RESIMEN TJAKRABIRAWA

4
1
Deskripsi

Membicarakan sosok kesatuan pengawal kepresidenan ini, banyak orang akan selalu mengaitkan peran mereka dalam sebuah peristiwa yang pernah mewarnai perjalanan sejarah Indonesia yaitu peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965.  Tulisan ini  tidak akan membahas keterkaitan Resimen Tjakrabirawa dalam masalah Gerakan 30 September 1965, akan tetapi memandang Resimen Tjakrabirawa sebagai salah satu kesatuan pengawal kepresidenan yang pernah tercatat dalam sejarah militer Indonesia.

Pengawalan...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Kompi Mobile Darsono Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949
3
0
Kompi Mobile Darsono Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949Gerakan mobil ini dilakukan dengan pola infanteri berjalan kaki.Sesuai rencana operasi serangan umum ke kota Yogyakarta oleh satuan di lingkup Wehrkreise III, maka Komandan Wehrekreise III, Letnan Kolonel Soeharto mengirim surat perintah kepada Batalyon 3 yang dipimpin Mayor Sroehardoyo untuk menyiapkan satu kompi dan yang ditunjuk adalah Kompi 1 Irawan atau Kompi Darsono yang dipimpin oleh Kapten Soedarsono Bismo. Dalam gerakan ke Yogyakarta , Kompi Darsono berjumlah kurang lebih 200 orang termasuk perkuatan satu peleton senapan mesin dari Corps Armada Angkatan Laut Republik Indonesia yang dipimpin Letnan Satu Soedjarwo.Dalam rencana akan digunakan 2 kompi yaitu 1 Kompi dari Batalyon 3 dan satu kompi dari Batalyon 4. Pada tanggal 16 Februari 1949 , Kapten Darsono memimpin kompi tesebut mulai berjalan kaki dari Bruno, Purworejo melewati Banyuasin kemudian memasuki wilayah Yogyakarta tepatnya di daerah Nanggulan Kulonprogo.Daerah tersebut merupakan daerah deretan perbukitan Menoreh.Daerah tersebut masih sangat banyak ditumbuhi pepohonan .Pepohonan tersebut dapat digunakan sebagai perlindungan dan bersembunyi apabila dalam gerakan kepergok pesawat pengintai Belanda yang mengintai dari atas. Kompi Darsono tiba di Nanggulan dalam kondisi hari sudah malam dan beristirahat. Di sini kurir dari markas Wehrekreise III datang dan menyampaikan perintah pergeseran pasukan menuju daerah Celereng, Pengasih, Kulon Progo.Keesokan harinya , Kompi Darsono tiba di Celereng setelah berjalan kaki 4 hari 3 malam.Kapten Darsono kemudian melapor kepada Letnan Kolonel Soeharto dan menerima perintah operasi. Pada tanggal 23 dan 24 Februari 1949 dimulai aksi Kompi Darsono dengan dukungan pasukan lainnya dari Wehrkreise III..Serangan kali ini ditujukan ke jembatan Bantar yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kulon Progo .Di bawahnya mengalir Sungai Progo yang saat itu sedang banjir. Letnan Kolonel Soeharto memimpin serangan lewat daerah Sentolo.Pos Belanda dihujani tembakan gencar dari pasukan TNI.Kompi Darsono menyerang dari arah barat daya, sedang dari utara pasukan Batalyon 151 ikut menyerang dan pasukan Sub Wehrkreise 106 dari arah barat daya.Satu-satunya daerah yang dapat digunakan pasukan Belanda untuk pengunduran adalah ke selatan jalan dengan catatan mereka tetap akan terkena serangan dari Kompi Darsono yang berada di barat Kali Progo.Seperti biasa, setelah menyerang kemudian pasukan TNI mundur teratur.Serangan tersebut hanya untuk mengalihkan perhatian Belanda.Kompi Darsono kemudian menyusup ke selatan dan menuju daerah Pandak, Bantul.Di