MAFIA BAKER - 1. Felicita yang Cantik

0
0
Deskripsi

Pemilik toko roti Butterfly Pea, Felicita, cantik sekali. Papa Boris, kepala mafia, tak berkata apa-apa tentang ini.

Antonio takut penyamaran dan masa magangnya gagal. Bagaimana kalau dia sampai jatuh cinta pada gadis sememesona Felicita?

“Selamat dataang…!” seru Felicita. Perempuan usia 25 tahun dengan binar mata ceria. Kedua bola matanya berwarna cokelat gelap. Alisnya tebal melengkung indah. Rambutnya yang ikal bergelombang diikat ekor kuda.

“Hai…,” sapa Antonio grogi.

Pemilik toko kuenya cantik sekali. Papa tak banyak menjelaskan tentang ini. Hanya menunjukkan fotonya sekilas sambil berkata, “Tidak ada yang istimewa.”

“Kamu pasti pemuda yang akan magang di tempatku, ya? Silakan masuk. Anggap saja rumah dan toko kue sendiri.” Felicita memberi tanda supaya Antonio mengikutinya. Masuk ke dalam toko kue. “Kita akan berpetualang dari satu adonan ke adonan yang lain.”

Tawa Felicita terdengar renyah.

Antonio hanya membawa satu ransel berisi pakaian. Juga dompet berisi kartu-kartu identitas aspal alias asli tapi ‘palsu’.

Sebenarnya ia tak perlu khawatir. Pengawalnya tersebar di mana saja. Mereka mengenakan pakaian biasa dan bergaya selayaknya warga sipil. Tak ada senjata menyembul dari balik wadah di saku celana. Tak ada barang berbahaya. Pistol mereka lebih moderen. Senjata yang akan siap menyalak ketika Antonio berada dalam bahaya ‘hanya’ berupa tabung kecil yang akan memancarkan sinar merah laser. Begitu ditembakkan –

Cyuub!

Musuh akan jatuh tersungkur tanpa aba-aba.

Antonio adalah seorang anak mafia. Ia akan mewarisi wilayah Bankueta yang penduduknya mayoritas bekerja sebagai toko kue. Sebuah perusahaan raksasa di wilayah C juga akan segera ia pimpin – begitu ia menyelesaikan magang di toko kue miliki Felicita.

Bankueta merupakan wilayah kecil dengan tingkat kejahatan yang lumayan. Antonio tak pernah menyangka ada toko kue hangat dengan pemiliknya yang cantik lagi ramah. Biasanya, penjual di toko kue serupa mamak-mamak gemuk suka mengomel lagi galak.

Sebagai anak mafia, selain kemudahan Antonio juga mendapat pelatihan hidup yang keras. Ketika kecil ia diasuh dan mengenyam pendidikan dengan fasilitas dan kualitas terjamin. Pengawal berada di sekitarnya. Apa yang ia inginkan pasti segera terpenuhi dalam waktu kurang dari sedetik. Begitu Antonio menginjak usia remaja, kehidupannya mulai memasuki fase penggemblengan.

Antonio menempuh pendidikan sekolah menengah atas di luar negeri. Wilayah dan daerah tempat Anotnio menyamar menjadi warga sipil masih menjadi kekuasaan Papa Boris – mafia tua ampuh yang disegani oleh masyarakat dan juga para musuhnya.

Antonio sekolah di sekolah umum biasa. Tanpa fasilitas apa-apa. Tubuhnya yang ceking dan sifat pendiamnya membuatnya ia kerap dibuli oleh teman-teman di sekolah. Tak sekalipun Antonio melawan. Kecuali saat nyawanya hampir melayang. Bocah remaja tanggung yang bercandanya keterlaluan itu ditemukan tak bernyawa di toilet sekolah keesokan harinya. Dahinya berlubang hangus terbakar.

Sekolah menjadi gempar. Antonio pura-pura tak tahu apa-apa. Ia hanya membatin, jangan bermain-main denganku.

Selebihnya Antonio menerima segala risakan dan ejekan dari teman-teman sekolahnya.

Antonio memang dididik seperti ini. Setelah mendapat pendidikan berkualitas bagus ia hanya nyebur di masyarakat. Menjadi tak berdaya adalah salah satu cara yang akan menjadikannya sebagai mafia terkuat dan tersadis di dunia.

Ia harus mempelajari segala tindak tanduk, tindakan kriminal, tindakan merisak, dan perbuatan-perbuatan buruk sebanyak-banyaknya. Bila tak terjun ke lapangan langsung, ia hanya akan menjadi mafia ‘anak mama’. Bila tak piawai menyelesaikan masalah receh, bagaimana ia kelak akan menyelesaikan masalah permafiaan yang keji tiada bandingannya?

“Hai…!” Felicita menyorongkan wajahnya. Senyum manis masih mengembang di bibirnya.

Antonio mengerjap kaget. Aroma wangi parfum Felicita yang lembut menyelusup masup indera penciuman laki-laki itu. Ada sesuatu yang tumbuh di dalam dada Antonio. Denyar halus yang rasanya hangat.

Aduh, belum ada lima menit bertemu, masa Antonio sudah jatuh cinta pada Felicita?

“Kok, malah melamun? Ayo, masuk!” tarik Felicita. “Aku sudah menyiapkan kue-kue enak dan hangat untukmu.”

Antonio mengikuti langkah Felicita yang bersemangat. Ia memperhatikan bodi perempuan pemilik toko kue tempatnya magang. Lekuk tubuhnya begitu indah. Seperti gitar Spanyol. Antonio membayangkan bagaimana bila ia mendekap tubuh beraroma cinnamon hangat tersebut?

Ia akan menelusurkan jari-jarinya perlahan; mulai dari bibir Felicita yang penuh dan selalu tampak mengkilat karena lip-gloss, lalu lehernya yang kerap muncul titik-titik keringat seksi saat ia sibuk bekerja memanggang kue, lalu tulang selangka di lehernya, lalu bagian atas kaus tipisnya, lalu perlahan Antonio akan menarik kaus itu hingga menyembul pemandangan indah dari balik kaus tersebut – bulu-bulu halusnya berkilau terkena cahaya matahari, kemudian Felicita akan mendekatkan bibirnya dan mereka akan –

Felicita meletakkan segelas dingin ice latte butterfly pea. Antonio duduk dan mengucapkan terima kasih.

“Enak sekali minuman ini,” pujinya tulus.

Felicita yang duduk di seberang mengangguk senang. “Terima kasih. Butterfly pea itu bunga telang. Susu murni putih dicampur dengan bunga telang. Warnanya bagus, ya?”

“Rasanya juga enak. Itu yang paling penting.”

“Racikanku sendiri lho, itu,” jelas Felicita.

Dengan keramahan seperti ini, sepertinya magang Antonio akan berjalan lancar.

Antonio memandang sekelilingnya. Ruangan toko kue itu lumayan luas. Etalase kaca diletakkan tak jauh dari meja kasir. Biasanya berisi roti hangat yang baru keluar dari panggangan. Sore ini terlihat kosong.

“Aku libur. Khusus untuk menyambutmu,” kata Felicita.

“Wah, jangan begitu. Aku tak perlu diistimewakan. Seharusnya kamu tetap buka saja,” balas Antonio.

“Ah tak apa-apa. Toko libur sehari di hari Minggu tak akan mengecewakan pelangganku.” Felicita meregangkan kedua tangannya ke atas. “Uaahh. Capek sekali rasanya buka tiap hari. Aku memanfaatkan hari ini untuk beristirahat.”

Antonio meraih cinnamon rolls dan menggigitnya perlahan. Lembut sekali kuenya. Aromanya manis. Krim dan gula-gulanya juga terasa manis dengan takaran yang pas.

Felicita benar-benar tukang kue yang mumpuni.

“Aku tak sabar ingin belajar banyak denganmu,” kata Antonio.

Felicita mengangguk senang. “Aku juga senang. Semoga kamu benar-benar bisa membantuku. Pekerjaan membikin kue sekaligus menjualnya benar-benar menguras tenaga.”

Klinting!

Bel yang dipasang di pintu berbunyi. Antonio menoleh mencari tahu siapa yang datang saat sore begini ke toko kue yang sedang tutup.

Felicita memekik riang. Ia segera berdiri menyambut tamu yang datang.

Seorang laki-laki berjalan masuk. Dari caranya melangkah terlihat ia sangat percaya diri. Wajahnya tampan. Kedua alisnya tebal. Hidungnya mancung. Tinggi dan berdada bidang. Dengan cekatan tangan laki-laki itu memeluk Felicita.

“Fellipe!” pekik Felicita riang. “Kangen banget!”

Fellipe merengkuh Felicita dalam pelukan. Laki-laki itu mencium kening Felicita, lalu melumat perlahan bibirnya. Perlahan dan lembut.

Felicita tampak hanyut. Tubuhnya semakin rapat dalam dekapan Fellipe. Pinggulnya bergoyang mendekat ke arah

“Tunggu dulu…,” erang Felicita berat. Ia menarik wajahnya ke belakang. Napasnya sedikit tersengal. “Aku sedang ada tamu.”

