak senang mendapatkan kesempatan hidup sekali lagi dan kembali kepada Nael. Hanya saja, dengan membangkitkannya dari kematian, The Hollow membuat Nael terjebak di antara dua pilihan: mempertahankan Ivy sehingga dia bisa tetap hidup dengan mengkhianati keluarganya, atau mengabaikan keinginan The Hollow dan membiarkan Ivy mati lagi seandainya keluarganya berhasil mendapatkan cara untuk membunuh The Hollow.
Terlepas darinya yang pernah gelap mata dan nyaris membunuh Jeffrey hanya agar dia bisa memenjarakan The Hollow kembali ke ancestral realm, Ivy tetap tidak ingin Nael mengkhianati keluarganya hanya untuk melindunginya. Nael dan saudara-saudaranya sudah bersama-sama selama lebih dari seribu tahun, tidak seharusnya Nael berbalik memunggungi keluarganya begitu saja dan bersekutu dengan The Hollow hanya demi Ivy. Tapi kelihatannya hal seperti itu—melindungi orang-orang yang mereka sayangi dengan harga apa pun—sudah menjadi sifat alamiah di dalam keluarga Morgenstern.
Mungkin Nael juga akan mencari cara untuk menyelamatkan Ivy dari The Hollow tanpa harus mengkhianati keluarganya.
“Ivy?” Suara Nael terdengar dari luar bilik tempat Ivy sedang memandangi pantulan bayangannya di permukaan cermin tegak. Dia tampak panik karena tidak melihat Ivy di tempat terakhir dia meninggalkan perempuan itu sebelumnya dan untuk sesaat, dia pikir Ivy yang hidup kembali tidak lebih dari sekadar ilusi yang diciptakan The Hollow untuk memanipulasinya. “Ivy?!”
“Aku masih di sini, Nael.” Ivy menyibakkan tirai bilik dan melangkah keluar mendekati Nael. Dia berhenti di depan Nael dan tersenyum simpul melihat laki-laki itu langsung tampak begitu lega ketika melihatnya dia muncul. “Aku masih di sini. Aku tidak pergi ke mana-mana.”
Nael meraih tubuh Ivy dan membawanya ke dalam pelukan eratnya. Dia meletakkan dagunya di atas puncak kepala perempuan itu dan memejamkan mata, kemudian menghembuskan napas lega. Dia masih khawatir kalau Ivy tidak benar-benar nyata—tidak benar-benar hidup lagi dan kembali padanya, karenanya dia langsung panik ketika tidak melihat keberadaan perempuan itu begitu memasuki loteng. “For a moment, I thought—”
“It’s okay. I’m still me.” Ivy membalas pelan sambil mengusap-usap pelan punggung Nael sebelum menarik diri dari pelukan laki-laki itu. Sudut-sudut mulutnya menyeruakkan senyum menenangkan yang sangat dirindukan oleh Nael, sementara salah satu tangannya terangkat untuk menyentuh lembut garis rahang aristokratnya yang menawan. Nael sama sekali tidak berubah setelah enam tahun dia meninggalkannya dalam kematian. “Flesh and blood alive, for now.”
“And linked to that devil.” Nael meraih tangan Ivy yang berada di rahangnya dan sedikit memiringkan kepala untuk mengecup telapak tangannya. Sambil menatap Ivy lekat-lekat, dia berkata, “Ivy, aku berjanji aku akan menemukan cara untuk membebaskanmu dari The Hollow. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi.”
“The Hollow cukup kuat untuk membawaku kembali dari kematian, Nael.” Ivy menggelengkan kepalanya samar. “You have no idea what we’re up against.”
“Hasn’t stopped me before.” Nael tersenyum, kemudian merangkum lembut sisi-sisi wajah Ivy sebelum membungkuk dan menciumnya dengan lembut. Begitu dia menarik diri dan mengakhiri ciuman mereka, sambil membelai ringan pipi Ivy dengan sapuan ibu jarinya dia berkata, “Tetap di sini. Aku akan segera kembali.”
“Tunggu, kau mau pergi ke mana?” Ivy meraih lengan Nael dan menghentikan langkahnya. “Nael, kita mungkin tidak memiliki banyak waktu untuk bersama-sama, terutama ketika keluargamu sudah mengetahui cara untuk membunuh The Hollow. Jika mereka berhasil membunuhnya, aku akan ikut mati bersamanya. You stay here with me, okay?”
Nael menghembuskan napas panjang dan berbalik untuk kembali menatap Ivy. Sorot matanya tampak mendung ketika dia mengingat kembali perasaan mengerikan yang menggerogoti dirinya selama bertahun-tahun sejak kematian Ivy. Meraih tangan Ivy yang berada di lengannya dan membawanya ke dalam genggaman, tersenyum ketika merasakan kembali kulitnya yang terasa hangat, dia berkata, “Losing you broke me, Ivanna. I will not stand around and let it happen again.”
“Nael, The Hollow harus dihentikan. Untuk menghentikannya, dia harus dibunuh. Dan jika dia mati, maka aku juga akan mati bersamanya.” Ivy membalas pelan. “Hal apa yang kau pikirkan untuk menghindari hal yang sudah pasti akan terjadi? Kau mau membantunya dan mengkhianati keluargamu?” Dia menatap laki-laki itu dengan raut wajah yang menyiratkan kesungguhan. “You can’t betray your family for me, Nael. Not after I attempted to kill your brother.”
Untuk sesaat, Nael tampak bimbang. Di sisi lain dia tidak ingin mengkhianati keluarganya setelah apa yang mereka lalui bersama-sama selama seribu tahun, namun di sisi lain dia juga tidak ingin kehilangan Ivy lagi seperti sebelumnya. Pilihannya adalah menyelamatkan keluarganya dengan membantu mereka membinasakan The Hollow, atau menyelamatkan Ivy dengan menghalangi keluarganya dalam usaha mereka untuk membunuh The Hollow. Dua pilihan itu sama-sama memberatkannya, dan dia tahu dia harus memilih salah satunya.
“Just stay here. I’ll be back as soon as possible. Aku akan mencari cara untuk menyelamatkanmu, Ivy. Aku tidak akan membiarkanmu mati bersama iblis itu. You have my word.” Nael mengusap sekilas pipi Ivy sebelum melesat pergi dan menghilang dari loteng gereja, meninggalkan perempuan itu berperang sendiri dengan kekhawatiran dan kecemasan yang berkoloni seperti kumpulan lebah marah di dalam kepalanya.
Langkah Nael terhenti di ujung anak tangga ketika dilihatnya The Hollow sudah berdiri menungguinya di samping altar dengan tangan yang disilangkan di depan dada dan raut wajah datar. Penampilannya yang menyerupai gadis remaja berwajah manis benar-benar menipu. Malam lalu saat mereka bertemu di di depan makam Ivy, Nael hampir tidak percaya kalau perwujudan asli The Hollow adalah ini—sesosok gadis remaja yang usianya tidak mungkin lebih dari lima belas tahun.
“Ingin pergi ke suatu tempat, Nael?” The Hollow bertanya dengan suaranya yang terdengar jernih seperti aliran mata air di pegunungan.
“Aku memintamu memberiku waktu sendiri untuk bersamanya sebelum kau menggunakanku untuk melakukan apa pun pekerjaan kotormu, anak iblis.” Nael membalas dengan nada yang kental oleh sarkasme sembari melenggang mendekati tempat The Hollow berdiri dan berhenti tiga langkah darinya. “Kau sudah mati selama lebih dari satu milenium, seharusnya bukan masalah besar bagimu untuk memberiku waktu selama satu atau dua jam, kan?”
“Every second counts if you want Ivanna Herondale to continue breathing.” The Hollow berujar dengan nada acuh dan ekspresi tidak peduli. “Tick-tock, Nathanael.”
“Okay. Kalau begitu beritahu aku apa yang harus kulakukan untukmu, my lady.” Nael bertanya dengan ekspresi tidak ramah mewarnai wajahnya. Suaranya keluar dengan nada yang terdengar begitu ketus. “Kau ingin aku membawakan barang-barang belanjaanmu? Atau mencuci pakaian kotormu? Hm?”
“It’s actually quite simple. Sudah lama sekali aku ingin hidup kembali, dan sekarang karena aku sudah hidup kembali, artinya aku bisa mati. My body is one hundred percent human, which means it can be killed anytime.” The Hollow berjalan pelan mengitari Nael seperti seekor singa yang sedang mengincar mangsanya. Suara ketukan hak sepatu botnya yang menekan lantai kayu terdengar ritmis dan seirama seiring dengan setiap langkahnya. “In fact, your own family is relentless in their quest to kill me.”
“Dengar, jika kau ingin aku memberi saran pada mereka agar berhenti mencari cara untuk membunuhmu, well, kurasa itu sudah terlambat.” Nael mengulas seringai penuh cemooh ketika The Hollow berhenti mengitarinya dan berdiri memunggunginya dua langkah di hadapannya. “I bet you already knew how relentless my family is if it comes to break their enemies, darling.”
“I have my own protection spell, cast in the form of a totem.” The Hollow perlahan memutar tubuhnya untuk menatap Nael dengan kedua manik matanya yang segelap jurang tak berdasar. “Selama totem itu tidak dihancurkan, maka aku tidak akan bisa dibunuh. Dan tugas yang harus kau lakukan adalah melindungi totem itu sehingga tidak ada yang bisa menghancurkannya, sampai aku selesai menangani keluargamu.” Dia mengulas senyum tipis tak berperasaan. “If you falter—if any harm comes my way, Ivanna Herondale will suffer with me. More than that, she will die with me.”
Nael diam-diam mengepalkan tangannya untuk menahan geram sampai buku-buku jarinya memutih. Bagaimanapun juga, dia harus berpikir jernih. Dia tidak boleh gegabah dalam menyerang keturunan iblis yang satu ini. The Hollow jelas-jelas sedang memanfaatkannya dengan menggunakan Ivy yang sengaja dia bawa kembali dari kematian mengingat perempuan itu adalah titik butanya—kelemahannya.
“Right now it’s between your dearest family and the love of your immortal life, Nathanael Morgenstern.” The Hollow mendendangkan kalimat bernada ejekan yang membuat kawah panas di dalam dada Nael semakin menggelegak dan siap meletus ke permukaan. “Choose one. You can’t save them all.”
~
Dengan ekspresi muram, Luce memandangi suasana di luar manor yang tampak begitu sepi melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar. Tidak biasanya Idris yang menjadi jantung kota Nightshade sesepi ini. Saat hari-hari biasa, orang-orang akan sibuk berlalu-lalang dengan aktivitas mereka masing-masing. Tapi hari ini tidak biasa, mengingat beberapa orang sudah pergi ke luar kota untuk bersembunyi sementara sisanya yang tinggal memilih untuk bersembunyi dan enggan keluar dari rumah mereka untuk menghindari The Hollow. Hanya terlihat beberapa orang yang berlalu-lalang, itu pun kebanyakan dari komunitas vampir dan manusia serigala yang berjaga di sekeliling manor.
“Dad, The Hollow...” Luce berujar pelan ketika dia merasakan kehadiran ayahnya yang memasuki kamarnya melalui pintu penghubung. Dia memutar tubuhnya dan berjalan menghampiri Jeffrey yang berdiri di dekat tempat tidurnya. Menengadah untuk menatap ayahnya, Luce menyambung, “She’s getting stronger.”
Jeffrey menunduk dan mengusap lembut puncak kepala Luce. “Kau bisa merasakannya, sayang?”
“Sebelum The Hollow kembali, Idris selalu ramai, Dad. Parade musik dan kesenian, orang-orang dengan aktivitas mereka… semuanya. Tapi sekarang setelah dia kembali, suasananya jadi begitu sepi. Like she’s draining everything out of the city.” Luce berujar, membagi kecemasan yang dia rasakan pada Jeffrey. Dia bisa merasakan The Hollow semakin kuat setiap harinya. Mungkin hal itu ada hubungannya dengan mereka yang sama-sama berasal dari garis keturunan Fairchild. “Dia sudah mengambil Uncle John dari kita. Dan tidak lama lagi dia pasti akan datang untuk kita semua. Dad, I’m scared.”
“Listen to me, Lucinda.” Jeffrey merendahkan tubuh dan berlutut di hadapan Luce—menyejajarkan tinggi mereka agar dia bisa menatap ke dalam mata putrinya yang serupa dengannya. Kedua tangannya terangkat untuk menyentuh lembut bahu kecil Luce, berharap bisa menyalurkan ketenangan dari sentuhan tersebut. “Aku tahu kau takut. Tapi kau harus tahu kalau selama ratusan tahun, sudah banyak orang jahat yang berusaha melawan maupun menjatuhkan keluarga kita, dan mereka semua gagal. The Hollow… dia tidak ada bedanya dengan semua orang-orang jahat itu.”
“Tidak, Dad.” Luce menggelengkan kepalanya samar. “The Hollow berbeda. I can feel her.”
Jeffrey menatap putrinya dengan sorot mata yang tidak bisa didefinisikan—perpaduan antara rasa heran, penasaran, cemas, khawatir… Bukan suatu hal yang mengherankan mendengar Luce mengatakan dia bisa merasakan The Hollow semakin kuat sejak dia terlahir kembali melalui kematian Jonathan dan seluruh vampir yang tercipta dari sireline-nya. Mereka berdua—Luce dan The Hollow—berasal dari garis keturunan yang sama: Fairchild. Kurang lebihnya, The Hollow adalah kerabat jauh Luce yang berasal dari keluarga ibunya.
Hal itu membuat Jeffrey tidak bisa merasa tidak khawatir. Bagaimana jika terlahir dari garis keturunan yang sama dengan The Hollow akan menuntun Luce ke dalam bahaya?
Dalam keheningannya, Wanda mengamati wajah tenang Jonathan yang masih “tidur” di dalam peti matinya yang disimpan di salah satu ruangan di lantai bawah. Dia mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh wajah Jonathan. Jemarinya bergerak mengikuti urat-urat halus menonjol di permukaan kulit wajah dan lehernya—kondisi yang lazim terlihat pada vampir yang sudah tidak memiliki kehidupan. Dan memang begitulah keadaan Jonathan sekarang: tidak memiliki kehidupan karena jiwanya masih terpisah dari tubuhnya—tersimpan di dalam liontin Eirene dan menunggu untuk dibebaskan. Untuk dikembalikan ke tubuhnya melalui kematian The Hollow.
“Kita akan segera membawamu kembali, John. Tunggulah sebentar lagi.” Wanda mengecup jemari tangan kanannya, kemudian menyentuhkannya ke bibir pucat Jonathan. Dia menghela napas panjang. Sorot matanya dipenuhi kerinduan ketika menatap lekat-lekat wajah suaminya. Dia belum pernah merasa sekosong ini sejak ibunya meninggal bertahun-tahun yang lalu, dan sejak dia pikir Jonathan tidak akan mau menerima statusnya sebagai vampir setelah Celeste membunuhnya. Kehilangan Jonathan dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri ketika The Hollow membunuhnya terasa begitu mengerikan baginya.
“Jeffrey tidak akan pernah berhenti sampai dia berhasil membunuh The Hollow dan membawamu kembali, Jonathan. Kita tidak akan pernah berhenti.” Wanda berujar pelan pada Jonathan yang tidak akan bisa mendengarnya. Setitik air matanya meleleh menuruni wajah ketika dia mengatakan, “We’re family, right? We fight for each other. We defend each other. Always and forever.”
Suara retakan pelan yang berasal dari arah meja kecil di dekat peti mati Jonathan mengalihkan perhatian Wanda. Dia menghapus air matanya dan bergerak mendekati meja tersebut, lalu membuka lacinya dan mengeluarkan liontin Eirene yang dia simpan di dalam sana—liontin yang menyimpan jiwa Jonathan di dalamnya. Ada garis retakan kecil pada liontin tersebut, seolah-olah liontin itu baru saja terjatuh dari ketinggian atau ditumbuk dengan batu besar.
“Jonathan?” Menatap sekilas ke arah tubuh Jonathan yang terbaring di dalam peti mati, Wanda kemudian melenggang keluar dari ruangan tersebut dengan langkah-langkah cepat dan pergi ke ruangan sebelah untuk menemui Eirene. Di sana sudah ada Jeffrey dan Jocelyn, sementara Eirene tidak jauh dari mereka tampak sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk melakukan sebuah mantra. Kedatangannya yang tiba-tiba menarik perhatian mereka, dan dia mendekati Eirene sambil mengulurkan liontin di tangannya kepada perempuan itu. “Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ketika aku mengambilnya, liontinnya sudah retak seperti ini.”
Mengamati sejenak liontinnya yang menunjukkan retakan kecil, Eirene menghela napas panjang. “Despite the spell I cast with Luce, the very integrity of the pendant is growing unstable.” Dia berujar, meletakkan liontin itu dengan pelan ke atas buku mantranya yang terbuka. “Liontin ini tidak bisa lebih lama lagi menahan jiwa vampir Original di dalamnya. Kita harus segera mengembalikan Jonathan ke tubuhnya malam ini, karena kalau tidak, kita bisa kehilangan dia untuk selamanya.”
“Dan untuk melakukannya, kita membutuhkan kekuatan yang besar.” Wanda menambahkan. “Kekuatan yang berasal dari sebuah pengorbanan.”
“Biar kutebak,” Dari tempatnya duduk di samping Jocelyn, Jeffrey menimpali. Dia tidak lagi asing dengan kekuatan besar dan pengorbanan macam apa yang bisa digunakan untuk menghidupkan kembali orang-orang yang mati. “Jika mendapatkan saudaraku kembali membutuhkan sebuah pengorbanan yang besar, maka artinya adalah kematian dari seseorang yang cukup kuat?”
“I say we kill our enemy and sacrifice her to resurrect our brother.” Eirene membalas. “Melalui kematiannya, aku akan melakukan sebuah mantra untuk mengembalikan jiwa Jonathan ke dalam tubuhnya dan menghidupkannya kembali.”
“Darah keturunan Fairchild adalah kelemahannya, kan?” Jocelyn bertanya sambil bersandar pada punggung sofa dan menyilangkan lengannya di depan dada. “Apakah itu artinya darah keturunan Fairchild juga akan cukup kuat untuk membunuhnya?”
“Jocelyn, darahmu memang mampu melemahkan The Hollow, tapi secara teknis kau sudah mati selama bertahun-tahun sejak kau berubah menjadi hybrid. Jadi, kurasa darahmu tidak akan cukup kuat untuk membunuh The Hollow meskipun kau juga keturunan Fairchild.” Eirene menumpukan kedua telapak tangannya pada tepian meja dan membagi tatapannya pada Jeffrey dan Jocelyn. “If we forge a blade using the blood of the last living Fairchild—”
“Aku tidak akan membiarkan Luce terlibat dalam hal ini, Eirene.” Jeffrey dengan cepat menginterupsi perkataan Eirene begitu dia sadar siapa yang dimaksud oleh saudaranya. Tentu saja, Luce adalah keturunan terakhir Fairchild yang masih hidup. Jocelyn tidak lagi terhitung karena sejak Alyssa membunuhnya dan dia berubah menjadi setengah vampir, dia tidak bisa lagi dikatakan benar-benar hidup.
“Sejak awal anakmu sudah terlibat dalam hal yang bersangkut-pautan dengan The Hollow, Jeffrey.” Eirene meraih kertas gambar Luce yang terletak di sebelah buku mantranya dan menunjukkan simbol Ouroboros yang digambar Luce di sana pada saudaranya. “Luce terobsesi dengan gambar yang merupakan simbol dari The Hollow: seekor naga yang memakan ekornya sendiri. Aku yakin simbol ini memiliki semacam kata kunci. Siklus ini…” Dia menunjuk simbol Ouroboros hasil gambaran tangan Luce di dalam kertas gambar. “The Hollow terlahir dari garis keturunan Fairchild, begitu juga dengan Luce. Itu sebabnya satu-satunya hal yang bisa menghancurkan The Hollow adalah darah dari keturunannya sendiri. Dan itu adalah alasan yang membuatnya membunuh semua keturunan Fairchild—agar tidak ada satu pun Fairchild yang bisa menghentikannya.”
Eirene membagi perhatiannya dari simbol Ouroboros yang digambar oleh Luce pada Jeffrey, Jocelyn, dan Wanda yang bergeming untuk mencerna perkataannya. “Untuk menghentikan The Hollow, maka kita harus menghentikan siklus ini. Dan satu-satunya cara untuk melakukan itu adalah dengan menggunakan senjata yang dimantrai menggunakan darah Luce.” Dia menatap ke arah Jocelyn, lalu berganti ke arah Jeffrey. “When Jocelyn as the other Fairchild line stabs her, it’s only then The Hollow can be obliterated completely.”
Hening selama beberapa saat sampai akhirnya Jocelyn menghela napas panjang dan beranjak dari tempat duduknya, menarik perhatian Jeffrey yang berada di sebelahnya. “Then we make it work. Aku akan berbicara pada Luce.”
Jocelyn kemudian melenggang meninggalkan ruangan tersebut dan naik ke lantai atas untuk menemui Luce di kamarnya. Dia tersenyum ketika mendapati putrinya tampak sedang sibuk melukis pemandangan malam sebuah kota dengan hiasan bulan purnama di atas permukaan kanvas berukuran sedang yang disediakan Jeffrey untuknya. Lukisan yang sedang dibuat oleh Luce merupakan versi mini dari lukisan Jeffrey yang digantungkan di ruang studinya.
“That’s so beautiful, sweetie.” Jocelyn berujar lembut, melontarkan pujian sambil menghampiri Luce yang duduk di depan kanvasnya. Luce memutar tubuh ke arahnya dan dia tersenyum mendapati noda cat air berwarna biru gelap di pipi putrinya. Mengangkat tangan kanannya dan mengusap sayang kepala Luce, Jocelyn berkata, “Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Keberatan untuk mendengarnya sebentar, Luce?”
“Ada apa, Mom?” Luce bertanya. “Hal apa yang ingin kau bicarakan padaku?”
Jocelyn mengambil tempat duduk di tepi tempat tidur Luce, kemudian menjelaskan tentang apa yang Eirene katakan sebelumnya. Mengenai simbol Ouroboros yang menyimpan sebuah kata kunci tentang satu-satunya hal yang bisa menghancurkan The Hollow: darah dari garis keturunannya sendiri—garis keturunan yang masih hidup, lebih tepatnya. Mereka tidak bisa menggunakan darah Jocelyn meskipun dia juga keturunan Fairchild, sebab teknisnya dia tidak bisa dikatakan hidup sejak berubah menjadi hybrid enam tahun yang lalu. Jadi satu-satunya opsi yang tersisa adalah menggunakan darah Luce. Dengan belati yang dimantrai menggunakan darah Luce dan ditikamkan langsung ke jantung The Hollow oleh Jocelyn, maka mereka bisa mengakhiri eksistensi penyihir berdarah iblis ini dan mengirimnya kembali ke tempat asalnya—neraka. Dan mendapatkan kembali Jonathan, tentu saja.
“Tidak, Mom.” Luce menggeleng setelah mendengar penjelasan dari ibunya yang sudah dibuat menjadi sesederhana mungkin agar dia mudah memahaminya. “Aku tidak mau melakukannya.”
“Kenapa, sayang?” Jocelyn meraih kedua tangan Luce dan menggenggamnya lembut. “Kau takut kalau itu akan terasa sakit? Kau memiliki kemampuan beregenerasi dari luka separah apa pun sebaik dan secepat vampir, Lucinda. Kau tidak perlu merasa takut sakit. Kita hanya akan membutuhkan sedikit darahmu.”
“Tidak. Bukan karena aku takut terluka, Mom.” Luce berusaha untuk menjelaskan. Menatap ibunya dengan ekspresi ragu, dia kemudian berkata, “I’m scared if I do this, you’re gonna pick a fight. And The Hollow… she can hurt you.”
“I know you’re scared, sweetheart.” Jocelyn menghela napas panjang, kemudian mengulas senyuman menenangkan pada putrinya yang tampak cemas. “Kuharap kita tidak perlu membicarakan hal ini, tapi biar kuceritakan sedikit tentang masa kecilku padamu, Luce. Ketika aku masih seusiamu, aku harus berurusan dengan banyak hal yang sebenarnya tidak ingin kulakukan. Aku tidak ingin kau mengalami hal yang sama dengan apa yang pernah kualami, aku menginginkan yang terbaik untuk hidupmu, tapi di sinilah kita sekarang.” Dia mengusap lembut punggung tangan Luce yang dia genggam dengan ibu jarinya. “Lucinda, my sweet girl, the thing is that sometimes you have to do things that you don’t want to do because you’re the only one that can do them.”
Luce mengerjapkan kelopak matanya pelan dan menatap ibunya dengan keraguan yang masih membayangi wajahnya. “Sepertimu, Mom?”
“Yeah.” Jocelyn tersenyum. “Sama sepertiku. Dan sama seperti ayahmu. His instinct is to defend his blood. Dia tidak akan pernah berhenti sampai kita berhasil mengalahkan The Hollow dan membawa Jonathan kembali.”
Luce tampak berpikir sebentar, kemudian dia menghela napas panjang dan berusaha menyepuh senyum di sudut-sudut mulutnya. “Baiklah, Mom. Aku akan melakukannya.”
~
“Kurasa kita harus menyerah soal Sofya.” Marcus berujar ketika dia dan Narcissa melangkah beriringan melewati gerbang depan Morgenstern manor yang terbuka. “Tidak ada cara yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan darah The Hollow, sementara dia semakin sekarat setiap harinya. It’s like what you said, Cis: The Hollow’s magic has overrun her body and it will destroy her. Belum lagi James yang biasanya membantu kita tiba-tiba menghilang tanpa kabar sejak beberapa hari yang lalu dan tidak ada satu pun dari kita yang bisa menghubunginya.”
“Aku justru memikirkan hal yang sebaliknya, Mark.” Membuka dua daun pintu tinggi dan lebar penuh ukiran yang mengarah ke lorong utama menuju atrium, Narcissa menyahut tanpa sedikit pun memelankan langkah-langkah kakinya yang terbalut sepatu bot ber-hak tinggi. “Eirene sudah menemukan cara untuk membunuh The Hollow. Lalu sementara kematian penyihir iblis itu bisa digunakan untuk membawa Jonathan kembali, kita bisa menggunakan darahnya untuk menciptakan penawar yang akan menyembuhkan Sofya. And, well, speaking of the devil...”
Narcissa menghentikan langkahnya dan Marcus melakukan hal yang sama ketika mereka hendak memasuki salah satu ruangan di lantai bawah dan menemukan Eirene sedang merapalkan sebuah mantra.
“Dauha naer do smrti. Dauha naer do smrti...” Eirene berjalan pelan mengitari meja sambil menabur-naburkan segenggam pasir hitam ke atas selembar peta yang menunjukkan wilayah kota Nightshade. Di keempat sudut peta tersebut, dia meletakkan empat buah lilin sebesar genggaman tangan yang menyala. Hal yang tidak mengherankan, mengingat bagi sebagian besar penyihir, api merupakan sumber ‘bahan bakar’ untuk aktivitas sihir mereka. “Dauha naer do smrti. Dauha naer do smrti...”
“That’s a rather odd locator spell, sis.” Narcissa berkomentar sambil melangkah memasuki ruangan diikuti oleh Marcus di belakangnya. “Mantra pelacak macam apa itu?”
“Aku tidak bisa melacak keberadaan The Hollow, jadi aku melacak sihirnya. Dan aku berhasil mendapatkannya.” Eirene menunjuk pada salah satu bagian peta yang tiba-tiba memunculkan sebuah simbol Ouroboros berukuran kecil—menunjukkan keberadaan The Hollow yang rupanya sedang berada cukup jauh di sudut kota. “Dia berada di Garden District.”
Narcissa sedikit membungkukkan tubuhnya untuk mengamati bagian peta yang dilingkari oleh simbol Ouroboros tersebut dengan cermat. “Tempat itu adalah mansion milik keluarga LaForge yang sudah ditinggalkan sejak 150 tahun yang lalu. Pada masanya, tempat itu adalah pusat perkumpulan orang-orang dengan kelas sosial tinggi di kota ini, tapi semuanya berubah sejak Dr. LaForge menyiksa dan membunuh semua teman-teman sosialita dan seluruh anggota keluarganya di sana.” Dia kembali menegakkan tubuhnya. “Rumor menyebar sampai pada hari kematiannya bahwa sesosok roh jahat yang membuat Dr. LaForge melakukan hal mengerikan itu. That house has been derelict since.”
Eirene manggut-manggut paham mendengar perkataan Narcissa. “The perfect lair for someone who relishes tragedy.”
“Tunggu, tunggu,” Marcus tiba-tiba menginterupsi, kemudian menunjuk pada sisi lain peta yang juga memunculkan simbol Ouroboros serupa namun dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari yang pertama. Letaknya berada di wilayah estate yang menjadi sarang The Hollow ketika dia masih berwujud roh. “Apa itu, Eirene? Apakah The Hollow berada di dua tempat berbeda dalam waktu yang sama?”
“Jika simbol Ouroboros yang berada di mansion LaForge merepresentasikan keberadaan The Hollow, artinya yang satu ini pasti merepresentasikan semacam totem yang dia gunakan untuk memperbesar kekuatannya dan melindungi dirinya.” Eirene menjelaskan sembari membetulkan ikatan rambutnya. “Dahlia pernah menggunakan totem seperti ini ketika dia hendak menghadapi sesuatu yang mengerikan. Totem itu akan membuat The Hollow tidak bisa dibunuh. So, we will have to destroy it before we can face her.”
“Lovely. I could do with some fresh air. And some fresh blood…” Narcissa meraih ponselnya dari dalam saku jaket kulit yang dia kenakan untuk menghubungi Nael. Dering ketiga, panggilannya baru diangkat. “Hai, Nael. Apakah kau bisa membantuku dan Marcus turun ke dalam misi menghancurkan benda tempat penyihir iblis itu menyimpan nyawanya?”
“Bawa petanya. Ini akan berguna untuk kalian.” Eirene menyingkirkan lilin-lilin yang dia gunakan ketika melakukan mantra pelacak dan melipat petanya lalu menyerahkannya pada Marcus. “Aku sudah memantrainya agar kalian bisa terus melacak keberadaan totemnya. Simbol Ouroboros di peta itu tidak akan hilang dan akan selalu mengikuti pergerakan The Hollow maupun totemnya.”
Di seberang telepon, Nael terdiam selama beberapa saat sebelum dengan nada bosan membalas, “Benda apa yang kau maksud, Narcissa?”
“Someone’s floating around with a trinket that’s fueling our enemy’s power.” Narcissa menjawab, sama sekali belum menyadari keanehan dari saudaranya. “Would you help me track down and exterminate this scoundrel?”
Nael kembali terdiam selama beberapa saat sebelum membalas lagi dengan, “Hmm… I’d like nothing better, sis.”
“Perfect.” Narcissa kemudian mengakhiri sambungan teleponnya dengan Nael dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket. Dia menoleh untuk menatap Marcus dan mengangguk padanya sebelum mereka melesat meninggalkan manor menuju tempat di mana lokasi totem The Hollow tersimpan.
Sama sekali tidak menyadari kalau di tempatnya berada sekarang—di sebuah estate yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya yang terletak tidak jauh dari Danau Lyn, yang menjadi sarang The Hollow ketika dia masih berwujud roh—Nael sudah mendapatkan totem milik The Hollow yang hendak mereka cari untuk dihancurkan.
Nael sudah memilih sekarang. Dan dia lebih memilih untuk menyelamatkan Ivy.
“Tidakkah menurutmu ini sedikit aneh, Mark?” Narcissa bertanya begitu mereka memasuki ruangan utama estate yang dipenuhi oleh debu dan tampak begitu berantakan karena sudah sangat lama ditinggalkan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Acolyte yang hendak menyerang mereka karena berusaha mencari satu-satunya benda yang jika dihancurkan, maka akan membuat tuan mereka bisa dibunuh. “Kenapa tidak ada satu pun Acolyte yang berjaga di sini? Biasanya The Hollow akan menggunakan mereka untuk menjaga sesuatu yang berharga baginya. Dalam hal ini, tentu saja totem yang memperbesar kekuatannya dan membuatnya tidak bisa dibunuh.”
Marcus membuka peta yang dia bawa untuk memastikan kembali kalau mereka sudah berada di tempat yang benar—tempat di mana The Hollow menyimpan dan menyembunyikan totemnya. Simbol Ouroboros yang lebih kecil itu masih ada di sana. Melingkar tepat di estate tempat mereka berada. “Kita sudah berada di tempat yang tepat. Totemnya masih ada di sini. Kita hanya perlu mencari.”
“Totemnya tidak ada di sini.” Dari tengah-tengah anak tangga melingkar yang mengarah ke lantai atas, Nael tiba-tiba berujar. Dia melangkah turun dengan santai dan berhenti di anak tangga terakhir, kemudian menyandarkan salah satu sikunya pada birai, sementara tangannya yang lain tersimpan di dalam saku celana. “Aku sudah menyusuri rumah ini. Tidak ada tanda-tanda keberadaan totemnya di sini.”
Narcissa mengerutkan alisnya heran karena dia bahkan belum memberitahu Nael ke mana mereka harus mencari, namun laki-laki itu mendadak sudah ada di sini lebih dulu dari mereka. “Kapan kau kemari, Nael? Dan bagaimana kau bisa tahu kalau totemnya akan berada di sini?” Dia melemparkan tatapan curiga ke arah saudaranya. “Aku sama sekali belum memberitahumu lokasi yang berhasil didapatkan Eirene melalui locator spell-nya.”
Nael mengedikkan bahunya dan dengan santai membalas, “Aku juga mengetahui sedikit trik sihir, Narcissa. Selain itu tempat ini juga mudah ditebak. The Hollow tinggal di sini ketika dia masih berwujud roh, kan?” Dia mengangkat alisnya samar. “Dan kebetulan aku juga sedang bosan, jadi aku kemari terlebih dulu mendahului kalian. Sori.”
“Tapi peta ini mengatakan kalau totemnya masih berada di sini, Nael.” Marcus membalas sembari melipat kembali peta yang diberikan Eirene padanya sebagai petunjuk. “So it must be hidden somewhere in this house.”
“Look, if you don’t trust me, help yourself.” Nael menyahut dari tempatnya. “Come on in. Susuri saja seluruh sudut rumah penuh debu dan sarang laba-laba ini sendiri.”
Marcus dan Narcissa hendak melakukan apa yang dikatakan Nael, namun langkah mereka tertahan oleh boundary spell yang keberadaannya bahkan tidak mereka sadari sebelumnya. Menengadahkan kepala, Narcissa mendapati sebuah dark object terpasang tepat di atas mereka pada langit-langit ruangan—yang sudah pasti digunakan oleh Nael untuk menjebak mereka dengan boundary spell tersebut. Dark object yang memiliki bentuk seperti jaring kupu-kupu namun dengan ukuran raksasa itu membuat siapa pun dapat masuk, namun tidak dapat keluar. Persis seperti yang dialami oleh dia dan Marcus sekarang.
“What the—” Marcus tidak menyelesaikan perkataannya. Dia menyentuhkan tangannya ke depan, dan seakan-akan sedang menyentuh tabung kaca tidak terlihat yang mengurungnya bersama Narcissa. Dia menatap ke arah Nael dengan raut wajah tidak percaya. “Nael?!”
“What the hell, Nael?!” Narcissa menatap saudaranya dengan sorot mata yang dipenuhi ketidakpercayaan. “A dark object? Really? Nael, you better undo this right now! Jika totem itu tidak dihancurkan, The Hollow akan menghancurkan keluarga kita!”
“I’m sorry, Narcissa. I truly am. I had to make a choice.” Raut wajah Nael tampak dipenuhi perasaan bersalah. Dia harus melakukan ini untuk mengulur waktu sebelum totem The Hollow dihancurkan—setidaknya sampai dia mendapatkan cara untuk memutuskan magical link yang menghubungkan hidup The Hollow dengan hidup Ivy. “It’s only just until I find the way to counter The Hollow’s spell.”
“Kenapa kau membantunya, Nael?!” Narcissa berteriak sambil memukul-mukulkan kepalan tangannya dengan marah pada permukaan boundary spell serupa tabung tak kasatmata yang memenjarakannya dan Marcus. “Apa yang sudah dia lakukan padamu sampai kau tega mengkhianati keluargamu sendiri seperti ini? Nael?! NATHANAEL!”
Nael memilih untuk tidak mengatakan apa-apa dan langsung melesat pergi meninggalkan estate tempatnya menjebak Marcus dan Narcissa dalam boundary spell-nya sambil membawa totem The Hollow yang sudah dia dapatkan lebih dulu.
~
“Narcissa tidak menjawab panggilanku. Begitu juga dengan Nael dan Marcus. Kurasa sudah terjadi sesuatu pada mereka.” Eirene menghela napas panjang dan melemparkan ponselnya ke atas sofa ruang studi Jeffrey. Ekspresinya terlihat cemas. Ini untuk ke sekian kalinya dia berusaha menghubungi tiga orang yang dia percaya untuk mencari dan menghancurkan totem The Hollow, ingin memastikan kalau totem itu sudah dihancurkan sebelum Jeffrey dan Jocelyn bisa menyerang pemiliknya yang berada di tempat lain. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab panggilannya.
“The sooner we end this, the better.” Dari balik mejanya, Jeffrey berujar sambil memeriksa ketajaman dua buah belati perak dengan ujung runcing yang dia ambil dari ruang rahasia di balik rak buku tempatnya menyimpan berbagai macam senjata tajam.
“Tidak, Jef.” Eirene menggelengkan kepalanya. “Kita harus memastikan terlebih dulu apakah totem Ix Cuat masih utuh atau sudah dihancurkan. Kita tidak bisa membunuhnya sampai totem itu hancur. You should go after Narcissa, find the totem and destroy it.”
Jeffrey meletakkan belatinya ke atas meja dengan keras dan menengadah untuk menatap Eirene dengan tatapan yang menyiratkan ketidaksetujuan tak terbantahkan. “I’m not leaving Jocelyn alone.”
“We’re out of time, Jeffrey. The cracks are getting worse.” Eirene bersikeras, merujuk ke arah liontin tempatnya menyimpan jiwa Jonathan yang retakannya bertambah seolah-olah siap untuk kembali pecah. “Aku ingin kau menghancurkan totemnya. Aku yang akan pergi bersama Jocelyn ke LaForge House dan membunuh The Hollow.”
“Lalu bagaimana dengan Luce?” Jeffrey bertanya.
“Wanda akan tetap berada di manor dan menjaga Luce. Satu Heretic sepertinya cukup untuk melindungi Luce sekaligus rumah ini selama kita pergi.” Eirene berjalan menghampiri Jeffrey dan berusaha meyakinkan saudaranya untuk pergi mencari Narcissa dan totem The Hollow. Menatap Jeffrey lekat-lekat, dia berkata, “We don’t have another choice, Jeffrey. You’re the best advantage we got. Be fast, be brutal, destroy the totem, or we’re dead.”
Senyap beberapa saat, sebelum Jeffrey akhirnya menghembuskan napas panjang dan berkata, “Ini. Masing-masing satu untukmu dan Jocelyn.” Dia menyerahkan dua buah belati berujung runcing yang sudah dia siapkan pada Eirene. “Mantrai belati-belati ini dengan darah Luce. They’ll serve you well. I’ll go and find that bitch’s totem.”
Detik berikutnya Jeffrey beranjak dan melesat pergi meninggalkan manor.
Untuk ke sekian kalinya, Narcissa berusaha menghancurkan tabung tak kasat mata yang memenjarakannya bersama Marcus menggunakan kepalan tangannya. Tidak ada yang terjadi. Sihir dari sebuah dark object baru bisa dilepaskan oleh orang yang memasangnya… atau dengan dihancurkan sepenuhnya dengan elemen-elemen yang mampu merusak sihir seperti api. “You know what, Mark?” Perempuan itu menyentakkan kepalanya ke arah Marcus yang juga terlihat sedang memikirkan cara untuk keluar dari boundary spell tersebut. “Kenapa tidak kita ledakkan saja rumah ini agar bisa menghancurkan boundary spell-nya? Api bisa menghancurkan sihir dari dark object sialan yang dipasang Nael untuk menjebak kita berdua.”
Marcus mengernyitkan wajahnya enggan. “Tidakkah menurutmu itu akan terlalu dramatis, Cis?”
“Dramatis?” Narcissa menunggingkan sebelah alisnya. “Aku tidak sedang kehabisan waktu untuk melakukan manicure rutin di salon, Marcus von Swartzschild.” Dia menelengkan kepalanya ke samping dan menyilangkan lengannya di depan dada. Matanya sedikit berkaca-kaca ketika dia berkata, “Time is running out to resurrect my brother. Jocelyn is on a suicide mission with my another brother. And I can’t lose anyone else I love after what happened to Jonathan!”
Marcus menatap kekasihnya dengan iba. Dia tahu sebesar apa rasa sayang Narcissa pada saudara-saudaranya. Kehilangan Jonathan membuatnya begitu terpukul, dan sekarang Jeffrey bersama Jocelyn akan terjun ke dalam sebuah misi yang berbahaya, ditambah lagi Nael yang tiba-tiba mengkhianati mereka. “Narcissa…”
“Hmm, sangat ironis.” Jeffrey mendadak muncul dan berujar dari ambang pintu yang terbuka. Kedua tangannya tersimpan di dalam saku celana, sementara salah satu bahunya tersandar pada kusen pintu. Dia menegadahkan kepalanya dan mendapati sebuah dark object yang bentuknya mirip seperti jaring kupu-kupu—yang besar kemungkinan menjadi sumber dari masalah yang sedang Marcus dan Narcissa hadapi sekarang. “Two of world’s powerful beings trapped in a magical butterfly net?” Dia terkekeh pelan dengan sikap mengejek. “Katakan padaku kalau yang melakukan ini bukan salah satu Acolyte The Hollow yang bodoh itu.”
“Sama sekali tidak ada Acolyte ketika aku dan Cissy tiba di sini, Jeffrey.” Marcus menjawab, kemudian menghela napas panjang. “Our biggest mistake was trusting Nael for this task.”
Mendengar nama Nael disebut, Jeffrey langsung menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada kusen pintu. Raut wajahnya berubah serius. “Apa maksudmu?”
“Nael melindungi totemnya untuk The Hollow.” Kali ini giliran Narcissa yang menghela napas panjang. Dia masih tidak percaya kenapa Nael sampai hati mengkhianati keluarganya sendiri seperti ini. “Dia mengatakan hanya sampai dia menemukan cara untuk mematahkan mantra yang digunakan The Hollow. Penyihir iblis itu sedang memanfaatkan titik butanya, Jef! Pasti ada sesuatu yang membuat Nael ingin mengulur waktu dengan melindungi totem itu dan—”
“Aku tidak peduli dengan alasan apa pun yang Nael miliki atau apa yang membuatnya melindungi totem yang seharusnya kita hancurkan! Hidup Jocelyn yang sedang kupertaruhkan di sini!” Keramahan di dalam raut wajah Jeffrey surut seketika, digantikan oleh kemarahan. Rahangnya terkatup rapat menahan geram, sama tidak percayanya dengan Narcissa karena Nael yang mengkhianati mereka dengan beralih memihak musuh. “Where the hell is our treacherous brother right now?”
Narcissa terdiam sejenak, sebelum akhirnya dia melihat ke dalam peta yang dia bawa—pada simbol Ouroboros yang merepresentasikan keberadaan totem The Hollow yang dibawa oleh Nael. Simbol tersebut melingkar tepat di lokasi Morgenstern manor yang berada di Idris. Artinya Nael beserta totemnya ada di sana sekarang.
Narcissa kembali menatap Jeffrey yang masih dilingkupi kemarahan. Dia tahu kalau dia tidak akan bisa menghentikan Jeffrey seandainya setelah semua huru-hara ini selesai, laki-laki itu akan memutuskan untuk memberi saudara mereka sebuah ‘hukuman’. “Dia pergi ke manor.”
~
Luce menatap liukan lidah api di dalam perapian yang berada di ruang studi ayahnya, duduk dengan lutut ditekuk sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya di atas pangkuan. Liukan kecil api di depannya berhasil membuat kulitnya hangat, namun gagal meredakan kebosanan yang menggelayutinya.
Lazimnya, seorang anak sepertinya akan bermain atau bersekolah dengan teman-teman seusianya, bukannya malah terkurung di sebuah kastil megah dan menghadapi ancaman dari penyihir berdarah iblis yang sedang meneror seisi kota tempatnya tinggal. Sayangnya, Luce tahu kalau dia tidak terlahir seperti anak-anak pada umumnya. Dia sudah terekspos pada dunia supernatural bahkan sebelum dia lahir. Tidak ada yang normal di dalam hidupnya karena dia terlahir istimewa—begitu yang selalu dikatakan keluarganya.
“Hey, buddy.” Dari ambang pintu ruang studi, Nael menyapa. Dia melangkah masuk dan berjalan menghampiri keponakannya yang duduk di sofa tunggal dekat dengan perapian. Kedua tangannya tersembunyi di balik punggung.
“Uncle Nael?” Luce mengangkat wajah dan menatap Nael penuh tanya ketika pamannya tiba di dekatnya dan mengambil tempat duduk pada lengan sofa yang ditempatinya. “Apakah Mom dan Dad sudah kembali?”
“Hm... entahlah.” Dengan satu tangan yang masih tersembunyi di balik punggung, Nael menggunakan tangannya yang lain untuk merapikan helaian rambut Luce yang terlepas dari ikatan. “Kau tahu apa yang biasanya kulakukan setiap kali aku merasa bosan—dulu sekali saat aku masih menjadi seusia denganmu?” Dia kemudian mengeluarkan sebuah sanguinum knot yang dia sembunyikan di balik punggung dan menunjukkannya pada Luce. “Bermain dengan sihir. Aku mengakses kekuatan sihirku saat usiaku enam tahun—saat aku masih seusia denganmu.”
Ketika memikirkan tentang apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan Ivy sekaligus keluarganya, Nael tiba-tiba teringat kalau dia pernah melakukan trik ini bertahun-tahun yang lalu ketika dia ingin mematahkan magical link yang menghubungkan hidup Jocelyn dengan Maria Deveraux menggunakan kekuatan sihir Alyssa Young.
Saat mengingat hal tersebut, satu-satunya yang terlintas di dalam benaknya adalah Luce. Keponakannya itu memang masih kecil, tapi dia memiliki kekuatan besar yang tersimpan di dalam dirinya—kekuatan yang selalu ditahan oleh gelang anti-sihir yang masih dia pakai sampai sekarang. Dia berharap dengan Luce menguraikan sanguinum knot ini menggunakan sihirnya, magical link antara Ivy dan The Hollow juga bisa dihancurkan, sehingga jika Jocelyn berhasil membunuh The Hollow, Ivy tidak akan ikut mati bersamanya.
“Jadi kau ingin aku menguraikan simpul ini untuk membebaskan kekasihmu yang hidupnya terikat dengan hidup The Hollow?” Luce bertanya setelah Nael menjelaskan tentang alasan kenapa dia harus menguraikan sanguinum knot itu menggunakan sihirnya. “Ivanna Herondale? Yang pernah berusaha membunuh ayahku untuk mengurung The Hollow kembali ke ancestral realm? Tapi dia sudah membohongiku, Uncle Nael. Dia bilang dia akan membantu, tapi dia sama sekali tidak membantu. Dia bahkan hampir saja membunuh Dad.”
Nael terpaku sesaat mendengar kata-kata yang dilontarkan Luce. Anak ini benar-benar putrinya Jeffrey. “Lucinda…”
“I’m not supposed to do magic to help someone who’s hurting my family.” Luce meletakkan boneka kelincinya dan beranjak dari sofa. Dia menatap Nael dengan sungguh-sungguh dan menggelengkan kepalanya. “I’m not gonna doing this, Uncle Nael. Your girlfriend nearly killed my dad.”
“Losing her broke me, Lucinda.” Nael menghela napas panjang dan merendahkan tubuhnya agar tingginya sejajar dengan Luce. Dia menatap Luce dengan ekspresi memohon, berusaha meyakinkan keponakannya agar mau membantunya membebaskan Ivy dari The Hollow. Agar dia tidak kehilangan Ivy lagi ketika The Hollow mati. “I was sad, and I thought I’d never be happy again. If I lose her again… eum… I don’t know…”
Menatap ekspresi memohon yang ditunjukkan Nael, Luce tampak ragu selama beberapa saat, sampai akhirnya dia memutuskan untuk meraih sanguinum knot yang diulurkan pamannya dan menggenggamnya dengan kedua tangan kecilnya. Dia mengamati simpul tali tambang di tangannya sebentar, lalu menoleh lagi ke arah Nael dan bertanya, “Jika aku menguraikan simpul tali ini dengan sihirku, maka kekasihmu akan terbebas dari The Hollow?”
Nael tersenyum dan mengangguk. “Kuharap begitu.”
“Are you really love her, Uncle Nael?” Luce bertanya lagi.
“Yes.” Nael menjawab tanpa pikir panjang. “Kind of like your dad loves—”
“Mom.”
Nael tersenyum, sadar kalau Luce tidak sepenuhnya mewarisi sifat Jeffrey. Dia lebih seperti Jocelyn. Perbandingannya mungkin 60:40—60 untuk Jocelyn, dan 40 untuk Jeffrey. Berapapun itu, Luce memiliki bagian yang sama besar antara ayah dan ibunya.
Mengulurkan tangan kanannya untuk membelai lembut pipi Luce dengan sapuan lembut ibu jarinya, Nael berkata, “You really are the equal parts of your father and mother. You carried your mother’s mercy like a shield, and held your father’s rage like a sword.” Dia mengulas senyum menyejukkan yang dibalas oleh Luce dengan senyum yang sama. “And that’s make you the very best of us all, littlest Morgenstern.”
Luce meletakkan sanguinum knot yang dia bawa ke atas lantai agar bisa melepaskan kaitan gelang perak yang menahan kekuatan sihirnya. Dia kemudian mengangkat sanguinum knot itu kembali dengan kedua tangannya, mengamatinya selama beberapa saat, lalu memfokuskan kekuatan sihirnya untuk mulai menguraikan simpulnya sekaligus mematahkan magical link yang menghubungkan hidup Ivy dengan hidup The Hollow.
~
Eirene dan Jocelyn melangkah perlahan melewati gerbang berkarat LaForge House yang sudah ditumbuhi tanaman rambat yang cukup lebat—menandakan kalau rumah besar yang tampak kuno tersebut sudah ditinggalkan dalam jangka waktu yang sangat lama oleh pemiliknya. Begitu tiba di ujung anak tangga yang mengarah ke beranda rumah, mereka berhenti sejenak untuk mengamati keadaan sekitar yang tampak tenang namun mencekam.
“Aku sudah memantrai kedua belati ini menggunakan darah Luce. Masing-masing satu untuk kita berdua.” Eirene menyerahkan satu dari dua belati yang dia bawa pada Jocelyn. “Once the totem is destroyed, we can sacrifice The Hollow to resurrects Jonathan.”
Jocelyn meraih belati tersebut dari tangan Eirene. Dia sedikit mengernyitkan dahinya ketika menyadari ada yang aneh di dalam raut wajah saudara iparnya. “Kau baik-baik saja, Eirene?”
“Yeah. Aku tidak pernah berpikir dua kali tentang berjuang untuk keluargaku sebelumnya.” Eirene menghela napas panjang. “Tapi sekarang, dengan James… well, aku bahkan tidak tahu di mana dia sekarang.” Dia mengedikkan bahunya. “He went M.I.A since I gave him his journal back. Aku khawatir The Hollow sudah mendapatkannya kembali.”
“Now you have someone you’re afraid you’re not gonna make it home, right?” Jocelyn mengulas senyum penuh pengertian pada Eirene. Dia sudah menyadarinya sejak awal kalau hubungan antara James dan Eirene bukan hanya sekadar rekan sesama penyihir yang sama-sama ingin memusnahkan The Hollow dari muka bumi. Mereka juga mulai mengembangkan perasaan yang lebih terhadap satu sama lain. Perasaan yang mungkin tidak bisa mereka ungkapkan mengingat keadaan dengan The Hollow saat ini. Jocelyn juga sadar kalau ini mungkin untuk pertama kalinya James kembali membuka hatinya kembali setelah kematian istrinya sepuluh tahun yang lalu, dan juga untuk pertama kalinya Eirene membuka hatinya kembali setelah kematian anak dan ayah dari anaknya pada abad ke-14 dulu.
Menepuk-nepuk pelan lengan Eirene dengan sikap menghibur, Jocelyn berkata, “You will make it home, Eirene. I got your back.”
Eirene hanya menanggapi perkataan Jocelyn dengan senyuman kecil, kemudian mereka melangkah memasuki rumah melalui pintu depan yang terbuka secelah. Begitu tiba di dalam, mereka dibuat terkejut ketika mendapati beberapa mayat penyihir yang tergeletak serampangan dengan darah yang mengalir dari mata dan lubang hidung mereka.
“Hati-hati, Jo.” Eirene memperingatkan sesaat setelah pintu di belakang mereka tiba-tiba tertutup dengan sendirinya. “Kurasa dia tahu kalau kita ada di sini.”
Mengikuti insting mereka, Jocelyn dan Eirene melangkah perlahan mendekati pintu lain yang entah mengarah ke ruangan apa. Lalu ketika dia mengulurkan tangan untuk meraih kenopnya, Eirene mendadak terlempar karena gelombang energi sihir yang cukup kuat hingga kepalanya membentur dinding dengan keras. Dia kemudian terjatuh ke atas lantai dalam posisi tengkurap dan tidak sadarkan diri seketika.
Jocelyn sempat tercekat di tempat melihat Eirene tiba-tiba diserang oleh sesuatu yang tidak terlihat seperti itu, namun hal itu sama sekali tidak menghentikan niatnya untuk melangkah memasuki ruangan tersebut. Begitu dia tiba di dalam ruangan, dia menggenggam erat-erat gaganga belati yang dia bawa melihat seorang remaja perempuan dengan pakaian serba hitam yang tidak lain dan tidak bukan adalah The Hollow muncul dari balik sebuah rak berisi deretan toples kaca.
Ketika Jocelyn bersiap untuk menyerangnya, The Hollow mengangkat tangannya dan mengepalkannya di udara—menghentikan Jocelyn dengan mematahkan lehernya. Hal itu membuat Jocelyn langsung ambruk tidak sadarkan diri sementara belati yang dia bawa untuk membunuh The Hollow terlepas dari genggaman tangannya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