Pandak, Kompi Darsono melapor Ke Komandan Sub Wehrekreise 102 yaitu Mayor Sardjono.Selama di bawah perintahkan ke Mayor Sardjono, Kompi Darsono dilibatkan dalam penyerangan ke dalam Kota Bantul tanggal 26 Februari 1949 dan penyerangan ke Pucung pada 27 Februari 1949. Sementara itu pada tanggal 26 Februari 1949, Perintah Serangan Umum sudah mulai disampaikan ke semua komandan lapangan dengan hari H 1 Maret 1949 dan Jam J adalah 06.00 pagi dengan tanda sirine berakhirnya jam malam.Pada tanggal 28 Februari 1949, pasukan Sub Wehrkreise 102 bergerak memasuki kota Yogya.Pasukan tiba di daerah Gading pada malam hari,kemudian menyusuri terowongan dan selokan air menuju beberapa daerah persiapan yaitu Kompleks Kraton , daerah Alun-Alun Selatan, SD Keputran dan pagelaran Kraton.Sedang Kompi Darsono mendapat jatah daerah Tungkak dan Jalan Taman Siswo sebagai garis start untuk penyerangan ke dalam kota. Pada pukul 04.00 tanggal 1 Maret 1949, semua pasukan sudah mengendap. Infanteri TNI telah mencari dan mendekat, tinggal menunggu perintah penghancuran musuh. Sebagai tanda pengenal, semua pasukan mengenakan janur kuning . Pada pukul 06.00 pagi , sirine yang lebih dikenal dengan nama gaung mulai meraung-raung.Letnan Kolonel Soeharto yang saat itu mengendap di Patuk dekat Ngampilan mengeluarkan tembakan tanda serangan dimulai.Senjata Owen Gun yang dibawanya ikut meramaikan Serangan Umum 1 Maret 1949.Ribuan pasukan TNI yang dibantu satuan Polisi Negara dan Mobile Brigade secara serentak menyerbu kota Yogyakarta.Beribu peluru dari berbagai jenis senjata dimuntahkan.Kota Yogya menjadi riuh karena adanya pesta adu timah panas dari kedua pihak.Korban berjatuhan dari kedua pihak.Banyak tentara Belanda di sepanjang jalan Malioboro tumbang.Demikian juga , banyak tentara Belanda yang berhasil dipaksa bertahan di pos pertahanan mereka.Pasukan TNI dengan segala bala bantuan mulai diatas angin.Satu persatu kampung-kampung di dalam kota mulai disesaki oleh pasukan TNI yang menyusup dari semua sektor.Untuk mendesak pasukan TNI yang sebagian besar berperan sebagai infanteri ringan, maka kendaraan lapis baja mulai dikerahkan Belanda.Brencarrier Belanda ikut beraksi meski dengan susah payah.Pasukan Sub Wehrkreise 102 melayani dengan gigih kendaraan tempur tersebut.Ketika bergerak menuju daerah pojok Alun-alun utara, tiba-tiba brencarrier mereka mengalami gangguan yaitu ranjau darat TNI.Tercatat tiga buah kendaraan tempur Belanda mengalami kerusakan dan akhirnya pasukan Belanda mundur ke utara menuju Maliboro.Di tempat lain pertempuran masih berjalan dengan seru.Hanya pasukan Belanda di Kota Baru dan Hotel Tugu yang masih mampu melayani pasukan TNI dengan hebat.Sementara itu, Kompi Darsono menyerang dengan kekuatan 3 peleton senapan dan 1 peleton bantuan.Dari arah tenggara, 1 peleton senapan dan kelompok Komando Kompi Darsono menyerang dan berhasil menguasai wilayah Wirogunan yang diserang dari arah kampung Tungkak yang dibatasi oleh Kali Code. Sedang peleton 1 dan 2 ikut menduduki Alun-Alun Utara bersama pasukan lainnya.Hingga siang hari, praktis seluruh kota diduduki oleh pasukan TNI. Pukul 10.00 pesawat pengintai ringan Belanda mulai melakukan pengintai.Pasukan Belanda berhasil menghubungi pasukan lainnya di luar kota untuk meminta bantuan.Melihat hal tersebut maka Mayor Sardjono segera memerintahkan pasukannya untuk mengibarkan bendera merah putih di Alun-Alun Utara sebelum mundur untuk tanda kemenangan pasukan TNI.Pada tengah hari pasukan bantuan Belanda yaitu Batalyon Gadjah Merah , Anjing Nica , 1 kompi panser, 1 peleton tank dikerahkan dari Magelang dan Semarang..Pasukan TNI tidak dapat menahan laju mereka.Di sini penting sekali adanya senjata lawan tank untuk pasukan infanteri .Penghambatan yang diupayakan oleh TNI kebanyakan dilakukan dengan senjata infanteri ringan saja.Sesuai perintah, pada siang hari itu juga pasukan TNI mulai mundur ke basis semula.Pada pengunduran ini, Kompi Darsono melakukan pengunduran ke daerah Beji untuk berkonsolidasi sebelum bergeser ke daerah Pandak, Bantul di sektor Selatan. Di Beji, Mayor Sardjono melepaskan status bawah perintah Kompi Darsono pada Sub Wehrkreise 102 menjadi Kompi di bawah Komandan Wehrkreise III , yaitu Letnan Kolonel Soeharto. Pasca serangan umum, pasukan Wehrkreise III ditata lagi.Untuk itu Letnan Kolonel Soeharto membentuk pasukan ekpsidisi Wehrkreise III dengan kekuatan 2 kompi.Kompi yang dipilih adalah Kompi Darsono dan Kompi Widodo ( kelak menjabat KASAD pada era 1970-an).Pasukan ekspidisi ini akan bertempur tanpa batas di wilayah Wehrkreise III, artinya dapat bertempur di wilayah sub wehkreise manapun baik secara mandiri atau bekerja sama dengan pasukan setempat.Dalam era modern pasukan model ini dapat kita temukan pada detasemen mobil Komando Pasukan Khusus atau Kompi Intai Tempur Kostrad yang selalu aktif bergerak mencari dan menghancurkan separatis Gerakan Aceh Merdeka dalam konflik Aceh. Tujuan pasukan ekspidisi kali ini adalah untuk melakukan serangan terbatas, gangguan dan pengalihan perhatian musuh. Pada tanggal 3 Maret 1949, kedua komandan kompi ditarik ke Segoroyoso, Bantul untuk menerima perintah operasi.Kali ini daerah di luar kota Yogya yang akan menjadi sasaran.Tujuannya adalah untuk menimbulkan kesan bahwa TNI melakukan perlawanan di mana-mana di luar kota sehingga perhatian Belanda terpecah, mengangkat moral rakyat tentang masih adanya TNI dan uniknya dalam salah satu serangan di Wonosari , Gunung Kidul juga digunakan pola perang urat syarat dengan menyebarkan desas-desus penyebaran wabah pes oleh tikus.Pada 11 maret 1949, Jembatan Bantar kembali diserang pada malam hari .Kali ini 1 kompi Belanda diganggu oleh pasukan ekspidisi yang dibantu oleh pasukan sub wehrkreise lainnya.Dari selatan, Barat dan Utara pasukan ekspisidi menguasai wilayah tersebut.Satu-satunya yang tersisa dalah sebelah timur atau jalur jalan Yogya-Sentolo. Rute tersebut sebenarnya juga dipenuhi pasukan TNI pada titik tertentu seperti di Gamping yang bertugas menghadang bala bantuan Belanda dari arah kota. Pada hari pertama , salah satu pos Belanda dan senjatanya berhasil direbut Kompi Widodo.Pertempuran berjalan hinga esoknya ketika pesawat Cocor Merah ikut berkasi dan menimbulkan korban pada Kompi Widodo dan sejumlah penduduk di lokasi pertempuran.Pasukan Ekspidisi segera mengundurkan diri sesuai prinsip gerilya yaitu ketika lawan kuat, maka gerilya harus menghindar dan menuju Godean pada tanggal 17 Maret 1949.Di sini mereka beristirahat dan sudah bisa bernafas lega untuk menyusun kekuatan lagi.Sialnya keesokan harinya Belanda yang dibantu pesawat terbang menyerbu Godean dan menimbulkan korban rakyat serta anggota TNI.Untuk itu