Fellipe terlihat enggan saat melepaskan pelukannya.

“Maaf, Antonio. Aku terbawa suasana…,” Felicita meminta maaf. “Perkenalkan, dia Fellipe. Pacarku.”

Fellipe tak mengulas senyum sedikit pun. Tampangnya dipasang angkuh.

“Fellipe adalah bos perusahaan Lezatos Bakery. Siapa pun pasti tahu –“

“Perusahaan moncer. Penjualan kami sudah merambah luar negeri. Jangan bermain-main dengan perusahaan raksasa Lezatos Bakery,” sambar Fellipe angkuh.

Antonio tahu Lezatos Bakery. Salah satu anak perusahaan dari ribuan anak perusahaan yang dimiliki oleh Papa Boris. Bisa dibilang Lezatos Bakery tergolong anak perusahaan yang kecil – bila dibandingkan perusahaan-perusahaan internasional yang langsung dikelola oleh Papa Boris. Tapi, Antonio diam saja.

“Tak ada yang berani bermain-main dengaan perusahaanku, kecuali si cantik Felicita ini,” lanjut Fellipe.

Felicita memekik kaget. Barusan tangan Fellipe menepuk bokongnya dengan nakal.

Fellipe berdiri di sebelah kekasihnya. Ia berbisik di dekat telingat Felicita. “Gadisku ini bandel. Tidak mau bekerja sama dengan perusahaanku. Tidak mau kumodali. Dan, ia masih perawan.”

Wajah Felicita meruap merah. Pipinya terasa hangat. Malu sekali rasanya rahasianya dibongkar di depan Antonio, anak baru yang tampak culun.

“Perempuan keras hati. Aku tertarik padanya,” bisik Fellipe kembali.

 “Fillipe…,” lenguhnya. “Hanya pernikahan yang membukakan jalan bagi kita….”

Antonio berdeham tidak nyaman.

Seperti ditempiling, kesadaran Felicita kembali. Perempuan itu mencoba berontak karena merasa sungkan terhadap tamunya.

Fellipe terkekeh merasa menang. Ia mendekat ke arah Antonio. “Aku ingin duduk di sini. Duduk berdua berhadap-hadapan dengan kekasihku.”

“Fellipe –“ tegur Felicita. “Kamu bisa memilih kursi yang lain!”

“Tak bisa sayangku. Aku harus mengajarkan kacung baru ini untuk bersikap,” balas Fellipe angkuh.

“Antonio hanya magang…,” bela Felicita. “Ia akan membantuku mengurus toko kue ini. Kelak ia akan mendirikan toko kue sendiri.”

“Antonio seorang kacung,” ulang Fellipe. Lalu terkekeh dengan nada tidak menyenangkan.

Pelipis Antonio berdenyut pelan. Ia tak merasa terpancing dengan perkataan Fellipe yang merendahkan.

Pikirannya malah tertuju pada satu hal.

Felicita masih suci?

Terbayang di benaknya; bagaimana bila kelak ia menjadi yang pertama memberi Felicita kenikmatan?

Saat Felicita melenguh panjang dengan punggung melengkung dan area sensitif terpampang jelas di depan Antonio, usapan basah dalam gerakan memutar perlahan hingga gadis itu berkejat-kejat tak tahan memohon ampun, peluh yang menetes di sekujur tubuhnya, ruangan gelap tempat mereka menyatu dalam kehangatan cinta pasti akan berpendar oleh aura bidadari yang terpancar dari puncak kenikmatan Felicita.

Antonio menggeleng. Tujuan utamanya tak boleh sedikit pun melenceng. Ia cuma harus menyelesaikan pelatihan menjadi calon mafia pewaris takhta salah satu perusahaan internasional. Tujuannya tak boleh bercabang. Tak boleh ada keinginan menjadi yang pertama yang menaklukkan Felicita.

Ayo, konsen, Antonio! Tegur pemuda itu pada dirinya sendiri.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya MAFIA BAKER - 2. Bualan Fellipe
0
0
“Jangan, Fellipe…,” erang Felicita lagi. “Kali ini benar-benar jangan. Hanya pernikahanlah yang akan membukakan jalan bagi kita.”Fellipe mengerang kesal panjang. “Selalu begitu.”“Aku ingin menjaga kesucianku, Fell –““Berlutut!” perintah Fellipe dengan menggeram berat. “Sekarang juga: berlutut, Felicita!”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan