"Baik la semuany, hari ini kampus kita kedatangan Mahasiswa baru. Silakan, perkenalkan dirimu," ucap Bu dosen dengan senyum hangat.

Seorang siswa laki-laki berdiri di depan kelas dengan tenang, matanya memandang seluruh kelas dengan percaya diri namun tetap tenang. Wajahnya yang tampan, dengan rambut hitam rapi dan tubuh tegap, membuat beberapa murid perempuan langsung terpana.

"Halo, perkenalkan nama saya Jack Spiriti Marsel. Panggil saja Jack," katanya singkat, namun suaranya yang dalam dan tenang memberikan kesan bahwa dia bukanlah orang biasa.

Jack Spiriti Marsel bukanlah murid biasa. Ia adalah seorang pangeran dari klan Serigala Buas, makhluk yang bisa berubah menjadi manusia. Ayahnya, Dominic Spiriti Marsel, adalah raja dari bangsa serigala itu, namun ia dan istrinya tewas dibunuh oleh kelompok mafia kejam. Jack menjadi yatim piatu sejak kecil, namun darahnya yang terlahir dari garis keturunan kerajaan memberi dia kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Keberadaan dan kisah hidupnya menjadi misteri bagi banyak orang di sekolah ini.

Jack masih memiliki seorang adik laki laki dan seorang saudara kembar. Sayangnya, kedua saudaranya itu menghilang saat masih kecil. Adiknya hilang di hutan, sementara saudara kembarnya diculik saat tragedi pembantaian oleh mafia yang merenggut nyawa orang tuanya.

Hanya Jack yang selamat dari tragedi itu, dan dia kini berusaha mengungkap kebenaran di balik semua yang terjadi pada keluarganya.

"Wah, kelas kita kedatangan cowok cakep nih," bisik beberapa mahasiswi perempuan sambil tersenyum malu-malu.

Matanya penuh dengan kekaguman, meskipun mereka tidak berani mengungkapkan perasaan mereka secara langsung. Di antara mereka, beberapa sudah membayangkan bagaimana rasanya bisa dekat dengan Jack.

Namun, tidak semua mahasiswi tertarik. Aurora, yang duduk di pojok dekat jendela, hanya menatap datar tanpa ekspresi. Wajahnya yang cantik tidak bisa menutupi sifat dinginnya yang sudah terkenal di kalangan mahasiswa/i.

Aurora Maheswara, gadis yang terkenal dengan sikap cuek dan tajam. Banyak yang mengagumi kecantikan dan karismanya, tetapi tidak ada yang bisa benar-benar mendekatinya. Terlebih lagi, pertemuannya dengan Jack hari itu ternyata bukanlah pertemuan biasa.

POV: Aurora

Namaku Aurora Maheswara. Aku bukan gadis biasa yang mudah tertarik pada hal-hal yang tampak sempurna. Justru sebaliknya, aku memilih untuk tetap menjauh dari keramaian dan tidak terlalu peduli dengan apapun yang ada di sekitar. Banyak yang mengatakan aku adalah gadis paling populer di Kampus, namun itu hanya karena aku memiliki segalanya: kekayaan, kecantikan, dan koneksi. Tapi aku lebih memilih untuk tidak terlibat dengan hal-hal itu.

Ayahku adalah Aldo Maheswara, pemimpin mafia paling kejam yang pernah dikenal kota ini. Banyak yang takut padanya, tapi yang tidak mereka tahu adalah bahwa dia adalah pria yang tak kenal ampun. Aku dibesarkan di dunia yang penuh darah dan kebohongan. Tapi hidupku berubah ketika aku melihat sendiri pembunuhan ayahku oleh musuh mafia. Saat itu, segalanya menjadi berbeda. Hatiku menjadi dingin, dan aku mulai kehilangan kepercayaan pada dunia ini. Sejak hari itu, aku memilih untuk tetap terjaga, tidak peduli dengan siapa pun di sekitarku.

“Baiklah, Jack. Silakan duduk di sebelah Aurora,” ucap Bu dosen, mengalihkan perhatian semua orang ke Jack, yang masih berdiri di depan kelas.