semua pasukan harus bergeser lagi .Kali ini mereka menuju Pakem dan dalam perjalanan di daerah Cebongan pada 20 Maret 1949 terjadi tembak menembak.Terjadi pertempuran perjumpaan yang melukai seorang anggota Kompi Darsono.Setelah pertempuran reda, Kompi Darsono melintasi jalan jurusan Yogyakarta-Magelang untuk menuju daerah Ngemplak.Di sini mereka beristirahat dan menyusun rencana selanjutnya.dua hari berikutnya , Pasukan Ekspidisi menghadang Belanda di selatan Pakem dan merusak satu truk.Kali ini dibantu oleh satuan Tentara Pelajar Brigade 17.Tanggal 26 Maret 1949, Kompi Darsono menyerang Gadingan dengan beberapa korban tentara Belanda.Sehari kemudian melakukan penghadangan di Desa Ngabean, Ngaglik dan Projangan dengan hasil satu truk hancur berikut korban tewas.Rencana ekspidisi berikutnya adalah Kota Wonosari di Gunung Kidul.Untuk menuju daerah ini, maka mau tak mau harus melewati jalur utama Yogya-Solo.Ketika melintas di sekitar Prambanan ,salah satu Kompi ekspidisi yaitu Kompi Widodo mendapat mangsa.Satu unit patroli Belanda yang sedang melintas dihajar pasukan Kompi Widodo.Satu jeep,satu sepeda motor dirusak ,dan 3 pucuk senapan berhasil direbut.Sedang lainnya termasuk sebuah kendaraan tempur Brencarrier berhasil kabur. Mereka kemudian tiba di daerah Gunung Kidul.Pada tanggal 30 Maret 1949, Kompi Darsono menyerang lapangan terbang Gading di Playen.Pasukan Belanda tidak menduga sama sekali , kalau pasukan TNI sudah menjangkau wilayah Gunung Kidul.Sebelumnya pada tanggal 10 Maret 1949, Belanda melakukan operasi lintas udara untuk menduduki wilayah Wonosari dan sekitarnya.Belanda semual menduga bahwa serangan umum 1 Maret 1949 dikendalikan oleh TNI dari wilayah tersebut.Akan tetapi hasilnya nihil karena tidak ditenukan aktivitas berarti dari pasukan TNI di wilayah tersebut. Sehari berikutnya giliran Wonosari selatan diserang oleh Kompi Widodo dari arah Playen .Dalam serangan tersebut dilakukan pula perang urat syaraf akan adanya wabah pes di kota tersebut.Sedang Kompi Darsono pada tanggal 2 April 1949 giliran mengacaukan konsentrasi Belanda dengan menyerang kota yang sama. Kedua kompi mundur pada tanggal 4 April 1949 .Kompi Widodo menuju Pandak, sedang Kompi Darsono ke Imogiri.Keduanya berada di wilayah Bantul.Hampir 2 bulan, Kompi Darsono bertempur di seluruh wilayah Yogyakarta dengan berjalan kaki .Pasukan mulai dilanda rasa lelah dan beberapa anggota yang sudah berkeluarga mencemaskan keluarga mereka di Purworejo.Kerinduan akan kampung halaman mulai melanda sebagian anggota Kompi Darsono.Ketika pasukan dalam perjalanan ke Pandak, Kapten Soedarsono selaku komandan kompi membicarakan hal tersebut ke Letnan Kolonel Soeharto.Kapten Soedarsono meminta izin agar pasukan bisa kembali ke daerah asal. Letnan Kolonel Suharto mengabulkannya dengan syarat ada kompi pengganti.Akhirnya pada 6 April 1949, Kompi Darsono bertolak ke Purworejo.Pasukan bergerak ke daerah Pandak Bantul, lalu menyusuri daerah sepanjang pantai selatan menuju Purworejo.Sebagai pengganti, Kompi Gatotkaca yang dipimpin oleh Kapten Seogijono dikirim oleh induknya Batalyon Soedarmo di Kebumen untuk mengisi posisi Kompi Ekspidisi Wehrkreise III.   Sumber :Gema Infanteri no 41Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta: Latar Belakang dan Pengaruhnya 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan