Melangkah Melampaui Batas : Menemukan Versi Terbaik Diri Sendiri

1
0
Terkunci
Deskripsi

Pernah merasa hidup gitu-gitu aja? Pengen berkembang, tapi takut gagal? Atau ngerasa nggak cukup mampu buat mencapai sesuatu yang lebih besar?

Kalau iya, itu wajar. Banyak orang mengalami hal yang sama. Tapi, kalau terus-terusan terjebak di zona nyaman, kita nggak akan pernah tahu seberapa jauh kita bisa melangkah. Versi terbaik dari diri kita itu ada—tapi hanya bisa ditemukan kalau kita berani berubah.

Kenapa harus keluar dari zona nyaman ?

Zona nyaman memang terasa aman, tapi kalau kita terus di...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Senja yang Abadi
0
0
Aksa selalu percaya bahwa senja adalah keajaiban kecil yang diberikan semesta kepadanya. Setiap sore, ia duduk di tepi bukit, menyaksikan langit berubah warna—jingga, merah, ungu, lalu perlahan menghilang dalam kelam.Suatu senja, seorang gadis muncul di sana. Rambutnya hitam berkilau, diterpa cahaya emas yang hampir tenggelam. Matanya memantulkan warna langit, seolah di dalamnya tersimpan ribuan matahari yang tak pernah padam.Kau selalu datang ke sini? tanyanya.Aksa mengangguk. “Senja adalah saat di mana langit berbisik, menceritakan rahasia yang tak bisa kudengar di waktu lain.”Gadis itu tersenyum. “Lalu, apa yang sudah diceritakan langit kepadamu?”Aksa menghela napas, menatap cakrawala. “Bahwa segala sesuatu akan berlalu, tak peduli seindah apa pun. Tapi keindahannya akan tetap ada di hati yang mampu mengingatnya.”Gadis itu menatapnya lama. “Jika kau tahu semuanya akan berlalu, kenapa masih menunggu senja?”Aksa tersenyum kecil. “Karena ada hal-hal yang pantas ditunggu, meski hanya sesaat.”Sejak hari itu, gadis itu selalu datang. Mereka berbagi cerita, tertawa bersama, dan menatap langit yang berubah warna. Aksa mulai menyadari sesuatu—ia tidak hanya menunggu senja, tetapi juga gadis itu.Namun suatu hari, gadis itu tidak datang. Tidak di hari berikutnya, atau hari-hari setelahnya. Aksa menunggu, seperti ia menunggu senja yang tak pernah ingkar. Tapi kali ini, langit terasa kosong.Bertahun-tahun berlalu. Aksa masih duduk di bukit yang sama, di bawah langit yang masih bercerita. Hingga suatu senja, saat warna jingga membanjiri cakrawala, angin membisikkan sesuatu di telinganya.Aku tidak pernah pergi, Aksa, suara itu bergaung lembut.Aksa tersenyum, menutup matanya, membiarkan angin membawa suara yang telah lama ia rindukan.Dan saat itu, ia mengerti. Beberapa senja tidak pernah benar-benar berlalu. Mereka tetap ada, hidup di tempat yang lebih abadi—dalam kenangan, dalam hati, dalam bisikan angin yang tak pernah berhenti.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan