
Sebuah kisah cinta dari karakter yang memiliki prinsip tidak mau pacaran (membohongi dirinya) namun sebenarnya, dia hanya berusaha mencari orang yang benar-benar bisa memahami dan mendukungnya. Novel ini akan menceritakan kehidupan saat karater utama pertama kali bertemu dengan wanita yang nantinya akan menjadi kekasihnya, meskipun awal kisah pertemuan mereka tidak se-simple yang diperkirakan!!. Kisah dalam novel ini akan dibumbui dengan drama dan konflik yang mengejutkan, dimana perkembangan tiap karakter akan sangat terkait dengan tiap kejadian yang ada dalam novel ini.
CHAPTER 1: AWAL MULA
Awal Februari.
Siang hari di hari Senin sekitar pukul 12.15 di SMA 1 Nasional
Suasana tenang di kelas ketika tiba-tiba guru memanggil namaku. Kurasa ini menjadi rutinitasku akhir-akhir ini.
Selain namaku juga ada dua siswa lain yang dipanggil di kelasku. Pria kutu buku berkacamata dengan tinggi sedikit diatasku itu adalah Tyas. Dan satu lagi wanita cantik berambut hitam pendiam yang telah menolak banyak kakak kelas dan dijuluki ratu es bernama Rara.
Nama kami dipanggil bukan tanpa alasan, tapi dikarenakan kami mewakili sekolah untuk kompetisi lomba akademik tingkat provinsi.
“Ya Bu”
“Ini ibu berikan ijin kalian untuk latihan lomba mulai pelajaran jam ke 7 hingga selesai”
Jadi seminggu sebelum lomba kami para siswa yang mewakili sekolah akan melakukan latihan intensif mulai jam pelajaran ke 7 atau jam 12 siang hingga sekitar jam 4 sore.
Disekolahku setiap jam pelajaran sama dengan 45 menit waktu normal dan setiap mata pelajaran biasanya 2 jam pelajaran dengan total 90 menit.
Jadi bisa dibilang selama seminggu kedepan aku akan berlatih sekitar 4 jam di sekolah.
Tentu latihan itu penting untuk kami, karena sekolah mengharapkan kami bisa memenangkan kompetisi itu,
Alasannya jelas, jika kami menang maka nama sekolah akan semakin naik di mata masyarakat dan tentu otomatis akan semakin banyak siswa baru yang akan mendaftar di sekolah kami.
“Terimakasih bu karena telah mengijinkan kami berlatih!”
Aku terbiasa untuk sopan kepada siapapun, terlebih yang lebih tua dariku.
Sejak kecil aku sudah diajarkan etika dengan baik oleh orang tuaku. Sehingga kata maaf, tolong dan terimakasih sudah menjadi 3 kata wajib dalam kamusku.
Tentu aku merasa itu sangat baik untuk diriku dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
Setelah aku mengambil surat ijin tersebut segera setelahnya aku keluar kelas meninggalkan siswa lain di kelas.
Terkadang aku merasakan tatapan iri dari kelas dikarenakan aku bisa keluar meninggalkan pelajaran.
Padahal tolonglah apakah mereka tidak paham bahwa aku ini keluar bukan untuk main-main tapi belajar.
“kalian kira aku keluar untuk datang ke sebuah pesta!!”.
Pemikiran itu terkadang menggangguku dan membuatku kesal, tapi yasudahlah aku mau fokus latihan.
“Hei nando bagaiama apa kamu sudah mengerjakan latian kemarin?”
Pertanyaan itu tak lain datang dari teman sekaligus rival sehatku Tyas.
Tyas merupakan temanku sejak SMP dan lucunya saat SMP bahkan kami tidak bisa dikatakan pintar.
Tapi sejak SMA kami memutuskan untuk berubah dan berusaha untuk lebih menghargai diri dan orang tau yang menyekolahkan kami.
“Hahahaha tentu aku sudah menyelesaikannya dan pasti benar semua!”
“Oh ya, kalau begitu kita bertaruh siapa yang lebih tinggi, yang kalah akan mentraktir cemilan di kantin ketika pulang!”
“Menarik, kenapa tidak, tentu aku akan meraih kemenangan dengan mudah kali ini”
Aku dan tyas sejak SMA telah bersaing secara sehat menentukan siapa yang terbaik.
Bukannya sombong tapi kami selalu bergantian menjadi pararel 1 di sekolah, dengan aku memimpin 2-1.
Oh iya sekarang aku berada di semester 2 kelas 11 atau SMA 2.
Setelah masuk kedalam kelas pelatihan, disana ada satu orang lain yaitu seorang wanita berambut pendek terurai yang sedang duduk membaca buku, dia adalah Clara, berasal dari kelas sebelah.
“kalian lama sekali, lihat aku sudah mulai latihan!”
Suara clara memecah keheningan kelas ketika tiba-tiba dia berbicara seperti itu.
Clara merupakan tipikal orang yang cukup cerewet dan selalu mengomentari segala hal dan terkadang itu cukup menggangguku.
Meskipun begitu aku tidak terlalu mempedulikannya, karena itu bisa sedikit mencairkan suasana ketika kami sedang latihan.
Ketika aku hendak menjawab pertanyaan clara tiba-tiba tyas menjawab
“kelas kami lumayan jauh jadi sedikit memakan waktu!”
“oh jadi begitu, baiklah aku maafkan…!”
Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa hubungan tyas dan clara sedikit berbeda, namun aku tidak mau beprasangka aneh jadi lebih baik aku biarkan saja.
Meskipun sejujurnya memang sedikit aneh, karena jika aku yang menjawab maka clara akan mengoceh dan mencoba mengalahkanku dalam berdebat ibarat aku adalah musuh yang harus dikalahkan.
Tapi jika tyas yang menjawab maka tidak ada keinginan mendebat dan langsung memaklumi keadaan.
Tak lama setelah kami duduk, Rara juga masuk kedalam ruangan.
Matanya lurus dan hanya melihat kepada clara seorang seakan-akan mereka hanya berdua dan tidak mempedulikan sekitar.
Yah seperti yang aku bilang tadi, dia dijuluki ratu es di sekolah karena kecantikan dan keanggunananya serta terkenal sering menolak pria yang berusaha menjadikannya pacar.
Banyak rumor mengatakan jika dia tidak akan berbicara dan menganggap pria yang tidak selevel dengan dirinya. Dan setauku itu benar adanya karena memang nyaris tidak ada pria yang pernah berbicara dengannya.
Jika kalian bertanya apakah aku pernah berbicara dengannya maka aku akan dengan tegas menjawab
“Itu adalah hal yang tidak mungkin akan terjadi”
Selain itu aku juga tidak terlalu tertarik berhubungan dengan wanita untuk saat ini, karena aku ingin fokus pada studiku.
Memang aku terlihat seperti melebih-lebihkan ibarat dia seperti tokoh protagonis perempuan di buku novel atau film namun itulah kenyataanya.
Tapi uniknya dengan sikap seperti itu menjadikannya sangat popular, baik dikalangan guru, para wanita bahkan pria, meskipun dia menempatkan dirinya sebagai wanita anti pria, tetap saja banyak pria yang jatuh hati melihat kecantikan dan keanggunannya.
“Hai Clara apa yang kamu baca?”
“Ah Rara, aku hanya membaca kembali catatan latihan kemarin!”
“begitukah, aku juga membacanya tadi malam.”
“Ra, coba lihat ini aku kemarin beli baju lucu di toko online dan saking lucunya aku sampai membeli dua”
“Wah iya benar bajunya lucu, bagi link tokonya dong aku juga mau beli!”
“Hahaha yakan sudah kuduga pasti kamu suka ra”.
Tanpa mempedulikan sekitar mereka terus mengobrol. Clara dan Rara memang merupakan teman dekat dan Clara merupakan salah satu wanita beruntung yang bisa dekat dengannya karena tidak sembarang orang bisa sedekat itu dengan Rara.
Tak lama kemudian akhirnya Bu Erna datang.
Bu Erna merupakan guru yang bertanggung jawab pada proses pelatihan intensif kami, bisa dibilang dia adalah samudra ilmu dan benar” sangat pintar sehingga sangat cocok untuk jadi guru pembimbing kami.
“Maaf anak-anak ibu agak terlambat karena ada urusan mendadak barusan”
“Baik bu tidak masalah, kami juga baru datang”
Aku menjawab permintaan maaf Bu Erna dengan cepet, lagi-lagi itu adalah kebiasaanku untuk selalu membalas dengan cepat agar si penanya tidak menunggu respon yang terlalu lama.
“Terimakasih Nando, oke kalau begitu langsung saja kita mulai latihannya”
“Pertama-tama kita akan membahas hasil dari soal latihan yang sudah ibu berikan kemarin!!”
Setelah itu hingga pukul 4 kami melakukan latihan cukup intensif namun tetap santai agar tidak terlalu jenu.
Ketika latihan selesai Tyas langsung berteriak karena tidak terima kalah dariku, yang membuat suaranya terdengar menggema di Lorong kelas yang sudah kosong ditinggal para siswa yang sudah pulang.
“Ah sial, aku kalah lagi darimu nando!”
“tentu saja aku tidak akan kalah darimu tyas, lagipula kamu terlalu ceroboh dalam menjawab pertanyaan!”
“Pastikan membaca hingga selesai pertanyaan baru menjawab, jika setengah maka hasilnya seperti yang kamu terima sekarang, kekalahan!!!”
Tyas memiliki kebiasaan buruk karena kadang hanya membaca setengah dari soal, hal itu membuat dia sering memberikan jawaban yang salah, dipertanyaan yang seharunya gampang untuk dijawab.
“hmmmm, baik lain kali aku akan mengalahkanmu, tunggu saja!”
Tyas tampak kesal karena kalah, namun yang membuatku kagum adalah jiwa besarnya untuk mengakui kekalahan yang justru dia jadikan motivasi untuk terus berkembang.
“Tentu aku akan selalu ada untuk meladenimu kapanpun!”
Persaingan sehat inilah yang membuat aku dan tyas terus mendorong sebagai rival dan menjadi seperti sekarang ini.
“Seperti perjanjian awal jangan lupa untuk mentraktirku cemilan di kantin…”
“Iya-iya aku tidak akan lupa pada janjiku”
“Apa yang kau mau?
“Mungkin aku akan memintamu membelikanku bakpao coklat saja”
“kalau gitu aku juga akan membeli bakpao coklat”
Setelah kami membeli bakpao, kami duduk sejenak di kantin untuk menikmatinya.
“Hei pernahkah kamu berpikir untuk memiliki pacar?”
Pertanyaan dari tyas cukup membuatku terkejut karena setauku dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun.
“jelas ada, namun sekarang aku tidak memikirkannya lagi karena kesibukan yang kumiliki sekarang”
Mendengar jawabanku tyas hanya diam dengan wajah yang muram seperti tidak percaya diri dengan dirinya sendiri
“jujur aku sedang menyukai seseorang dan butuh saran”
Lagi” aku terkejut dengan jawaban yang diberikan tyas, karena setauku dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun.
“Hah… sejak kapan kamu jadi pria mabuk pengejar cinta?”
“jangan bilang gitu, gini-gini aku juga bisa tertarik dengan wanita!”
“lalu apa yang bisa aku bantu? Jika saran mungkin aku bisa memberikan beberapa”
Sebagai teman yang baik, aku tentu akan berusaha membantu temanku agar bisa bahagia dan ini jadi cinta pertama bagi tyas jadi kurasa hal ini jadi sangat penting baginya.
“Aku ingin tau kira-kira apa yang harus kulakukan untuk menyatakan perasaanku padanya”
Sebenarnya aku tidak terlalu jago akan hal ini karena aku juga tidak pernah punya pacar, namun aku tidak bisa mengecewakan tyas dengan jawaban yang menyedihkan.
Setidaknya aku pernah membaca dari internet tentang standar-standar menyatakan perasaan kepada seorang wanita, jadi itu bisa kusarankan pada tyas
“hmm kurasa aku ada beberapa saran!”
“Pertama tentu paling penting adalah penampilan, ketika mau menyatakan perasaan penting untuk terlihat menarik, agar wanita merasa bahwa kamu serius!”
“Kedua adalah bangun momen, cari momen yang pas untuk menyatakan perasaan, jangan asal karena bisa saja si wanita sedang dalam kondisi mood yang buruk, jadi sebelum itu bangunlah momen yang menyenangkan dan tutup dengan menyatakan perasaan sehingga itu akan jadi akhir yang indah untuk kalian berdua!!”
“Saran ketiga dan terpenting adalah tunjukan komitmen tentang keseriusanmu, karena wanita akan melihat seberapa banyak komitmen yang bisa kamu tunjukan untuknya, jika terkesan hanya main-main maka kebanyakan wanita akan langsung menolak, jadi tunjukanlah komitmen terbaikmu!!!”
“Dan terakhir, bawalah sesautu untuk semakin memperkuat posisismu sebagai pria berkomitmen yang benar-benar serius dalam menjalin hubungan, sesuatu itu bisa saja bunga, boneka dan barang lain yang bisa meningkatkan komitmenmu!!!!”.
Yah kurasa keempat saran itu bisa bekerja dengan baik.
“Sejak kapan kamu sebijak ini, aku ngak tau kalau kamu cukup pintar dalam urusan begini, meskipun jomblo”
Kali ini jawabannya tidak membuatku terkejut tapi kesal, ibarat kamu diangkat lalu tiba-tiba dibanting.
Memang aku jomblo tapi aku masih cukup pintar untuk membaca dan menambah ilmu seputar percintaan jika-jika ada yang meminta saran atau aku yang terjebak dalam kondisi itu.
“Hei jangan jadikan status jombloku sebagai dasar yang membuat aku tidak bisa memberikan saran cinta”
“Hahahaha, maaf-maaf”.
Tyas tertawa melihat ekspresiku yang sedikit kesal, namun pada kenyataanya memang aku agak sedikit kesal.
“Baiklah kalau begitu, terimakasih sarannya aku akan memikirkannya dan ketika saatnya tepat aku akan menyatakan perasaanku!”.
Dimataku aku melihat bayangan api di mata tyas yang terlihat sangat bersemangat dan yakin akan bisa memenangkan hati wanita itu.
Namun aku teringkat jika aku belum tau tentang siapa identitas wanita itu.
“Ngomong-ngomong wanita mana yang membuatmu jatuh hati seperti ini??”
Tentu aku penasaran, karena aku sendiri juga tidak tau tentang kriteria wanita idaman yang dipikirkan oleh Tyas
“Im so Sorry, tapi untuk sekarang lebih baik aku rahasiakan..”
“Yah terserahlah, yang jelas jangan lupa traktir aku kalau kamu berhasil mendapatkannya”
Mendengar jawaban tyas aku jadi semakin penasaran, tapi tidak masalah karena mungkin tyas masih ingin merahasiakannya untuk menjaga privasi wanita itu.
Tapi setelah itu aku mengingatkan tyas untuk tidak lupa tanggung jawabnya sebagai wakil sekolah yang diharapkan bisa menang di kompetisi akhir pekan ini.
“Mengejar cinta boleh, tapi jangan lupa jika kita ada tanggung jawab besar akhir pekan ini, awas aja kalau kalah dibabak awal”
Aku cukup khawatir karena bisa saja pikiran tyas teracuni oleh cinta yang membuat dia lupa kalau akan ada pertandingan besar akhir pekan ini.
“Tenang saja, aku adalah aku dan tidak akan kalah semudah itu, jadi jangan telalu khawatir”.
Setelah mendengar jawaban tegas tyas aku cukup lega dan merasa tyas akan baik-baik saja di pertandingan besok.
“Baguslah kalau begitu, akan tidak seru kalau kamu kalah di awal dan aku yang jadi juara”
“Tidak ada yang boleh menghadapimu di final selain aku, tunggu saja..!”
Pada akhirnya rivalitas kami akan tetap menjadi penyemangat yang akan mengiringi kami hingga hari H perlombaan.
“Kalau begitu aku pulang dulu sampai ketemu besok”
“Yo sampai ketemu”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