Jack melangkah ke bangkunya, dan duduk di sebelah Aurora yang bahkan tidak menoleh sedikit pun. Tatapan Aurora tetap kosong, seolah-olah Jack tidak ada di sana. Tidak ada rasa ingin tahu atau bahkan sekedar rasa hormat dari dirinya. Kelas pun dilanjutkan seperti biasa, meskipun suasana terasa sedikit berbeda sejak kedatangan Jack.

Istirahat pun tiba…

Aurora dan dua temannya, Rea dan Aurel, pergi ke kantin. Dengan langkah santai mereka membawa nampan untuk membeli makanan. Sambil berjalan, mereka berbicara tentang hal-hal yang tidak terlalu penting, namun obrolan mereka terhenti saat melihat ke arah kantin.

Di sisi lain kantin, Jack dan seorang siswa lain terlihat sedang berbicara. Seorang siswa berkacamata yang dikenal sebagai murid terpintar dan paling ramah di sekolah, Hari. Mereka berdua tampak akrab, berbincang dengan tenang, seolah tidak ada yang mengganggu mereka.

“Halo, Jack. Perkenalkan, nama gue Hari Mahendra, panggil aja hari,” ucap Hari, Pria yng menggunakan kacamata itu menyapa jack dengan senyum ramah, untuk memperkenalkan dirinya.

Jack mengangguk, memberi senyum tipis. “Senang kenal sama lo, Hari.”

Namun, suasana damai itu tidak bertahan lama. Di antara kerumunan, seorang siswa dengan gaya mencolok dan penuh percaya diri melangkah mendekat. Ia adalah Kevin cowok paling populer di sekolah, anak dari keluarga kaya raya yang juga terkenal sebagai pewaris mafia terbesar di kota ini. Kevin memiliki segalanya: kekayaan, ketampanan, dan status sosial yang tinggi. Kevin juga merupakan ketua dari geng sekolah yang bernama The BG (Boys Girls), yang terdiri dari dirinya, Revan, Mikael, Reva, Elia, Dan Lissa yang semuanya merupakan anggota elite dan berpengaruh.

Di belakang Kevin, Lima teman dekatnya menyusul, siap membuat keributan seperti biasa. Mereka adalah geng yang dikenal dengan nama The BG, yang selalu menjadi pusat perhatian dan tak pernah takut menimbulkan masalah. Kevin yang karismatik, Revan yang cerdas dan berwibawa, Mikael yang suka bermain-main tapi selalu bisa diandalkan, Reva sang crazy rich Sombong, Lissa yng bertingkah sedikit pecicilan tapi kadang menjadi pendiam, serta Elia yang misterius dan memikat.

“Oh… jadi ini cowok pindahan yang lagi heboh?” ucap Kevin sambil menatap Jack dari ujung kaki sampai kepala, senyum sinis terpampang jelas di wajahnya.

Jack tetap tenang. “Kalau cuma mau pamer gaya, gue gak tertarik,” jawab Jack datar, suaranya rendah namun penuh makna.

Kevin menyipitkan matanya, senyum sinis di wajahnya semakin melebar. “Gue gak suka orang baru yang sok keren. Lo pikir lo bisa bersaing sama gue di sini?”

Tatapan keduanya saling bertemu, seolah masing-masing mengukur kekuatan satu sama lain. Suasana kantin yang tadinya ramai menjadi mendadak senyap. Semua murid di sekitar mereka berhenti berbicara dan menyaksikan, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

BRAK!!!

Kevin mendorong bahu Jack dengan kasar. Nampan makanan yang dibawa oleh Hari terjatuh ke lantai, membuat suara keras menggema di seluruh ruangan. Tentu saja, semua perhatian langsung tertuju pada mereka. Hari berdiri tertegun, mencoba untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut.

Namun, Jack tidak bergerak sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak, menatap Kevin lurus dengan ekspresi tenang yang sulit dibaca. Matanya tajam, seolah-olah mengukur betapa besar masalah yang akan timbul jika pertarungan ini terus berlanjut.

“Kalau lo cari masalah…” ucap Jack pelan namun dingin, “…lo nemu orang yang salah.”

Suasana semakin tegang. Semua orang di kantin merasa ketegangan di udara semakin memuncak. Tidak ada yang berani menghalangi, karena mereka tahu bahwa kedua sosok ini tidak akan mundur begitu saja.

Bersambung…

Episode 1 : Pengenalan Si Pangeran Serigala dan Si Gadis Mafia